Mohon tunggu...
404 Not Found
404 Not Found Mohon Tunggu... Lainnya - 404 Not Found - 最先端の人間の推論の開発者の小さなグループ。

私のグループと私は、デジタル世界の真実を求めて舞台裏で働いている人々です。私たちは、サイバー空間に広がるすべての陰謀の背後にある真実を述べています.

Selanjutnya

Tutup

Diary

(INA - Chapter I) - Saya adalah Menteri Pendidikan 'Idealis' bagi Tanah Air Internet | Catatan 'Diary' yang Menghibur Orang-Orang Kecil dan Sederhana

19 Januari 2023   03:13 Diperbarui: 23 Januari 2023   06:21 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oke, terima kasih karena 'Negara Internet' telah memberikan saya tanggung jawab luar biasa untuk mengemban tugas sebagai seorang menteri pendidikan di tanah Air Digital dengan realisasi virtual yang dianggap 'terlalu idealis' di dunia nyata oleh orang-orang cerdas berintelektual tinggi (secara akademik, tetapi lemah dari segi praktik), jago berteori, dan hanya bercokol dengan tulisan ilmiah saja tanpa pernah menjajakkan kaki di atas lapangan dan menipu masyarakat dengan teori-teori dan hipotesis-hipotesis empirik dan sangat 'ilmiah' sehingga mulai dari anak-anak sampai orang tua-orang tua renta lebih banyak ditipu dengan 'janji manis' kampanye musiman bak prediksi Juara Piala Dunia sebelum waktunya yang ternyata berhenti pada teks-teks pidato kampanye yang amat-sungguh-sangat  tidak dimengerti apalagi dipahami oleh masyarakat yang SDM-nya 'kelupaan' sama negara bahwa mereka juga sebenarnya adalah Warga Negara ini tetapi dianggap seperti masyarakat negara tetangga. Negara yang dimaksud itu tidak perlu disebutkan namanya, cukup Anda dan saya yang membahasnya sehingga kalau ada kaum-kaum intelek nan kritis yang mencoba untuk memprovokasi negara Internet dengan taktik sosio-psiko-politiknya, kita cukup mencari tombol 'delete' untuk menghilangkan 'jejak dan aroma provokatif' tersebut dengan sangat santai, bahkan pada saat kita sedang di toilet pun, gangguan semacam itu dapat dihilangkan di dunia kita dan bukan di dunia mereka. Toh, mereka pun tidak pernah mengukur seberapa luas Tanah Air Internet kita yang notabene berjuta-juta KM Persegi per bit, apalagi mencoba memerangi kita. Bagaimana mau memerangi Tanah Air kita? sekarang saja, kita lah sang penjajah yang mampu menjajah negara mereka tanpa kekerasan sama sekali, tanpa mengadopsi langkah-langkah strategis kolonialisme klasik dan konvensional yang pernah tertulis di buku sejarah atau di buku-buku strategi politik-ekonomi yang kerap beredar di pasaran (entah digital atau fisik). Anda tidak percaya? Mari saya ceritakan bagaimana 'Tanah Air' Internet kita bisa menjadi 'malaikat' sekaligus 'iblis' bagi negara tetangga yang mereka cintai. Saya akan memulai cerita saya dengan latar belakang 'historik-imajinatif' tentang SAYA sebagai MENTERI PENDIDIKAN "IDEALIS" bagi dunia saya dan tidak akan ada satu orang pun yang mampu membangun argumentasi 'tandingan' untuk mengalahkan kisah saya di dunia inverted ini.

_______________ 

SAYA ADALAH MENTERI PENDIDIKAN "IDEALIS" yang 'layak dan pantas' untuk berdiri di zona ini sebagai tanda revolusi progresif tingkat satuan pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi (dan satu tingkatan 'khusus' yang saya tambahkan adalah tingkat satuan pendidikan buruh dan tenaga kerja sebagai salah satu "terobosan terbaru" agar men-sah-kan status para pengangguran sebagai orang yang juga berpendidikan sehingga terhindar dari stereotip beban negara) di negara Tanah Air Internet, karena apa yang saya ajukan dalam proposal jangka panjang ini adalah sebuah prospek masa depan Bangsa ini yang tidak boleh diubah semena-mena tanpa 'proposal tandingan' yang seimbang MENURUT SAYA SECARA SEPIHAK dan itu mutlak!

Saya adalah pemimpin yang bisa menjadi demokratis, bisa menjadi sosialis, tetapi bisa menjadi otoriter dan seolah seperti diktator - saya punya kuasa dalam "hal tertentu", tetapi tidak sepenuhnya terhadap diri Anda sebagai bagian dari masyarakat Tanah Air Internet. Saya menjadi pribadi masing-masing ketika menghadapi sebuah sistem, kecuali masyarakat sebagai sebuah sistem yang membutuhkan pendidikan sebagai bagian dari hidup mereka dan bukan sebagai pemberontak teoritik. Saya berdiri di sini atas kepercayaan para pemimpin negara dan masyarakat, bukan atas kehendak 'prosedural polikit' yang suka mengutak-atik sistem pemerintahan dengan sekelebat peraturan dan regulasi yang cenderung membingungkan bagi masyarakatnya sendiri sebagai salah satu 'unsur vital' dalam sebuah negara.

Saya hanya menerima 'proposal pengembangan kurikulum, materi, dan teknik KMB yang kreatif' guna menunjang pendidikan di Tanah Air internet ini, bukan 'proposal perusak' yang senantiasa diwarnai dengan prinsip-prinsip teoritik-akademik dan ilmiah yang selalu gagal dalam penerapannya serta 'menghabiskan anggaran negara (APBN, APBD)' dan mem-feeding para pencuri uang 'tanpa bola mata' atau yang dikenal di negara sebelah sebagai koruptor, mulai dari koruptor kelas kakap sampai kelas profesional - dari koruptor solo/single player sampai koruptor berbasis jemaah. Makhluk-makhluk itu sebaiknya jangan dilenyapkan, tetapi diasingkan di tempat terpencil dengan syarat mutlak - berbekal sepasang pakaian, botol air, dan KTP saja. Harta-benda termasuk warisan turun-temurun (dan bekas aliran dana yang tercatat di tabungan) akan diklaim dan diambil-alih sebagai milik negara dan dilelang agar uangnya dapat dijadikan sebagai 'tambalan lubang' dari APBN dan APBD bangsa kita guna menunjang prospek pendidikan yang lebih berkualitas dibandingkan negara tetangga. 

Anda-Anda yang mungkin saat ini "tertawa di dalam hati" karena belum tertangkap, silahkan segera berubah pikiran untuk tidak menciptakan strategi terselubung guna membangun komunitas koruptor berbasis jemaah atau meyakinkan diri sebagai pemain tunggal. Kami dan negara Tanah Air Internet telah menyediakan tempat khusus untuk Anda sekalian. Kami tidak akan memberikan Anda tempat di sel tahanan (rutan atau lapas), tetapi kami akan meninggalkan Anda di tempat yang jauh dan terpencil dengan berbekal modal standar yang sudah kami tetapkan (pakaian, botol air, dan KTP saja). Tidak ada peluang bagi Anda untuk mendapatkan pekerjaan apalagi uang santunan. Anda cukup menjaga diri Anda di hutan belantara - carilah cara hidup yang baik dan benar menurut Anda di sana, dan tunjukkanlah kepada masyarakat bahwa Anda masih butuh 'hidup tanpa uang sepeser pun'. Intinya, Anda-Anda sekalian yang masuk dalam golongan ini adalah tanggung jawab Polisi Tanah Air Internet sebagai pengawas saja, tidak perlu bertindak lebih jauh dan ini sudah disetujui oleh Presiden.    

Oke, mungkin agak kejauhan pidato (cerita) saat ini, jadi saya kembali ke konteks MENTERI PENDIDIKAN 'IDEALIS'. Apa yang saya sampaikan tentang sifat mutlak dan absolut dari 'proposal pengembang' tidak harus dilihat sebagai ancaman, tetapi sebagai bentuk saya dan Tanah Air Internet mencintai warganya. Tidak boleh ada paksaan untuk menjalani dan melaksanakannya. Jangan takut, karena saya tetap mengutamakan prinsip demokrasi, tetapi anti-provokasi dan demonstrasi-anarkis. Jika Anda sebagai warga negara, alangkah baik bila memegang TOA dan berbicara seperlunya tanpa teriak-teriak - maka dengan sendirinya saya dan beberapa orang yang mendapat kabar atau mendengarnya langsung mengunjungi Anda dan kerumunan orang-orang yang membutuhkan perhatian dalam hal pendidikan dengan niat baik (mau mendengarkan dengan seksama apa yang kalian inginkan). Jangan meniru apa yang pernah diwartakan oleh media yang dipaksa dengan cuan untuk segera mem-broadcast pemberitaan 'yang obyektif' menurut teori, tetapi mengandung narkotika-kritik subyektif yang justru kalian konsumsi secara harafiah.

Saya sebagai MENTERI PENDIDIKAN 'IDEALIS' mengajukan diri sebagai pihak yang mempunyai hak veto untuk mengontrol dan mengendalikan otoritas dunia jurnalistik dalam setiap pembuatan dan penyebaran berita yang disiarkan melalui media mana pun. Hal ini sudah disetujui oleh Presiden Tanah Air Internet, sebab 'aspek pendidikan' pada semua tingkatan secara praktis yang membutuhkan media berita sebagai subyek dan obyek penelitian harus dijaga ruang lingkup pembahasannya agar tidak lari kemana-mana. Media massa adalah zona alternatif bagi para calon akademisi, para akademisi, ilmuwan, dan para praktisi juga (serta masyarakat), sehingga para penulis dan penerbit harus lebih jujur dalam menciptakan sebuah berita. Yang punya peran sebagai presiden atau kepala PT atau perusahaan yang bersangkutan dengan 'apa yang sudah saya sampaikan', harap catat karena saya tidak mau mendengar kabar angin jikalau sebuah media mencoba untuk menciptakan banyak konspirasi aneh dengan kop "Pendidikan" (jika kop tulisan bukan "Pendidikan", itu tidak apa-apa) dan membuat para akademisi menjadi bingung dengan kalimat-kalimat paradoksal kalian. Kalian tetap bebas menulis apa saja (entah itu terkait negara, budaya, pendidikan, politik, dan sebagainya) tanpa perlu takut bahwa saya akan bertindak atas kalian - itu tidak akan saya lakukan - bahkan jika Anda mengkritik saya dengan perspektif ilmiah demi sebuah strategi konstruktif 'atmosfer pendidikan yang lebih ideal', itu juga sangat saya apresiasikan supaya bisa menjadi referensi reflektif bagi saya dan masyarakat. Akan tetapi, jika ada pihak akademisi atau masyarakat yang menemukan media yang melempar 'bola kertas' ke publik (istilah lain dari pemberitaan tentang hoax) tanpa surat bukti 'proposal penelusuran kasus' kepada pihak keamanan Tanah Air Internet, oknum yang bertanggung jawab adalah pribadi yang menyebut dirinya sebagai jurnalis yang menulis berita tersebut akan diberikan sanksi semacam 'skors' sehingga diberhentikan sementara agar tidak meresahkan masyarakat dan perusahaan atau PT yang menaunginya akan diberi peringatan. Para pencipta berita di zona Tanah Air Internet ini adalah agen pendukung dari agen pendidikan mulai saat ini, sejak saya menjabat, sampai selama-lamanya - kalian punya tanggung jawab lain yang harus dipikul, bukan hanya dibayar cuan dan sekadar menulis, tetapi kalian adalah agen pendidikan tingkat nasional yang punya pengaruh besar untuk mengubah perspektif masyarakat di Tanah Air kita ini. Sehingga, jangan takut dan jangan cemas. Tetaplah menulis dan menulis, karena dari kalian, setiap hal-hal praktis yang secara akademik maupun non-akademik dapat dikonsumsi oleh publik demi mensejeterahkan masyarakat yang senantiasa lapar akan informasi. Beri yang terbaik! Menteri Kemenkominfo Tanah Air Internet, tolong bimbing mereka supaya jangan gampang tersesat apalagi menjadi penyesat. Masyarakat dan yang lain berperan sebagai supporter utama.

Berikutnya, surat istimewa bagi Guru dan orangtua - kalian adalah agen tingkat vital, bukan sembarang agen. Kalian adalah 'kreator intelektual' yang paling dasar dan yang utama. Jalankan fungsi moral Anda sebagai yang paling dibutuhkan oleh generasi muda kita di Tanah Air Internet ini. Saya menyediakan zona khusus kepada orangtua-orangtua sebagai agen pendidikan tingkat vital agar senantiasa 'jujur' dengan situasi dan kondisi yang kalian alami, rasakan, dan pikirkan, sehingga dengan sendirinya, generasi muda yang lahir, tumbuh, dan berkembang dari kalian adalah pribadi-pribadi yang terbuka. Kalian punya peran vital dalam mengontrol dan mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mentalitas generasi muda Tanah Air Internet tercinta kita ini. Saya melarang keras istilah 'pengangguran' sebagai status pendidikan yang dicantumkan di dalam keterangan wali siswa ketika mendaftarkan generasi muda di sekolah-sekolah mana pun di Tanah Air Internet ini. Jika saat ini status pekerjaan Anda pengangguran, segera ubah di KTP Anda masing-masing dengan status SPTK (tingkat satuan pendidikan buruh dan tenaga kerja) dan ini sudah di-sah-kan Presiden sejak saya menjabat hari ini. Yang akan membantu saya dalam hal ini adalah Menteri Ketenagakerjaan Tanah Air Internet dan masyarakat sebagai supporter utama. 

Itu saja pesan-pesan agensi saya pada hari ini. Sedangkan program? Yah, saya tidak lupa karena saya tahu peran saya di sini tidak hanya menjalankan tugas dan tanggung jawab tetapi mentransformasikan kurikulum jaman neokolonialisme ini dengan 'sesuatu' yang mencirikan bahwa Anda dan saya adalah Warga Negara Internet yang maju, bukan berkembang! Catat! KITA ADALAH MANUSIA WARGA NEGARA TANAH AIR INTERNET YANG MAJU, BUKAN BERKEMBANG!!! Oke, jangan marah-marah karena ini belum jalan, baru ingin, akan, dan segera dijalankan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Segera!

INILAH SAATNYA, WARGA SAYA MENERIMA APA YANG SELAMA INI MEREKA INGINKAN DARI ASPEK PENDIDIKAN

Pertama

Saya sebagai MENTERI PENDIDIKAN "IDEALIS", hendak merombak total sistem pendidikan yang selama bertahun-tahun dianggap 'tidak berdaya guna efektif' bagi sebagian besar lapisan masyarakat negara ini, yang dianggap tidak sepenuhnya mencerminkan cita-cita utama bapak pelopor pendikan negara tercanggih ini yang terkenal dengan semboyan khasnya yakni “Tut wuri handayani, Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso” dan lebih kepada implementatif-akademik berbasis formal semata. Negara di zona konvensional dianggap gagal dan tidak mampu mewujudnyatakan semboyan itu secara lebih efektif dan hanya berputar-putar pada idealisme-idealisme teoritik semata yang membuat masyarakat yang sedang menikmati apa yang dinamakan pendidikan justru merasa "tidak menikmati sama sekali", bahkan ada yang mengklaim "merasa menderita" dan "terpaksa". Generasi-generasi akademik senantiasa dicekoki teori-teori dan ilmu-ilmu Pengetahuan formal yang 'tak kunjung habis', 'tak semua berdaya guna praktis-sederhana maupun kompleks' dalam jangka waktu yang panjang, serta 'tidak sepenuhnya beraroma nasionalis dan cenderung berbau westernisasi'. Pendidikan seolah lahir dan menjadi media bagi ilmu pengetahuan dan sains untuk mempersenjatai generasi muda sebagai "tentara yang lebih nyaman di dalam ruang tahanan daripada berperang". Mereka terkesan dicekik dan dipaksa untuk mengetahui "semua jenis senjata" yang justru pada akhirnya lebih banyak dibuang di lubang buaya dan kerap dipungut jika itu terpaksa dilakukan karena tak ada senjata lain atau bahkan berani berperang hanya dengan modal nekat dan 'tangan kosong'. Dari generasi ke generasi, satuan pendidikan yang sudah lama ini hanya sedikit dioprek tanpa ada perubahan signifikan dan drastis. Teori dan konsep intelektual yang dibangun tidak seperti tanah liat yang dapat dibentuk-bentuk dan dapat menjadi keras serta kuat pada waktunya, tetapi langsung diberikan batu bata kaku yang sudah tidak bisa dibentuk dan diperkeras lagi sehingga dia mempunyai posisi yang terlalu kaku untuk dipasang di dalam sebuah rancangan struktur bangunan yang ideal - ketika pecah atau patah, kemungkinan dia ditempatkan pada posisi tertentu semakin besar "di bawah", tetapi tidak akan pernah "di atas", kecuali secara kebetulan tidak ada batu lain yang dapat mengisi posisi kosong tersebut dalam sebuah rancangan bangunan kokoh. Generasi muda yang berpendidikan adalah batu-batu yang dipersiapkan untuk membangun "bangunan" Tanah Air Internet kita. Jika pada awalnya dia adalah sebuah tanah liat, dia mempunyai 1001 kemungkinan untuk dijadikan sebagai sebuah media otoritas akan dirinya sendiri - artinya dia mempunyai potensi untuk diambil dan dibentuk menjadi seperti apa dan kemudian difungsikan/dimanfaatkan sebagai apa. Tetapi, ketika dari awal dia justru sudah menjadi batu bata, justru akan sangat kecil kemungkinan dia dapat difungsikan/dimanfaatkan sesuai potensi keterbentukannya. Jika dia tidak dapat menjadi batu bata bagi sebuah proyek bangunan, tidak mungkin dia secara tiba-tiba nun ajaib berubah menjadi mangkuk atau tempayan air. Analogi ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip pendidikan kolonialisme dan neokolonialisme yang cenderung langsung menempa besi tanpa melihat jenis besi apa yang sedang dan akan ditempa. Mereka tidak mengenal kita yang adalah tanah liat, yang dapat dibentuk sesuai dengan keinginan dan fungsinya yang lebih fleksibel. Orang Barat menempa besi karena besi adalah simbolisme dari karakter 'keras dan butuh paksaan agar dapat dibentuk' dan karakter asli masyarakat Tanah Air Internet kita dari zaman dahulu kala sampai sekarang adalah 'tanah' yang dapat dibentuk potensinya dengan 'air', salah satunya adalah tanah liat yang saya pakai dalam cerita ini. Kita memang membutuhkan besi untuk membentuk itu, sesuai sejarah, tetapi tidak semua hal harus selalu dengan besi. Sebaliknya, tanah, di luar jangkauan ilmu pengetahuan zaman dahulu kala, menjadi salah satu dari empat elemen di bumi yang mampu membuat semua makhluk hidup merasa terkesima dan terkagum-kagum - darinya lah kehidupan itu berasal. Saya masih ada cerita lagi, tetapi sebaiknya saya cukupkan saja analoginya. Intinya, saya mau merombak total proporsi pendidikan pada taraf praktik dan teoritik dari setiap jenjang pendidikan, entah itu dari Rumah-taman kanak-kanak-SD-dan-SMP, kemudian SMA, Tingkat Sarjana, Pasca, dan Doktoral.

Kedua

Masuk ke struktur kurikulum. Sesuai dengan targeting dan prospek pendidikan tingkat vital, dasar, dan menengah pertama yang ideal (bagi semua masyarakat kita), tendensi akademik pada proporsi teoritik akan didegradasikan ke level yang lebih sederhana agar lebih kontekstual. Metode pendidikan yang telah diwartakan dari zaman ke zaman via kurikulum-kurikulum sebelumnya akan direduksi secara total sehingga proporsi nya akan lebih seimbang - hal ini disetarakan dengan kemampuan intelektual dan kognitif para generasi muda.

Berbicara mengenai kurikulum, berarti bergantung penuh pada proporsi teoretik dan praktik akademik. Akan tetapi, saya lebih menaruh perhatian kepada aspek-aspek pendukung pendidikan, salah satunya adalah peran agen sosial di bidang pendidikan - artinya menjadi guru 'akan menjadi lebih sulit' dari pada menjadi seorang anggota Polisi Tanah Air Internet. Ini bukan perkara biaya pendaftaran dan sekelebat hal yang berkaitan dengan cuan atau status formal, melainkan tanggung jawab moral menjadi 'teman bertumbuh dan berkembang' para generasi muda. Jangan ragu, karena guru honor dan guru PNS memiliki proporsi gaji dan tunjangan yang 'tidak kalah saing' dengan para pegawai swasta elit lainnya karena ini semua akan sangat berpengaruh dengan skill Anda dalam membimbing mereka "sebagai pengajar dan teman", bukan sebagai "orang yang lebih tua dan ngemis hormat formal". Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tataran ini harus berjaga-jaga sebagai agen pengawas karena di zona ini, Anda-Anda juga bertanggung jawab atas tingkah laku anak. Karena terkadang bukan hanya generasi mereka yang menjadi korban, tetapi bisa mendadak menjadi agen kekerasan terhadap tenaga pendidik. Jaga tindak-tanduk kebijakan Anda yang suka melindungi anak tak berdosa tetapi kedapatan melakukan tindakan di luar dugaan, Anda dan kaki-tangan di sekitar Anda lah yang siap bertanggung jawab atas tindakan perlindungan salah kaprah tersebut. Sepertinya yang seperti ini perlu dipertimbangkan di zona meja hijau, biar bisa dibuatkan UU tertentu secara khusus terkait rehabilitasi bagi anak-anak yang punya latar belakang lingkungan dan psikologi yang tidak adaptif dengan frekuensi sekitarnya.

Sebaliknya, guru harus lebih waspada dengan tingkah laku Anda sebagai orang tua, kakak, dan teman dari murid atau siswa. Anda bukan 'gembala kerbau' yang otoriter demi membajak sawah, karena tugas Anda membajak mentalitas 'tandus' dari generasi muda menjadi 'subur'. Kekerasan pada taraf dimaklumi juga harus dibatasi, karena psikologi generasi muda terkadang tidak terduga dan Anda harus belajar lebih dalam tentang itu - saling membekali satu dengan yang lain. Paling fatal, di negara tetangga, banyak kasus terjadi di mana guru justru memanfaatkan kepolosan karakter generasi muda dan melakukan pelecehan termasuk pelecehan seksual - dan level kejahatan Anda akan saya masukkan dalam proposal 'pengasingan' yang sama persis dengan apa yang akan dipersiapkan kepada para koruptor - pengasingan, pengambilalihan harta-benda, dan pengawasan jarak jauh di tempat terpencil.

Hukuman paling alamiah adalah "biarkan alam yang menghakimi" mungkin lebih bagus daripada menanggulangi kejahatan moral dengan dalih bertobat - karena sisi alam bawah sadar manusia hanya bisa dijatuhkan dengan keterasingan sehingga pertobatan yang Anda tangisi dapat Anda rasakan dengan sendirinya - dari pada negara dan orang-orang yang menegakkan hukum 'dengan terpaksa menanggung dosa' akibat menghakimi Anda? Negara dan masyarakat tidak membutuhkan manusia perusak seperti Anda-Anda yang "seperti ini". Pelecehan mental dan verbal juga menggantungkan situasi Anda yang berada di ujung tanduk - kebijakan peringatan final dan pemutusan atau pemberhentian permanen tenaga pengajar tanpa syarat dari pihak sekolah (dan kementerian) serta larangan penerimaan tenaga kerja "pendidik" mantan pelaku tindak kejahatan pelecehan serupa. Lebih jauh, tangan Kementerian Hukum dan HAM Tanah Air Internet akan support dengan pertimbangan orientatif ini.

Semua ini berlaku untuk jenjang/tingkat pendidikan apa saja, tanpa terkecuali. Kalau terlalu banyak pertimbangan sana-sini sebelum pelaksanaan dan berjalan, berarti Anda adalah agen penggagal yang terlalu bercokol dengan teori-teori sosial-politik-budaya yang cuman jago di teori, tetapi tidak pernah mendengar masyarakat dan bertindak langsung sesuai ekspetasi dan harapan praktis dari masyarakat. Anda tidak menghargai mereka yang juga adalah tanggung jawab Anda. Pertimbangan Anda menjadi suggestion yang konstruktif ketika sudah di tengah jalan dan terdapat ketidak-harmonisan dalam prosesnya, saya apresiasi dan terima itu - tetapi tidak dengan belum memulai tapi sudah ngomel dengan 1001 pertimbangan. Jika Anda terlalu banyak menimbang-nimbang, kenapa tidak mengajukan diri saja sebagai pemimpin dari awal? Saya yakin 101% bahwa Anda akan berdalih bahwa Anda "terpaksa" melakukan ini dan itu, dan biasanya media massa yang akan menjadi sasaran ngeyel-nya Anda - dan itu yang biasanya dilakukan orang-orang cerdas 'teori doang' tapi prakteknya NOL! Intervensi kemungkinan apa yang dapat Anda buat demi membangun bangsa ini secara langsung (butuh praktek sederhana), bukan kritik di atas kertas, diam di atas lapangan. 

Oke, biarkan orang itu mengkhayal tinggi dengan tradisi intervensi pertimbangan teoritiknya, kita kembali pada proyek praktis yang segera dilaksanakan saat ini.  

Semua rules serta agreement of privacy and policy tadi sudah dijelaskan, jadi kalau ada yang kurang nanti akan saya singgung kembali - sehingga saya langsung memetakkan target revolusinya: 

(1) Kita akan mereduksi sebagian besar konsep-konsep belajar-mengajar "di balik bangku" para murid tercinta. Sederhananya, teori-teori kepustakaan yang selama ini sudah dipersiapkan menurut kurikulum yang 'katanya' meresahkan bagi para murid tetapi dianggap sudah proporsional menurut standar pendidikan purba, akan dikurangi sebagian besar dalam artian 'target mengenal, mengerti dan memahami ilmu pengetahuan dengan cara yang berbeda'. Porsi kreativitas berpikir generasi muda lebih ditekankan pada aspek praktik (fleksibilitas dalam aktus pengembangan kognisi) dan penyajian teori yang lebih santai. Artinya, tenaga pengajar jangan terlalu berkutat atau berpatokan pada target daily or weekly mengenai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus segera terpenuhi menurut jadwal yang telah di-schedule menurut pendidikan zaman purba seperti negara tetangga. Sebaliknya, coba nikmati gaya mengajar Anda seperti "orangtua dengan anak dalam suasana teman dengan teman", maka dengan sendirinya Anda akan sangat menyayangi dan mencintai pekerjaan sekaligus lingkungan Anda - begitu pula secara natural, murid akan sangat 'segar' secara psikologis sehingga selalu ingin mendengarkan gurunya bersama teman-teman lainnya. Fokus pada targetmu, step-by-step, karena Anda bukan peneliti robot dan para murid bukan robot. Proporsi SK dan KD di sini harus dipadatkan dan direduksi - lebih kepada klasifikasi proporsional mana yang dirasa bisa visualisasikan melalui praktik dan mana yang agak abstrak untuk dipraktikkan atau cenderung teoritik. Bukan berarti dihilangkan sama sekali, melainkan memisahkan zona berkutat dengan literatur teoritik dan berkutat dengan praktik-praktik sederhana yang sesuai dengan apa yang disediakan oleh kurikulum pada era-era sebelumnya. Sistem ini diberlakukan mulai dari tataran tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar.

Rancangan zona belajar - ideal sebuah kelas dalam prospek implementasi strategi pendidikan yang dimaksudkan itu harus didesain "tanpa posisi konvensional" jumlah kursi dan posisi meja-kursi yang berbanjar seperti sidang-sidang resmi konferensi, tetapi disajikan model-model kursi-meja yang lebih fleksibel (bisa dilipat dan disusun rapi). Kita harus pertama-tama menciptakan zona frekuentif yang fleksibel, karena saya merasa bahwa generasi muda zaman sekarang gampang terserang 'virus gabut' - masuk kelas saat bersekolah, mendadak jadi malas, menanti jam istirahat dan pulang sekolah lebih tepat waktu daripada pergi ke sekolah. Sebenarnya, problematika psikologi sederhana yang secara tidak sadar menjadi faktor penyebabnya lebih kepada tata ruang kelas yang terkesan kaku. Sehingga saya dengan berani merombak formalitas ini demi membangun psikologi generasi muda yang lebih santai dan terbuka pada tingkat awal. Jika terbatas pada fasilitas, coba sampaikan kepada saya agar kita bisa pakai uang koruptor dan tersangka kasus moral sebagai modal pembangunan dan pengembangan fasilitas sekolah yang lebih memadai. Menteri keuangan Tanah Air Internet akan menjadi supporter merumuskan saran ini sebagai misi peningkatan masa depan generasi muda kita. Di sini, sekolah negeri diharapkan tidak membuat proposal istimewa untuk mendapatkan sumbangan dari masyarakat tanpa izin atau 'nasib Anda tidak jauh-jauh amat' kecuali hal tersebut disetujui dan dilaksanakan oleh masyarakat secara terbuka dan sukarela. Situasi ini juga diharapkan tidak terjadi pada sekolah-sekolah swasta, karena kasus-kasus yang pernah terjadi di negara tetangga hal serupa dapat memicu dampak dualisme - masyarakat terpaksa ikut meski mencekik ekonomi keluarga (bagi yang kurang mampu) atau melahirkan oknum yang namanya koruptor VIP (nyolong duit sekolah, mendadak menghilang). Nasibnya 'tidak jauh-jauh amat' sama 'mereka' yang lain kalau ketangkap. Ini berlaku bagi jenjang pendidikan dasar sampai menengah atas, tanpa terkecuali (dalam hal sumbangan cuan pembangunan). Berhati-hatilah dalam menciptakan kebijakan.

(2) Tingkat Menengah Pertama akan menjadi zona transisi yang cukup sulit bagi para tenaga pendidik, akan tetapi sistem penerapan kurikulumnya akan diadaptasikan secara lebih fleksibel daripada era sebelumnya. Zona penguasaan karakter lah yang harus dipersiapkan oleh guru, karena pada masa ini, para murid akan mulai menemukan diferensiasi yang sangat kentara. Artinya, gaya pendekatan psikologis antar-individu menjadi faktor kuat yang harus mampu dibina antara guru dan siswa - sekurang-kurangnya, guru harus bisa menjadi subyek yang mampu menceritakan kisah obyektif yang dapat ditangkap secara seksama oleh para siswa. Jangan pernah melarang mereka untuk berimajinasi atau mengandai-andai tentang apa yang kira-kira mirip dengan teori atau konsep cerita teoritik Anda. Sekali lagi, SK dan KD di sini bukan jadi patokan Anda sudah atau belum membahas tentang ini atau itu, tetapi Anda harus menentukan, spekulasi, persepsi, dan pendapat siswa kira-kira bisa mendekati atau bahkan tepat 'sasaran'. Teori yang disajikan adalah dengan gaya mengajar semi-imajinatif di mana banyak hal dapat menjadi kemungkinan dari sebuah bahan pembelajaran. Fleksibilitas bergerak dan berkreasi pada tingkat sebelumnya bisa dipertahankan di tahapan ini, sehingga mereka menyadari pada tingkat ini bukan merupakan shock-wave situational frekuentif (bukan sesuatu yang ditakutkan selama ini) melainkan mereka semakin menikmati masa naik kelas, dengan asumsi penanaman pemahaman dasar bahwa semakin naik kelas, semakin pintar tidak hanya bertindak, tetapi juga dengan berbicara (secara spontan, otak pun ikut bekerja secara linear dengan kata-kata). Guru harus memaklumi segala hal yang bisa saja terjadi dalam proses 'mendengar dan berbicara' dengan anak-anak. Jangan menguasai 'teori' dengan gaya tangan besi, yang cenderung monoton dan kaku. Bagaimana mengendalikan psikologi generasi muda pada tingkatan ini adalah mengadopsi budaya orangtua di rumah untuk mewartakan gaya membaca yang menyenangkan, bukan dengan perintah tetapi dengan gaya 'mengajak bercerita'. Guru pada zona ini lebih kepada berkolaborasi dengan para orangtua untuk mengevaluasi zona rumah siswa, agar lebih mengenal tentang siapa itu 'si kecil' dari luar dan dalam. Orangtua harus menjadi agen primary yang jujur memetakan kepribadian sosial anak, sehingga klasifikasi sekolah dalam pembagian kelas KBM tidak lagi bertautan dengan "nilai di rapor", tetapi dengan peta karakter. Tujuannya bukan untuk 'memisahkan' yang 'baik dan buruk', tetapi bertujuan untuk mengklasifikasikan zona lingkungan dengan gaya pembawaan KBM guru kepada murid. Jika mereka lebih suka fleksibel, guru yang ideal dengan situasi tersebut harus disiapkan untuk menjadi 'orangtua angkat' dari kelompok tersebut; begitu pula pada kelompok-kelompok kelas yang lain. Pintar dan bodoh seorang manusia bukan tolak ukur 'kesuksesan guru dan sekolah' dalam mendidik generasi muda, tetapi lebih kepada dukungan idealis kelompok untuk mencapai kemampuan menguasai materi sekolah dengan cara mereka sendiri. Dari sinilah, sekolah dapat menjadi keluarga kedua dari para generasi muda, setelah orangtua. 

Tahapan-tahapan di atas hanya merupakan peta awal yang menuntut kita semua sebagai agen masa depan generasi muda yang mempunyai potensi untuk dikembangkan untuk menjadi lebih baik dengan input usul-saran yang membangun dengan warna motivatif, bukan dengan kritik destruktif dan cenderung meremehkan sebagaimana yang pernah dan akan selalu terjadi di negara tetangga.

Berikutnya - zona transisi masa remaja menjadi dewasa, yakni pendidikan tingkat menengah ke atas dan semi-formal. Eksplorasi trasisi dari praktis dan sederhana ke target teoritik yang 'mulai tajam' demi orientasi masa depan, hendak menekuni ilmu pengetahuan yang fokusnya bakal ke mana. Inilah zona yang paling krusial, di mana sekolah sebagai agen pendidikan bakal 'bekerja lebih keras lagi'. Lingkungan sekolah menjadi 'arena kompetitif dan kreatif' bagi generasi muda. Kita akan tetap menjaga presisi konseptual dari tingkat satuan pendidikan sebelum-sebelumnya, namun intensitasnya yang harus dikonfigurasikan sesuai dengan atmosfer minat dan niat para generasi muda. Pada level ini, imajinasi dan ide-ide kreatif yang tumbuh dan berkembang dari masing-masing individu generasi muda harus berlandaskan pada 'konsep realistik' - teori-teori akademik yang ditawarkan pada tahun awal memberikan peluang dasar bagi para siswa agar 'meyakinkan diri' dengan apa yang sedang mereka dapatkan. Tidak perlu menunggu lama untuk itu. Mimpi dan cita-cita imajinatif yang digiring dari tingkat dasar dan menengah awal sejatinya harus mampu diklasifikasikan oleh sekolah dan guru, sehingga kemudian dijelaskan kepada mereka tentang 'segala hal yang kemungkinan' dapat dicapai sesuai dengan ekspetasi dan harapan mereka masing-masing. Proporsi teoritik yang ditawarkan adalah teori akademik yang menjadi pembekalan tingkat dasar - bukan dalam bentuk jurusan-jurusan ilmu pengetahuan yang terkesan kaku, tetapi pada pola pengembangan pendidikan yang lebih advanced, seperti tingkat pemilihan mata pelajaran minat bagi para siswa. Setiap semester dan akhir tahun pendidikan/ajaran, mereka diyakinkan dengan keputusan mereka sendiri untuk 'mencentang' mata pelajaran-mata pelajaran yang menurut mereka 'ideal' untuk dikenal, dimengerti, dipahami, dan bahkan pada taraf dapat dipraktikkan. Ilmu pengetahuan dilahirkan bukan untuk 'dicekoki' di dalam otak semata kemudian menjadi beban psikologi dan akademik, tetapi menjadi opsi potensial bagi masing-masing pribadi yang memilihnya. Peluang kerja bukan diterangkan di zaman pendidikan tingkat perguruan tinggi, tetapi sejak berada di zona ini, sehingga 'cita-cita ideal' mereka dapat semakin diperkuat dengan memilih 'apa yang Anda sukai, dan apa yang kurang Anda minati', bukan memberikan segalanya kepada mereka seolah mereka sudah cukup profesional dan kritis akan apa yang akan terjadi ke depannya mengenai nasib dan karier mereka. Ini adalah zona transformasi 'imajinasi kreatif-realistik' - sesuatu yang dulu hanya menjadi khayalan, justru dapat didekati dengan mengikuti pendidikan yang sangat sesuai dengan kemauan. Ini bukan standar formalitas, tetapi standar pertumbuhan dan perkembangan manusia dari zona idealis menjadi zona realistik. Guru di sini perlu berhati-hati, karena habitus buruk terkait aspek formalitas akan menentukan nasib dan masa depan lembaga pendidikan yang menaungi Anda. Kesalahan Anda adalah kesalahan sekolah, dan itu tidak dapat dibiarkan begitu saja - dan Anda bisa saja menjadi 'korban' formalitas sekaligus 'mengorbankan' status lembaga yang menaungi Anda. Saya tidak perlu menggiring situasi sekolah swasta sebagai lembaga independen dalam hal administrasi dan sebagainya, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa itu dapat terjadi di lembaga pendidikan swasta sekalipun. 

Tingkat dasar sampai menengah adalah target revolusi yang paling berpotensi membentuk landasan kuat karakter para generasi muda untuk siap menghadapi zona akademik yang lebih mampu membentuk karakter dan kemampuan intelektual para generasi muda untuk menentukan 'siapakah Anda saat ini dan kelak' - bukan sebagai buruh dan pekerja serabutan, melainkan oknum-oknum yang siap membangun manusia dengan cara yang lebih kreatif. Anda, saya, dan mereka semua adalah pemilik Tanah Air Internet ini, sehingga kelompok-kelompok generasi muda ini mampu merekonstruksikan prospek bangsa ini bukan hanya dengan mengkali-bagi rumus-rumus matematik, menghapal teori  yang mempunyai potensi praktis di bawah angka 25%, atau mengakali hal-hal yang sebenarnya bersifat fleksibel justru menjadi terlalu kaku.

Super-sub advanced step dalam dunia pendidikan - tahap Perguruan Tinggi 

Anda kira saya akan mengadopsi total sistem pendidikan absurd negara tetangga sesuai dengan sistem pendidikan di jenjang S1 yang sampai pada hari ini 'menjadi puncak akademik ideal' bagi sebagian besar masyarakat kurang mampu di negaranya itu? yang justru menciptakan pengangguran (mendekati) tingkat jumlah masyarakat di dalam sebuah negara bagian yang terpencil? Saya 'hendak meng-upgrade' levelnya, bukan menghapusnya! Pertanyaan yang wajib ditanyakan calon sekolah atau lembaga pendidikan yang bertanggung jawab atas keputusan para generasi muda pasca-graduated dari tingkat satuan pendidikan menengah untuk memilih salah satu dari sekian banyak jalur akademik yang tersedia guna mencapai status sarjana 'tingkat pertama' adalah - "apa yang Anda cari di sini? apa yang hendak kamu temukan? mimpi atau cita-citamu seperti apa, sebelumnya?". Pertanyaan ini akan menjadi kunci dasar, di mana para generasi muda yang sering dipicu untuk bernalar mengenai 'imajinasi mimpi dan cita-cita itu' diberi kebebasan untuk bercerita tentang 'masa depan idealnya' dengan santai tanpa perlu takut kata lulus atau tidak, karena sistem branding dalam strategi pendidikan yang paling maju adalah bukan 'nama kampus' atau 'sekolah' sebagai stempel sah dari Universitas yang melaksanakan penerimaan calon mahasiswa, tetapi bagaimana cara mereka membentuk para generasi muda yang berorientasi pada hal apa dan demi kepentingan apa yang hendak dicapai dan dibuktikan oleh para generasi muda itu sendiri. Idealisme yang kuat di sini akan semakin dibentuk dan diubah haluannya menjadi lebih realistik dari perspektif praktis. Program-program studi yang ditawarkan beserta pelajaran-pelajaran pilihan yang diklasifikasikan linear menjadi prioritas utama yang hendak 'ditemukan' oleh para generasi muda, bukan otoritas penuh universitas. Universitas hanya menyesuaikan diri, bukan mengendalikan arah 'sumbu berpikir' para generasi muda secara formal yang harus tahu dan menguasai segala hal yang disuap oleh universitas. Sistem seleksi tidak menggunakan sistem gugur atau lulus, tetapi menerapkan sistem recommended-of-recommended. Artinya, ketika seorang calon mahasiswa melamar, Universitas punya opsi menerima mereka (bukan karena cuan semata), tetapi karena 'apa yang disediakan oleh Universitas' mempunyai sifat identik dengan keinginan calon mahasiswa untuk menjadi 'siapa' dan 'seperti apa' di masa depan. Jika apa yang dikehendaki oleh calon mahasiswa ternyata 'tidak ada' atau 'belum tersedia' di sana, universitas menggunakan masa tenggang waktu tertentu (schedule seleksi) untuk mempertimbangkan lembaga universitas lain yang 'punya produk akademik' yang mendekati harapan dan keinginan calon mahasiswa tersebut sebagai opsi alternatif. Setiap universitas 'jangan egois' untuk menerima calon mahasiswa semata demi kepentingan administrasi dan sebagainya, tetapi kepada arah mata angin masa depan calon mahasiswa itu sendiri. Akan ada sebuah forum yang diciptakan untuk menampung semua permasalahan terkait hal tersebut. Kerjasama antar-lembaga perguruan tinggi di Tanah Air Internet ini akan melahirkan 'surat rekomendasi' bagi para calon mahasiswa yang mencari lebih serius Universitas mana yang mampu 'menjangkit' keingin-tahuan calon mahasiswa yang secara serius ingin mengenal lebih jauh mengenai keinginannya sendiri dan seperti apa 'dunia ideal' yang lebih realistik dari cita-citanya itu, baik dari segi teoritik maupun praktik. Dengan demikian, bukan perkara kuota yang kurang memadai atau standar administratif negara yang menghentikan agen pendidikan untuk memajukan para generasi muda, tetapi 'ketersediaan dan kesiapsediaan' Universitas dalam memasok ilmu pengetahuan pada taraf teori dan praktik kontekstual sebagai bahan bakar baku berjalannya proses pembentukkan manusia penerus bangsa Tanah Air ini - inilah titik persaingan yang menentukan kualitas sebuah Universitas, selain dari pada kualitas 'pembekalan ilmu pengetahuan yang proporsional dan memadai' sesuai konteks situasi saat ini. Dunia pekerjaan adalah dunia di mana kelompok dari sekumpulan individu yang punya prospek linear dan saling melengkapi satu dengan yang lain guna mencapai kesejahteraan, bukan sebagai tambang cuan pribadi apalagi sebagai formalitas kepentingan - genetika berpikir seperti inilah yang dikenal oleh dunia sebagai persaingan tidak sehat dalam zona Global. Pendidikan 'yang adil' adalah pendidikan yang tidak berorientasi pada branding lembaga secara publik, tetapi lebih kepada quality-personal yang lahir dari lembaga yang dimaksudkan (lembaga pendidikan) - apa yang bisa dilakukan output para generasi itu untuk menghidupi dirinya dan bangsa ini agar tidak mejadi 'batu sandungan' melainkan 'batu bangunan' yang berdaya-guna membangun dunia, mulai dari Tanah Air Internet kita ini.

Tidak terlepas dari hal itu, pada tingkatan akademik ini, eksplorasi teori menjadi lebih serius dengan menyertakan proses penemuan, pembelajaran, dan pemahaman aktual mengenai konsep dan praktik sederhana pada masa lampau, mencoba mempelajari kemampuan sebuah teori dengan implementasi praktis-kontekstual, membangun advanced knowledge mengenai prospek pencapaian yang ingin diraih (bukan hanya pada konsep nilai teoritik semata), tetapi pada zona pra-praktikum dan ini adalah sebuah gerakan-revolusi teoretikal yang berbuah pada tulisan-tulisan ilmiah bernama skripsi yang sekurang-kurangnya dapat mengaktualisasikan visi dan misi para mahasiswa mengenai apa yang dapat dilakukan dari apa yang telah ditemukan dari ilmu pengetahuan tersebut pada tataran praktis dan realistis, bukan lagi imajinatif-spekulatif teoretikal semata. Kita tetap menjaga validitas berpikir ilmiah dengan menekankan aspek kebahasaan dan struktur tulisan formal yang disesuaikan dengan kemampuan literasi para mahasiswa, agar mereka tidak merasa 'dicekik' dengan ketentuan formal apalagi formalitas ke-ilmiah-an yang membuat daya berpikir mereka terhenti pada 'ketidakpastian secara ilmiah'. Biarkan mereka menentukan sendiri kemungkinan apa saja yang dapat mereka tulis terkait keinginan mereka tetapi tetap disesuaikan dengan "apa yang sejak awal ingin mereka capai dan lakukan" seperti pertanyaan dasar wajib yang dijawab oleh mereka sendiri saat pertama kali memilih jalur akademik yang mana yang berpotensi menunjang kemampuan, keinginan, dan harapan akademik dari dirinya sendiri. Peran guru (tenaga pengajar, dosen) di perguruan tinggi di sini, pada tingkat awal, hanya menyesuaikan diri dengan apa yang sudah ada di tingkat pendidikan sebelumnya, namun lebih merangsek masuk lebih dalam dan luas pada aspek  teoritis. Jangan pernah lupa bahwa aspek teoritis yang disajikan harus mampu dikenal, dipelajari, dan dipahami oleh para gen. muda dengan 1001 cara dosen mentransformasikan situasi kontekstual (adaptif) dengan lingkungan 'lama' dan lingkungan 'baru' situasional-realistis seiring berkembangnya zaman dan peradaban yang saat ini dan kelak akan dihadapi. Pekerjaan dosen menjadi 'lebih berat' jika kemampuan/skill sosial-nya tidak seimbang dengan skill teoretikal-nya. Tolak ukur nyata Anda layak dan tidak layak membimbing dan mendidik para gen. muda adalah dari penilaian para mahasiswa - mereka adalah raja dan ratu di dunia akademik - yang memiliki hak dan otoritas tertentu untuk menentukan nasib Anda di zona akademik Tanah Air Internet ini. Anda dibayar oleh negara dan masyarakat untuk mengabdikan diri demi menciptakan manusia-manusia berkualitas dari aspek keseimbangan teoretik dan praktik. Jangan hanya berkutat dengan konsep atau teori-teori yang tercantum 'hitam di atas putih' semata, karena buku bukanlah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan teoretikal mutlak yang tidak dapat terbantahkan oleh fenomena praktis kehidupan manusia saat ini dan ke depannya. Bisa saja apa yang Anda 'ceritakan' dari buku kepada mahasiswa justru hanya akan 'mati di atas kertas' dengan poin 1-10 atau A-E. Zona ini adalah zona inverted dari ilmu pengetahuan dan logistika-berpikir manusia yang 'lebih dewasa', di mana mahasiswa menjadi 'penguasa atmosfer akademik kontekstual' dan guru sebagai 'mediator' dan 'kontraktor proyek meluruskan cara berpikir teoretikal yang bijaksana', bukan sebagai hakim teori yang layak menilai segala hal yang keliru adalah "salah" secara teori. Mengapa dosen harus menjadikan diri sebagai pihak 'minoritas' sebagaimana yang demikian? Karena apa yang selalu Anda mulai dengan term "di zaman saya" atau "dulu,..." dan memaksakan ideologi pengalaman historik Anda, biasanya akan memicu mosi tidak percaya terselubung oleh sebagian mahasiswa yang lebih mengenal 'dimensional dunia berpikir yang unik dan berbeda' dalam artian segala sesuatu yang Anda ceritakan bisa saja "tidak kontekstual" dengan apa yang mereka alami yang kemudian lahirlah sebuah tradisi baru yang namanya gosip akademik di kalangan mahasiswa - yang pada akhirnya berujung pada hasil 'penilaian tertutup' para mahasiswa yang menentukan nasib Anda sebagai seorang pengajar setiap tahun ajarannya. Semakin buruk rating Anda di depan mata mahasiswa, semakin yakin lah saya bahwa Anda akan segera dialihkan ke Perpustakaan Universitas sebagai penjaga "kandang teori" para mahasiswa karena Anda tidak layak mengajari raja dan ratu bagaimana cara menjadi diri sendiri dalam menghadapi situasi dunia saat ini dan kelak. Akan tetapi, hal itu tidak berlaku jika penilaian yang dimaksudkan cenderung karena sentimen personal dari oknum-oknum mahasiswa yang mencoba menjatuhkan harkat dan martabat Anda sebagai 'guru ilmu pengetahuan' bagi mereka. Hal ini juga berlaku pada tingkatan pendidikan di bawahnya dan di atasnya, tanpa pengecualian! 

(to be continue....)

*translated by 404 - found on Jan, 18th, 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun