Sisa-sisa KKN
Tiga pekan usai KKN rampung
Aku masih limbung
Kepalaku belum juga lupa, dari bayangan wajahnya
Ia yang mengobatiku kala batukku menghebat
Ia yang memberiku makan, sedang padanya aku tak memberi manfaat
Ia yang menjemputku, mengantarku, menungguiku
Sementara aku kerap membuatnya bertanya, "Kenapa sih, Mas, begitu?"
Aku tak tahu seberapa banyak utangku padanya
Ia enggan mengungkit, apalagi menggigit
Padanya aku berutang menu sarapan
Padanya pula aku bergantung untuk makan siang dan petang
Tuhan, malaikat macam apakah ia?
Derai tawanya di malam-malam sunyiÂ
Begitu riang nan kemriyuk bak rempeyek idulfitri
Tatapan matanya tajam, seringainya tak terlawan
Membuatku plonga-plongo, tak berkutik bak seekor kebo
Menurut, mengikut, tanpa keinginan untuk merengut
Tempo hari kudengar ibunya sakit
Seketika hatiku menjeritÂ
merasa iba, meski tanpa bantuan barang sedikit
Aku pernah di masa-masa itu
Melihat orang paling dicinta terbaring lesu
Aku tahu betapa lungkrahnya hati Â
Melihat ibu sendiri pucat pasi
Menatap wajah kuyunya yang biasa membinar penuh cahya
Sedang ia kini terbaring di atas dipan, di bawah langit-langit penuh sawang
Demi dirimu, oi malaikat bermotor beat!
Aku berkirim kidung untuk ibumu yang tengah sakit
Semoga Tuhan melimpahkan kasih-Nya
Ibumu sembuh, kau kembali utuh
Menuntaskan studi, menggaet gelar es siji
Sorry untuk titipan pupuk yang tak terbeli!
Sleman, 17 Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H