Mohon tunggu...
Evi Nur Latipah
Evi Nur Latipah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Adaptif, Lierasi, Self Improvment dan development

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kurikulum Merdeka, "Sudahkah Menjawab Keresahan Generasi Z?"

17 November 2023   08:00 Diperbarui: 17 November 2023   08:04 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembahasan

A. Konteks Keresahan Generasi Z dalam Pendidikan

Generasi Z, kelompok yang tumbuh dalam era digital yang terhubung secara global, menghadapi tantangan dan dinamika unik dalam dunia pendidikan. Mereka memiliki karakteristik belajar yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya, diakibatkan oleh eksposur yang luas terhadap teknologi, informasi, serta lingkungan yang selalu terhubung secara daring. Teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka, mempengaruhi cara mereka memproses informasi, berinteraksi, dan memperoleh pengetahuan. Dalam konteks pendidikan, eksistensi Generasi Z memunculkan pertanyaan tentang relevansi kurikulum yang ada dalam memenuhi kebutuhan dan keresahan mereka. Konsep Kurikulum Merdeka menjadi sorotan yang menarik, dianggap sebagai upaya untuk menyesuaikan pendidikan dengan perubahan zaman dan tuntutan kebutuhan keterampilan abad ke-21. Namun, sejauh mana Kurikulum Merdeka telah berhasil mengakomodasi perubahan paradigma belajar Generasi Z masih merupakan perdebatan yang terus berkembang.

Ahli-ahli pendidikan telah memberikan pandangan dan analisis mendalam terkait dinamika ini. Beberapa di antaranya menyoroti perlunya penyesuaian substansial dalam kurikulum untuk mencerminkan tuntutan zaman yang terus berubah. Mereka menekankan perlunya inklusi keterampilan abad ke-21 seperti keterampilan pemecahan masalah, kreativitas, keterampilan interpersonal, serta literasi digital. Sementara itu, pandangan lain mencermati bahwa pentingnya tidak hanya mengubah isi kurikulum, tetapi juga pendekatan pembelajaran yang digunakan. Generasi Z seringkali lebih responsif terhadap pendekatan belajar yang berpusat pada siswa, interaktif, dan menggunakan teknologi sebagai alat pembelajaran. Oleh karena itu, penyesuaian tidak hanya sebatas pada apa yang diajarkan, tetapi juga bagaimana materi diajarkan.

Kurikulum Merdeka diharapkan dapat memberikan landasan bagi transformasi pendidikan yang lebih adaptif, inklusif, dan responsif terhadap perubahan zaman serta kebutuhan Generasi Z. Namun, evaluasi terus-menerus diperlukan untuk menilai sejauh mana implementasinya mencapai tujuan tersebut. Daftar pustaka yang relevan dapat mencakup karya-karya dari para ahli seperti John Dewey, Ken Robinson, dan Suzanne M. Wilson yang memberikan wawasan mendalam tentang perkembangan kurikulum dan dinamika pendidikan.

Generasi Z, yang tumbuh dalam era digital yang terhubung secara global, memiliki tantangan dan keresahan khusus dalam konteks pendidikan.

Kurikulum Merdeka, yang secara teoritis berfokus pada memberikan kebebasan dan fleksibilitas dalam kurikulum pendidikan, diharapkan dapat menanggapi sebagian dari keresahan yang dihadapi oleh Generasi Z. Namun, evaluasi yang komprehensif diperlukan untuk memastikan bahwa Kurikulum Merdeka dapat memenuhi tuntutan dan harapan generasi muda dalam konteks pendidikan yang terus berubah.

berikut adalah beberapa pandangan para ahli mengenai keresahan Generasi Z dalam konteks pendidikan:

1. Marc Prensky: Mengemukakan konsep “digital natives” dan “digital immigrants,” di mana Generasi Z, sebagai digital natives, memiliki pola pikir dan pendekatan belajar yang sangat dipengaruhi oleh teknologi digital. Prensky menyoroti pentingnya integrasi teknologi dalam pendidikan agar sesuai dengan gaya belajar mereka.

2. Angela Duckworth: Menekankan pentingnya faktor kegigihan (grit) dalam belajar. Duckworth menyoroti perlunya pendidikan untuk membangun daya tahan, ketekunan, dan motivasi yang kuat pada Generasi Z agar mereka dapat menghadapi tantangan belajar.

3. Sir Ken Robinson: Fokus pada keunikan setiap individu dan pentingnya mencari cara untuk memfasilitasi kekreatifan, keterampilan kritis, dan keunikan masing-masing siswa. Robinson menyoroti kebutuhan akan pendidikan yang tidak hanya mengutamakan aspek akademis, tetapi juga menggali potensi unik setiap individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun