“Baiklah.. Ayo…” ucap Soha mengiyakan.
***
Siang itu cukup terik. Nampak seorang lelaki bertubuh tegap berjalan menuju sebuah rumah. Rumah didalam gunung besar yang dipahat.
Rumah itu terletak disebuah batu gunung yang di sisinya terdapat dua belas rumah. Rumah – rumah itu berjejer satu sama lain. Dengan ukuran berbeda – beda. Namun terdapat satu rumah yang paling besar. Lelaki itu berjalan menuju rumah di bagian paling ujung.
Rumah itu memiliki pintu yang sangat indah. Dipahat membentuk sebuah segitiga yang mirip atap rumah. Dibagian sudut atas terdapat pahatan burung elang. Sedangkan di sudut kiri dan sudut kanan terdapat pahatan dua buah kendi.
“Selamat siang ? Ghalib, apa kau didalam ?” ucap Haydar dari luar.
Tak lama kemudian terdengar suara menyahut dari dalam ruangan.
“Iya Haydar, masuklah wahai sahabatku.”
Haydar pun masuk rumah Ghalib. Seorang pejabat Kerajaan Nabatea yang memiliki pengaruh cukup besar di kerajaan. Ia kemudian duduk di sebuah karpet besar yang digelar di tengah – tengah ruangan. Dengan penerangan lampu minyak, ruangan itu menjadi cukup nyaman dan terang.
“Bagaimana kabarmu Haydar ? apakah kau tidur nyenyak semalam ?” tanya Ghalib.
“Lumayanlah. Semalam cukup dingin. Sehingga aku belum bisa tidur hingga setengah jam.”