Sebagian dari pembicaraanpembicaraan ini direkam. Â Catatancatatan Siauw sebenarnya disebar secara terbatas di antara para temannya pada tahun 1978. Jadi, sebelum banyak tulisan tentang G30S terbit. Siauw Giok Tjhan menyimpulkan bahwa PKI secara organisasi tidak terlibat dalam G30S.Â
Dan dari berbagai kenyataan yang ia amati, Soeharto memainkan peranan penting dalam peristiwa yang kemudian menjadi dasar dari kejahatan negara yang dilaksanakan secara sistematik belasan tahun. Saya menggunakan kesempatan ini untuk menyatakan terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan para saudara saya, terutama kakak saya, Siauw Tiong Tjing yang telah dengan rajin dan penuh dedikasi mengubah banyak bahan tertulis Siauw Giok Tjhan ke dalam format yang mempermudah upaya penyuntingan. Â Catatan Penyunting | xiii organisasiorganisasi nasional, tidak masuk ke dalam organisasi yang bersandar atas etnisitas seperti Baperki.Â
Akan tetapi saya tahu bahwa Oom Oey sangat menghormati Bung Siauw dan mengerti alasan sejarah pembentukan Baperki. Ia sangat antusias menerbitkan tulisantulisan Bung Siauw dan tulisantulisan tentangnya. Â Beberapa saat kemudian, di rumah saya yang terletak di Jakarta Timur, saya membaca esaiesai Bung Siauw tersebut.Â
Saya kagumi kejelasan penuturannya. Esaiesai tersebut merupakan sebuah teladan karena merefleksikan pemikiran yang analitis, bahkan berani menyentuh topiktopik sensitif, seperti mengapa PKI tidak melakukan perlawanan terhadap serangan dan penghancuran yang dilakukan oleh Angkatan Darat.Â
Banyak orang tentunya tidak akan mengira bahwa seorang korban kekerasan seperti Bung Siauw, dipenjarakan selama 12 tahun sebagai seorang tahanan politik, telah mengalami kelaparan dan menyaksikan para kawan setahanan meninggal di sekitarnya, masih memiliki kemampuan untuk menulis sebuah analisa mendalam. Â
Dalam mempersembahkan sebuah argumentasi, ia nyatakan sumber bahan yang ia gunakan dan dengan penuh kerendahan hati ia tandaskan, untuk beberapa butir pandangan, ia memang tidak memiliki informasi yang lengkap. Tidak ada pengakuan yang dibuatbuat, tidak ada penuturan yang tidak berdasar buktibukti kuat dan tidak ada upaya menjelekjelekkan orang lain.Â
Orang yang membaca tulisantulisan ini akan memperoleh kesan bahwa Bung Siauw adalah seorang pengamat, bukan seorang korban. Ia tidak pernah menggambarkan penderitaannya sendiri. Salah satu esai ditulis tentang Gerakan 30 September (G30S). Ia menggambarkannya sebagai: "catatancatatan berdasarkan ingatan apa yang telah didengar, diperbincangkan di dalam tahanan tanpa ada maksud untuk menyinggung perasaan siapa pun dan diajukan secara tulus dan sejujurjujurnya." Dari tulisan ini, saya mengerti mengapa ia sangat dihormati di dalam gerakan progresif dan sangat disegani oleh para tokoh militer kanan. Â
Ia benarbenar jujur. Ia dengan sangat tulus dan rendah hati mendengarkan apa yang para tapol tuturkan mengenai G30S dan setelah itu dengan kritis mengevaluasi penuturan mereka. Ia pun sangat rajin. Ia kumpulkan begitu banyak informasi yang berbeda tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan G30S. Saya belum pernah menemukan mantan tapol lain yang pernah mengeluarkan sebuah analisa tentang kejadian 30 September sedemikian komprehensif, teliti dan lengkap. Â
Dari kesemuanya ini saya kemudian mengerti kenapa ia dipilih sebagai Ketua Baperki pada tahun 50an. Ia sangat terbuka dan mampu berdialog secara tenang dan mantap dengan orangorang yang memiliki orientasi politik yang berbeda dengannya tanpa mengkompromikan pendapatpendapatnya. Â Dalam esai ini, saya akan memusatkan perhatian ke tulisan Bung Siauw pada tahun 1978 tentang G30S, dan tentang tuntutannya yang ditulis pada tahun 1979, membawa Soeharto ke pengadilan untuk mempertanggungjawabkan semua kejahatannya.Â
2Keduanya ditulis setelah ia bebas dari tahanan dan ketika ia berobat di Negeri Belanda. Â Di dalam esai pertama, Bung Siauw menyatakan bahwa ia ingin menyebarluaskan informasi yang ia peroleh dari tahanan tentang hancurnya PKI. Ia ingin membantu para pelarian politik di Eropa dan para kawan sepengorbanan di Indonesia, untuk mengerti, apa yang menyebabkan Angkatan Darat yang dipimpin oleh Soeharto menjadikan mereka---yang tidak tahumenahu tentang G30S--- kelompok orang yang bersalah.Â
2 Bung Siauw menggunakan dua nama pena: Sukidjan, "Berbagai Catatan dari Berbagai Macam Cerita yang Dikumpulkan dalam Percakapan2 dengan Berbagai Teman Tahanan di Salemba, Rumah Tahanan Chusus, dan Nirbaya" (November 1978); Sigit, "'The Smiling General' Harus Dituntut di Depan Mahkmah" (Agustus 1979).Â