4. P21 (Partnership for 21st Century Learning): Menyoroti pentingnya keterampilan abad ke-21 yang meliputi kolaborasi, komunikasi, kreativitas, dan pemikiran kritis. P21 menekankan perlunya pendidikan yang mempersiapkan Generasi Z dengan keterampilan yang relevan dengan tuntutan dunia kerja dan kehidupan modern.
5. Jean Twenge: Merujuk pada penelitiannya tentang peningkatan masalah kesehatan mental di kalangan Generasi Z. Twenge menyoroti dampak dari penggunaan teknologi yang berlebihan dan tekanan sosial yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental siswa.
Beberapa ahli telah mengidentifikasi beragam keresahan yang dimiliki oleh generasi ini:
1. Tantangan Teknologi: Ahli pendidikan seperti Marc Prensky telah menyoroti perbedaan signifikan dalam cara Generasi Z belajar akibat pengaruh teknologi. Mereka lebih terbiasa dengan penggunaan teknologi dalam pembelajaran dan lebih responsif terhadap metode-metode pendidikan yang mengintegrasikan teknologi secara aktif.
2. Keterampilan Abad ke-21: Penekanan pada keterampilan abad ke-21 seperti pemikiran kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi menjadi perhatian. Menurut P21 (Partnership for 21st Century Learning), para generasi muda memerlukan kurikulum yang memfasilitasi pengembangan keterampilan ini.
3. Kebutuhan akan Relevansi: Generasi Z menuntut konten pendidikan yang relevan dengan kehidupan mereka. Mereka ingin memahami hubungan antara apa yang dipelajari di sekolah dengan aplikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari.
4. Inklusi dan Keterbukaan: Faktor inklusi dan keterbukaan menjadi penting bagi Generasi Z. Mereka cenderung lebih peka terhadap isu-isu sosial, lingkungan, dan nilai-nilai keadilan.
5. Fleksibilitas dan Kebebasan dalam Pembelajaran: Generasi Z cenderung mencari pengalaman belajar yang lebih fleksibel, terbuka terhadap berbagai jenis pembelajaran, termasuk pengalaman belajar di luar kelas.
Para ahli seperti Prensky, dan juga peneliti pendidikan seperti Angela Duckworth dan Sir Ken Robinson, telah menyoroti perlunya adaptasi kurikulum untuk mengatasi keresahan Generasi Z dalam pendidikan. Mereka menegaskan bahwa kurikulum perlu mengakomodasi kebutuhan dan gaya belajar yang berbeda-beda, serta menekankan pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor sosial, emosional, dan intelektual dalam proses pendidikan.
B. Kurikulum Merdeka sebagai Respons Terhadap Perubahan
Kurikulum Merdeka dianggap sebagai respons terhadap perubahan dalam pendidikan menurut beberapa ahli karena pendekatannya yang bertujuan untuk memberikan kebebasan, fleksibilitas, dan relevansi yang lebih besar dalam proses pendidikan. Berikut adalah pandangan beberapa ahli terkait respons Kurikulum Merdeka terhadap perubahan: