Sebenarnya menjadi wanita karier itu tidak salah jika alasannya masuk akal. Membantu perekonomian keluarga atau memanfaatkan ilmunya untuk orang lain merupakan sesuatu yang bisa dimaklumi, tetapi juga harus bisa mengimbangi antara pekerjaan dan keluarga.
Menjadi wanita karier bukanlah hal yang mudah. Mereka harus bisa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Jika tidak bisa mengimbangi maka salah satu diantara keduanya akan hancur dan berantakan. Entah pekerjaannya yang berantakan atau malah keluarganya tidak terurus.
Di samping itu, pada era modern ini juga banyak yang tetap memilih menjadi ibu rumah tangga saja meski berpendidikan tinggi. Tentunya dengan melewati pertimbangan yang sangat matang.
Jika dipikir-pikir dengan pendidikan tinggi hanya menjadi ibu rumah tangga saja pasti sayang sekali. Tetapi jika dilihat dari sisi keluarga, menjadi ibu rumah tangga dengan pendidikan tinggi tidak akan sia-sia. Karena anak bangsa yang cerdas lahir dari ibu yang cerdas pula. Semua yang dilakukan dengan hati akan membuahkan hasil yang baik.
Tugas ibu rumah tangga tidak hanya sebagai tukang masak, cuci, atau beres-beres rumah saja, tetapi tugas ibu rumah tangga jauh lebih besar dari itu.
Mereka selalu mengabdi kepada keluarga. Tak hanya mengurus rumah tetapi juga mengurus anak. Mengurus anak bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Semua yang anak dapat ketika di rumah berasal dari orang tuanya, khususnya dari ibu.
Meskipun tidak dapat meraih apa yang dicita - citakan dulu ketika kecil, paling tidak bisa mencerdaskan anak - anak merupakan suatu pencapaian seorang ibu.
Ijazah hanyalah selembar kertas yang bertuliskan seberapa besar kita mampu melakukan sesuatu atau tidak. Tetapi, yang bisa mengetahui seberapa besar kemampuan kita hanyalah diri kita sendiri. Jadi jangan khawatir jika ijazah tidak digunakan, karena yang harus digunakan adalah ilmunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H