Mohon tunggu...
404 Not Found
404 Not Found Mohon Tunggu... Lainnya - 404 Not Found - 最先端の人間の推論の開発者の小さなグループ。

私のグループと私は、デジタル世界の真実を求めて舞台裏で働いている人々です。私たちは、サイバー空間に広がるすべての陰謀の背後にある真実を述べています.

Selanjutnya

Tutup

Diary

(INA - Chapter I) - Saya adalah Menteri Pendidikan 'Idealis' bagi Tanah Air Internet | Catatan 'Diary' yang Menghibur Orang-Orang Kecil dan Sederhana

19 Januari 2023   03:13 Diperbarui: 23 Januari 2023   06:21 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(1) Kita akan mereduksi sebagian besar konsep-konsep belajar-mengajar "di balik bangku" para murid tercinta. Sederhananya, teori-teori kepustakaan yang selama ini sudah dipersiapkan menurut kurikulum yang 'katanya' meresahkan bagi para murid tetapi dianggap sudah proporsional menurut standar pendidikan purba, akan dikurangi sebagian besar dalam artian 'target mengenal, mengerti dan memahami ilmu pengetahuan dengan cara yang berbeda'. Porsi kreativitas berpikir generasi muda lebih ditekankan pada aspek praktik (fleksibilitas dalam aktus pengembangan kognisi) dan penyajian teori yang lebih santai. Artinya, tenaga pengajar jangan terlalu berkutat atau berpatokan pada target daily or weekly mengenai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus segera terpenuhi menurut jadwal yang telah di-schedule menurut pendidikan zaman purba seperti negara tetangga. Sebaliknya, coba nikmati gaya mengajar Anda seperti "orangtua dengan anak dalam suasana teman dengan teman", maka dengan sendirinya Anda akan sangat menyayangi dan mencintai pekerjaan sekaligus lingkungan Anda - begitu pula secara natural, murid akan sangat 'segar' secara psikologis sehingga selalu ingin mendengarkan gurunya bersama teman-teman lainnya. Fokus pada targetmu, step-by-step, karena Anda bukan peneliti robot dan para murid bukan robot. Proporsi SK dan KD di sini harus dipadatkan dan direduksi - lebih kepada klasifikasi proporsional mana yang dirasa bisa visualisasikan melalui praktik dan mana yang agak abstrak untuk dipraktikkan atau cenderung teoritik. Bukan berarti dihilangkan sama sekali, melainkan memisahkan zona berkutat dengan literatur teoritik dan berkutat dengan praktik-praktik sederhana yang sesuai dengan apa yang disediakan oleh kurikulum pada era-era sebelumnya. Sistem ini diberlakukan mulai dari tataran tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar.

Rancangan zona belajar - ideal sebuah kelas dalam prospek implementasi strategi pendidikan yang dimaksudkan itu harus didesain "tanpa posisi konvensional" jumlah kursi dan posisi meja-kursi yang berbanjar seperti sidang-sidang resmi konferensi, tetapi disajikan model-model kursi-meja yang lebih fleksibel (bisa dilipat dan disusun rapi). Kita harus pertama-tama menciptakan zona frekuentif yang fleksibel, karena saya merasa bahwa generasi muda zaman sekarang gampang terserang 'virus gabut' - masuk kelas saat bersekolah, mendadak jadi malas, menanti jam istirahat dan pulang sekolah lebih tepat waktu daripada pergi ke sekolah. Sebenarnya, problematika psikologi sederhana yang secara tidak sadar menjadi faktor penyebabnya lebih kepada tata ruang kelas yang terkesan kaku. Sehingga saya dengan berani merombak formalitas ini demi membangun psikologi generasi muda yang lebih santai dan terbuka pada tingkat awal. Jika terbatas pada fasilitas, coba sampaikan kepada saya agar kita bisa pakai uang koruptor dan tersangka kasus moral sebagai modal pembangunan dan pengembangan fasilitas sekolah yang lebih memadai. Menteri keuangan Tanah Air Internet akan menjadi supporter merumuskan saran ini sebagai misi peningkatan masa depan generasi muda kita. Di sini, sekolah negeri diharapkan tidak membuat proposal istimewa untuk mendapatkan sumbangan dari masyarakat tanpa izin atau 'nasib Anda tidak jauh-jauh amat' kecuali hal tersebut disetujui dan dilaksanakan oleh masyarakat secara terbuka dan sukarela. Situasi ini juga diharapkan tidak terjadi pada sekolah-sekolah swasta, karena kasus-kasus yang pernah terjadi di negara tetangga hal serupa dapat memicu dampak dualisme - masyarakat terpaksa ikut meski mencekik ekonomi keluarga (bagi yang kurang mampu) atau melahirkan oknum yang namanya koruptor VIP (nyolong duit sekolah, mendadak menghilang). Nasibnya 'tidak jauh-jauh amat' sama 'mereka' yang lain kalau ketangkap. Ini berlaku bagi jenjang pendidikan dasar sampai menengah atas, tanpa terkecuali (dalam hal sumbangan cuan pembangunan). Berhati-hatilah dalam menciptakan kebijakan.

(2) Tingkat Menengah Pertama akan menjadi zona transisi yang cukup sulit bagi para tenaga pendidik, akan tetapi sistem penerapan kurikulumnya akan diadaptasikan secara lebih fleksibel daripada era sebelumnya. Zona penguasaan karakter lah yang harus dipersiapkan oleh guru, karena pada masa ini, para murid akan mulai menemukan diferensiasi yang sangat kentara. Artinya, gaya pendekatan psikologis antar-individu menjadi faktor kuat yang harus mampu dibina antara guru dan siswa - sekurang-kurangnya, guru harus bisa menjadi subyek yang mampu menceritakan kisah obyektif yang dapat ditangkap secara seksama oleh para siswa. Jangan pernah melarang mereka untuk berimajinasi atau mengandai-andai tentang apa yang kira-kira mirip dengan teori atau konsep cerita teoritik Anda. Sekali lagi, SK dan KD di sini bukan jadi patokan Anda sudah atau belum membahas tentang ini atau itu, tetapi Anda harus menentukan, spekulasi, persepsi, dan pendapat siswa kira-kira bisa mendekati atau bahkan tepat 'sasaran'. Teori yang disajikan adalah dengan gaya mengajar semi-imajinatif di mana banyak hal dapat menjadi kemungkinan dari sebuah bahan pembelajaran. Fleksibilitas bergerak dan berkreasi pada tingkat sebelumnya bisa dipertahankan di tahapan ini, sehingga mereka menyadari pada tingkat ini bukan merupakan shock-wave situational frekuentif (bukan sesuatu yang ditakutkan selama ini) melainkan mereka semakin menikmati masa naik kelas, dengan asumsi penanaman pemahaman dasar bahwa semakin naik kelas, semakin pintar tidak hanya bertindak, tetapi juga dengan berbicara (secara spontan, otak pun ikut bekerja secara linear dengan kata-kata). Guru harus memaklumi segala hal yang bisa saja terjadi dalam proses 'mendengar dan berbicara' dengan anak-anak. Jangan menguasai 'teori' dengan gaya tangan besi, yang cenderung monoton dan kaku. Bagaimana mengendalikan psikologi generasi muda pada tingkatan ini adalah mengadopsi budaya orangtua di rumah untuk mewartakan gaya membaca yang menyenangkan, bukan dengan perintah tetapi dengan gaya 'mengajak bercerita'. Guru pada zona ini lebih kepada berkolaborasi dengan para orangtua untuk mengevaluasi zona rumah siswa, agar lebih mengenal tentang siapa itu 'si kecil' dari luar dan dalam. Orangtua harus menjadi agen primary yang jujur memetakan kepribadian sosial anak, sehingga klasifikasi sekolah dalam pembagian kelas KBM tidak lagi bertautan dengan "nilai di rapor", tetapi dengan peta karakter. Tujuannya bukan untuk 'memisahkan' yang 'baik dan buruk', tetapi bertujuan untuk mengklasifikasikan zona lingkungan dengan gaya pembawaan KBM guru kepada murid. Jika mereka lebih suka fleksibel, guru yang ideal dengan situasi tersebut harus disiapkan untuk menjadi 'orangtua angkat' dari kelompok tersebut; begitu pula pada kelompok-kelompok kelas yang lain. Pintar dan bodoh seorang manusia bukan tolak ukur 'kesuksesan guru dan sekolah' dalam mendidik generasi muda, tetapi lebih kepada dukungan idealis kelompok untuk mencapai kemampuan menguasai materi sekolah dengan cara mereka sendiri. Dari sinilah, sekolah dapat menjadi keluarga kedua dari para generasi muda, setelah orangtua. 

Tahapan-tahapan di atas hanya merupakan peta awal yang menuntut kita semua sebagai agen masa depan generasi muda yang mempunyai potensi untuk dikembangkan untuk menjadi lebih baik dengan input usul-saran yang membangun dengan warna motivatif, bukan dengan kritik destruktif dan cenderung meremehkan sebagaimana yang pernah dan akan selalu terjadi di negara tetangga.

Berikutnya - zona transisi masa remaja menjadi dewasa, yakni pendidikan tingkat menengah ke atas dan semi-formal. Eksplorasi trasisi dari praktis dan sederhana ke target teoritik yang 'mulai tajam' demi orientasi masa depan, hendak menekuni ilmu pengetahuan yang fokusnya bakal ke mana. Inilah zona yang paling krusial, di mana sekolah sebagai agen pendidikan bakal 'bekerja lebih keras lagi'. Lingkungan sekolah menjadi 'arena kompetitif dan kreatif' bagi generasi muda. Kita akan tetap menjaga presisi konseptual dari tingkat satuan pendidikan sebelum-sebelumnya, namun intensitasnya yang harus dikonfigurasikan sesuai dengan atmosfer minat dan niat para generasi muda. Pada level ini, imajinasi dan ide-ide kreatif yang tumbuh dan berkembang dari masing-masing individu generasi muda harus berlandaskan pada 'konsep realistik' - teori-teori akademik yang ditawarkan pada tahun awal memberikan peluang dasar bagi para siswa agar 'meyakinkan diri' dengan apa yang sedang mereka dapatkan. Tidak perlu menunggu lama untuk itu. Mimpi dan cita-cita imajinatif yang digiring dari tingkat dasar dan menengah awal sejatinya harus mampu diklasifikasikan oleh sekolah dan guru, sehingga kemudian dijelaskan kepada mereka tentang 'segala hal yang kemungkinan' dapat dicapai sesuai dengan ekspetasi dan harapan mereka masing-masing. Proporsi teoritik yang ditawarkan adalah teori akademik yang menjadi pembekalan tingkat dasar - bukan dalam bentuk jurusan-jurusan ilmu pengetahuan yang terkesan kaku, tetapi pada pola pengembangan pendidikan yang lebih advanced, seperti tingkat pemilihan mata pelajaran minat bagi para siswa. Setiap semester dan akhir tahun pendidikan/ajaran, mereka diyakinkan dengan keputusan mereka sendiri untuk 'mencentang' mata pelajaran-mata pelajaran yang menurut mereka 'ideal' untuk dikenal, dimengerti, dipahami, dan bahkan pada taraf dapat dipraktikkan. Ilmu pengetahuan dilahirkan bukan untuk 'dicekoki' di dalam otak semata kemudian menjadi beban psikologi dan akademik, tetapi menjadi opsi potensial bagi masing-masing pribadi yang memilihnya. Peluang kerja bukan diterangkan di zaman pendidikan tingkat perguruan tinggi, tetapi sejak berada di zona ini, sehingga 'cita-cita ideal' mereka dapat semakin diperkuat dengan memilih 'apa yang Anda sukai, dan apa yang kurang Anda minati', bukan memberikan segalanya kepada mereka seolah mereka sudah cukup profesional dan kritis akan apa yang akan terjadi ke depannya mengenai nasib dan karier mereka. Ini adalah zona transformasi 'imajinasi kreatif-realistik' - sesuatu yang dulu hanya menjadi khayalan, justru dapat didekati dengan mengikuti pendidikan yang sangat sesuai dengan kemauan. Ini bukan standar formalitas, tetapi standar pertumbuhan dan perkembangan manusia dari zona idealis menjadi zona realistik. Guru di sini perlu berhati-hati, karena habitus buruk terkait aspek formalitas akan menentukan nasib dan masa depan lembaga pendidikan yang menaungi Anda. Kesalahan Anda adalah kesalahan sekolah, dan itu tidak dapat dibiarkan begitu saja - dan Anda bisa saja menjadi 'korban' formalitas sekaligus 'mengorbankan' status lembaga yang menaungi Anda. Saya tidak perlu menggiring situasi sekolah swasta sebagai lembaga independen dalam hal administrasi dan sebagainya, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa itu dapat terjadi di lembaga pendidikan swasta sekalipun. 

Tingkat dasar sampai menengah adalah target revolusi yang paling berpotensi membentuk landasan kuat karakter para generasi muda untuk siap menghadapi zona akademik yang lebih mampu membentuk karakter dan kemampuan intelektual para generasi muda untuk menentukan 'siapakah Anda saat ini dan kelak' - bukan sebagai buruh dan pekerja serabutan, melainkan oknum-oknum yang siap membangun manusia dengan cara yang lebih kreatif. Anda, saya, dan mereka semua adalah pemilik Tanah Air Internet ini, sehingga kelompok-kelompok generasi muda ini mampu merekonstruksikan prospek bangsa ini bukan hanya dengan mengkali-bagi rumus-rumus matematik, menghapal teori  yang mempunyai potensi praktis di bawah angka 25%, atau mengakali hal-hal yang sebenarnya bersifat fleksibel justru menjadi terlalu kaku.

Super-sub advanced step dalam dunia pendidikan - tahap Perguruan Tinggi 

Anda kira saya akan mengadopsi total sistem pendidikan absurd negara tetangga sesuai dengan sistem pendidikan di jenjang S1 yang sampai pada hari ini 'menjadi puncak akademik ideal' bagi sebagian besar masyarakat kurang mampu di negaranya itu? yang justru menciptakan pengangguran (mendekati) tingkat jumlah masyarakat di dalam sebuah negara bagian yang terpencil? Saya 'hendak meng-upgrade' levelnya, bukan menghapusnya! Pertanyaan yang wajib ditanyakan calon sekolah atau lembaga pendidikan yang bertanggung jawab atas keputusan para generasi muda pasca-graduated dari tingkat satuan pendidikan menengah untuk memilih salah satu dari sekian banyak jalur akademik yang tersedia guna mencapai status sarjana 'tingkat pertama' adalah - "apa yang Anda cari di sini? apa yang hendak kamu temukan? mimpi atau cita-citamu seperti apa, sebelumnya?". Pertanyaan ini akan menjadi kunci dasar, di mana para generasi muda yang sering dipicu untuk bernalar mengenai 'imajinasi mimpi dan cita-cita itu' diberi kebebasan untuk bercerita tentang 'masa depan idealnya' dengan santai tanpa perlu takut kata lulus atau tidak, karena sistem branding dalam strategi pendidikan yang paling maju adalah bukan 'nama kampus' atau 'sekolah' sebagai stempel sah dari Universitas yang melaksanakan penerimaan calon mahasiswa, tetapi bagaimana cara mereka membentuk para generasi muda yang berorientasi pada hal apa dan demi kepentingan apa yang hendak dicapai dan dibuktikan oleh para generasi muda itu sendiri. Idealisme yang kuat di sini akan semakin dibentuk dan diubah haluannya menjadi lebih realistik dari perspektif praktis. Program-program studi yang ditawarkan beserta pelajaran-pelajaran pilihan yang diklasifikasikan linear menjadi prioritas utama yang hendak 'ditemukan' oleh para generasi muda, bukan otoritas penuh universitas. Universitas hanya menyesuaikan diri, bukan mengendalikan arah 'sumbu berpikir' para generasi muda secara formal yang harus tahu dan menguasai segala hal yang disuap oleh universitas. Sistem seleksi tidak menggunakan sistem gugur atau lulus, tetapi menerapkan sistem recommended-of-recommended. Artinya, ketika seorang calon mahasiswa melamar, Universitas punya opsi menerima mereka (bukan karena cuan semata), tetapi karena 'apa yang disediakan oleh Universitas' mempunyai sifat identik dengan keinginan calon mahasiswa untuk menjadi 'siapa' dan 'seperti apa' di masa depan. Jika apa yang dikehendaki oleh calon mahasiswa ternyata 'tidak ada' atau 'belum tersedia' di sana, universitas menggunakan masa tenggang waktu tertentu (schedule seleksi) untuk mempertimbangkan lembaga universitas lain yang 'punya produk akademik' yang mendekati harapan dan keinginan calon mahasiswa tersebut sebagai opsi alternatif. Setiap universitas 'jangan egois' untuk menerima calon mahasiswa semata demi kepentingan administrasi dan sebagainya, tetapi kepada arah mata angin masa depan calon mahasiswa itu sendiri. Akan ada sebuah forum yang diciptakan untuk menampung semua permasalahan terkait hal tersebut. Kerjasama antar-lembaga perguruan tinggi di Tanah Air Internet ini akan melahirkan 'surat rekomendasi' bagi para calon mahasiswa yang mencari lebih serius Universitas mana yang mampu 'menjangkit' keingin-tahuan calon mahasiswa yang secara serius ingin mengenal lebih jauh mengenai keinginannya sendiri dan seperti apa 'dunia ideal' yang lebih realistik dari cita-citanya itu, baik dari segi teoritik maupun praktik. Dengan demikian, bukan perkara kuota yang kurang memadai atau standar administratif negara yang menghentikan agen pendidikan untuk memajukan para generasi muda, tetapi 'ketersediaan dan kesiapsediaan' Universitas dalam memasok ilmu pengetahuan pada taraf teori dan praktik kontekstual sebagai bahan bakar baku berjalannya proses pembentukkan manusia penerus bangsa Tanah Air ini - inilah titik persaingan yang menentukan kualitas sebuah Universitas, selain dari pada kualitas 'pembekalan ilmu pengetahuan yang proporsional dan memadai' sesuai konteks situasi saat ini. Dunia pekerjaan adalah dunia di mana kelompok dari sekumpulan individu yang punya prospek linear dan saling melengkapi satu dengan yang lain guna mencapai kesejahteraan, bukan sebagai tambang cuan pribadi apalagi sebagai formalitas kepentingan - genetika berpikir seperti inilah yang dikenal oleh dunia sebagai persaingan tidak sehat dalam zona Global. Pendidikan 'yang adil' adalah pendidikan yang tidak berorientasi pada branding lembaga secara publik, tetapi lebih kepada quality-personal yang lahir dari lembaga yang dimaksudkan (lembaga pendidikan) - apa yang bisa dilakukan output para generasi itu untuk menghidupi dirinya dan bangsa ini agar tidak mejadi 'batu sandungan' melainkan 'batu bangunan' yang berdaya-guna membangun dunia, mulai dari Tanah Air Internet kita ini.

Tidak terlepas dari hal itu, pada tingkatan akademik ini, eksplorasi teori menjadi lebih serius dengan menyertakan proses penemuan, pembelajaran, dan pemahaman aktual mengenai konsep dan praktik sederhana pada masa lampau, mencoba mempelajari kemampuan sebuah teori dengan implementasi praktis-kontekstual, membangun advanced knowledge mengenai prospek pencapaian yang ingin diraih (bukan hanya pada konsep nilai teoritik semata), tetapi pada zona pra-praktikum dan ini adalah sebuah gerakan-revolusi teoretikal yang berbuah pada tulisan-tulisan ilmiah bernama skripsi yang sekurang-kurangnya dapat mengaktualisasikan visi dan misi para mahasiswa mengenai apa yang dapat dilakukan dari apa yang telah ditemukan dari ilmu pengetahuan tersebut pada tataran praktis dan realistis, bukan lagi imajinatif-spekulatif teoretikal semata. Kita tetap menjaga validitas berpikir ilmiah dengan menekankan aspek kebahasaan dan struktur tulisan formal yang disesuaikan dengan kemampuan literasi para mahasiswa, agar mereka tidak merasa 'dicekik' dengan ketentuan formal apalagi formalitas ke-ilmiah-an yang membuat daya berpikir mereka terhenti pada 'ketidakpastian secara ilmiah'. Biarkan mereka menentukan sendiri kemungkinan apa saja yang dapat mereka tulis terkait keinginan mereka tetapi tetap disesuaikan dengan "apa yang sejak awal ingin mereka capai dan lakukan" seperti pertanyaan dasar wajib yang dijawab oleh mereka sendiri saat pertama kali memilih jalur akademik yang mana yang berpotensi menunjang kemampuan, keinginan, dan harapan akademik dari dirinya sendiri. Peran guru (tenaga pengajar, dosen) di perguruan tinggi di sini, pada tingkat awal, hanya menyesuaikan diri dengan apa yang sudah ada di tingkat pendidikan sebelumnya, namun lebih merangsek masuk lebih dalam dan luas pada aspek  teoritis. Jangan pernah lupa bahwa aspek teoritis yang disajikan harus mampu dikenal, dipelajari, dan dipahami oleh para gen. muda dengan 1001 cara dosen mentransformasikan situasi kontekstual (adaptif) dengan lingkungan 'lama' dan lingkungan 'baru' situasional-realistis seiring berkembangnya zaman dan peradaban yang saat ini dan kelak akan dihadapi. Pekerjaan dosen menjadi 'lebih berat' jika kemampuan/skill sosial-nya tidak seimbang dengan skill teoretikal-nya. Tolak ukur nyata Anda layak dan tidak layak membimbing dan mendidik para gen. muda adalah dari penilaian para mahasiswa - mereka adalah raja dan ratu di dunia akademik - yang memiliki hak dan otoritas tertentu untuk menentukan nasib Anda di zona akademik Tanah Air Internet ini. Anda dibayar oleh negara dan masyarakat untuk mengabdikan diri demi menciptakan manusia-manusia berkualitas dari aspek keseimbangan teoretik dan praktik. Jangan hanya berkutat dengan konsep atau teori-teori yang tercantum 'hitam di atas putih' semata, karena buku bukanlah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan teoretikal mutlak yang tidak dapat terbantahkan oleh fenomena praktis kehidupan manusia saat ini dan ke depannya. Bisa saja apa yang Anda 'ceritakan' dari buku kepada mahasiswa justru hanya akan 'mati di atas kertas' dengan poin 1-10 atau A-E. Zona ini adalah zona inverted dari ilmu pengetahuan dan logistika-berpikir manusia yang 'lebih dewasa', di mana mahasiswa menjadi 'penguasa atmosfer akademik kontekstual' dan guru sebagai 'mediator' dan 'kontraktor proyek meluruskan cara berpikir teoretikal yang bijaksana', bukan sebagai hakim teori yang layak menilai segala hal yang keliru adalah "salah" secara teori. Mengapa dosen harus menjadikan diri sebagai pihak 'minoritas' sebagaimana yang demikian? Karena apa yang selalu Anda mulai dengan term "di zaman saya" atau "dulu,..." dan memaksakan ideologi pengalaman historik Anda, biasanya akan memicu mosi tidak percaya terselubung oleh sebagian mahasiswa yang lebih mengenal 'dimensional dunia berpikir yang unik dan berbeda' dalam artian segala sesuatu yang Anda ceritakan bisa saja "tidak kontekstual" dengan apa yang mereka alami yang kemudian lahirlah sebuah tradisi baru yang namanya gosip akademik di kalangan mahasiswa - yang pada akhirnya berujung pada hasil 'penilaian tertutup' para mahasiswa yang menentukan nasib Anda sebagai seorang pengajar setiap tahun ajarannya. Semakin buruk rating Anda di depan mata mahasiswa, semakin yakin lah saya bahwa Anda akan segera dialihkan ke Perpustakaan Universitas sebagai penjaga "kandang teori" para mahasiswa karena Anda tidak layak mengajari raja dan ratu bagaimana cara menjadi diri sendiri dalam menghadapi situasi dunia saat ini dan kelak. Akan tetapi, hal itu tidak berlaku jika penilaian yang dimaksudkan cenderung karena sentimen personal dari oknum-oknum mahasiswa yang mencoba menjatuhkan harkat dan martabat Anda sebagai 'guru ilmu pengetahuan' bagi mereka. Hal ini juga berlaku pada tingkatan pendidikan di bawahnya dan di atasnya, tanpa pengecualian! 

(to be continue....)

*translated by 404 - found on Jan, 18th, 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun