Melansir laman fathers.com, disebutkan bahwa anak yang tumbuh tanpa sosok ayah akan mengalami dampak negatif pada kesehatan mentalnya.
Biasanya mereka yang tumbuh tanpa sosok ayah akan sulit untuk mengontrol emosi mereka. Kondisi semacam ini bisa kita lihat dari perilaku impulsif yang dilakukan oleh Minato.
Selain itu fatherless juga berpengaruh pada rendahnya rasa percaya diri seorang anak. Hal tersebut misalnya bisa penonton temukan pada sosok pak Hori.Â
Di beberapa scene, terdapat momen yang menunjukkan Pak Hori punya rasa percaya diri yang rendah. Misalnya saat ia diminta untuk menurut saja dan membiarkan kepala sekolah mengurusi perselisihannya dengan Pak Hori. Terlihat Pak Hori tak punya keyakinan untuk membela dirinya sendiri.
Selain itu dalam interaksi Pak Hori dengan kekasihnya terlihat juga dari gestur yang ditampakkannya, Pak Hori mengesankan hal tersebut. Misalnya saat sang pacar menolak berhubungan seks, dari ekspresi yang ditampilkannya, ia seolah merasa rendah diri dan tidak dicintai.
Tak hanya isu fatherless, Koreeda juga memotret fenomena single parent. Fenomena itu misalnya melekat pada sosok Saori dan ayah dari Yori.
Pada diri Saori, fenomena single parent membuatnya kerap merasa gagal karena tak punya cukup waktu untuk putranya, Minato dan itu membuatnya sangat frustrasi. Rasa frustrasi itupun terus mengembang seiring membesarnya prasangkanya terhadap Pak Hori yang ia anggap penyebab perilaku anaknya.Â
Dengan kata lain, prasangkanya terhadap Pak Hori merupakan pelampiasan Saori pada ketidakpuasannya juga mungkin rasa lelahnya menjadi orangtua tunggal bagi Minato.
Fenomena single parent juga hadir pada ayah Yori. Meski tidak mendapatkan banyak screentime, ayah Yori merupakan orangtua tunggal dengan masalah yang menyertainya.
Menjadi orangtua tunggal terlihat, ayah Yori kerap melakukan kekerasan terhadap putranya, Yori. Di babak terakhir terlihat punggung Yori penuh dengan luka yang merupakan bekas siksaan ayahnya. Bahkan rasanya Yori yang bertubuh lebih kecil ketimbang teman sekelasnya berkat tidak diurus dengan benar oleh ayahnya.
Selain membekas pada fisik Yori, tak ayal lagi perilaku abusive ayahnya itu juga membentuk kepribadiannya. Yori ditampilkan sebagai anak lelaki yang kerap menggunakan baju-baju yang lebih cocok digunakan oleh anak perempuan. Karena itulah Yori seringkali menerima perilaku bullying dari teman sekelasnya dengan menggodanya seolah Yori adalah seorang anak perempuan.