Wanita adalah sosok yang mulia. Sejatinya wanita berbeda dengan lelaki. Ada beberapa kodrat wanita yang tidak ada dalam diri lelaki, seperti menstruasi, melahirkan dan menyusui.
Tiga hal itulah yang membedakan antara lelaki dan wanita.
Wanita juga biasa disebut sebagai makhluk yang lemah, meskipun lemah ia dapat mencerdaskan keturunannya dengan kelembutan dan kasih sayangnya. Mereka rela mengorbankan diri demi buah hatinya.
Dahulu, para wanita mengabdikan dirinya hanya pada suami dan anaknya. Mereka berada di rumah untuk melayani keluarga dan mendidik anak - anaknya. Karena sejatinya ibu adalah sekolah pertama bagi anak.
Pendidikan di zaman dulu sangat menginspiratif, kenapa?
Anak-anak yang dididik pada zaman dahulu bisa dikatakan berhasil di masa depan (saat ini). Para orang tua sangat keras dalam mendidik anak mereka tetapi hasilnya memang tidak mengecewakan. Meskipun pada zaman dahulu jarang sekali orang tua yang menyekolahkan anaknya karena masalah biaya, tetapi mereka mampu dan berhasil mendidik anaknya.
Walaupun dididik dengan cara yang keras, anak-anak tidak membangkang dan tetap patuh dengan apa yang diajarkan pada mereka. Anak - anak zaman dahulu tidak berani melawan orang yang lebih tua. Mereka takut melakukan kesalahan dan perbuatan yang melenceng dari norma dan agama. Sehingga pada zaman dahulu masalah yang terkait dengan anak - anak sangat minim dijumpai.
Berbeda jauh dari zaman dahulu, kebanyakan wanita di era modern ini lebih memilih menjadi wanita karir atau yang biasa disebut dengan ibu pekerja.
![Ilustrasi : blog.sukawu.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/02/26/tips-mengatur-waktu-antara-keluarga-dan-pekerjaan-bagi-wanita-karir-5a93be1dcbe52341ff152283.jpg?t=o&v=770)
Alasan utama mereka biasanya sama saja. Karena pendidikan tinggi. Tak sedikit wanita yang berfikir seperti itu. Hampir semua wanita yang berpendidikan tinggi tidak ingin jika hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Pastilah mereka menginginkan lebih dari sekedar menjadi ibu rumah tangga.
Memanfaatkan ilmu agar ijazah tak sia-sia dicapai merupakan salah satu alasan kuat menjadi wanita karier. Namun, ada juga alasan lainnya menjadi wanita karier yakni membantu perekonomian keluarga.
Sebenarnya menjadi wanita karier itu tidak salah jika alasannya masuk akal. Membantu perekonomian keluarga atau memanfaatkan ilmunya untuk orang lain merupakan sesuatu yang bisa dimaklumi, tetapi juga harus bisa mengimbangi antara pekerjaan dan keluarga.
Menjadi wanita karier bukanlah hal yang mudah. Mereka harus bisa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Jika tidak bisa mengimbangi maka salah satu diantara keduanya akan hancur dan berantakan. Entah pekerjaannya yang berantakan atau malah keluarganya tidak terurus.
Di samping itu, pada era modern ini juga banyak yang tetap memilih menjadi ibu rumah tangga saja meski berpendidikan tinggi. Tentunya dengan melewati pertimbangan yang sangat matang.
Jika dipikir-pikir dengan pendidikan tinggi hanya menjadi ibu rumah tangga saja pasti sayang sekali. Tetapi jika dilihat dari sisi keluarga, menjadi ibu rumah tangga dengan pendidikan tinggi tidak akan sia-sia. Karena anak bangsa yang cerdas lahir dari ibu yang cerdas pula. Semua yang dilakukan dengan hati akan membuahkan hasil yang baik.
Tugas ibu rumah tangga tidak hanya sebagai tukang masak, cuci, atau beres-beres rumah saja, tetapi tugas ibu rumah tangga jauh lebih besar dari itu.
Mereka selalu mengabdi kepada keluarga. Tak hanya mengurus rumah tetapi juga mengurus anak. Mengurus anak bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Semua yang anak dapat ketika di rumah berasal dari orang tuanya, khususnya dari ibu.
![Ilustrasi : http://harrania.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/02/26/belajar-membaca-5a93c048cbe52376fc48ac23.jpg?t=o&v=770)
Meskipun tidak dapat meraih apa yang dicita - citakan dulu ketika kecil, paling tidak bisa mencerdaskan anak - anak merupakan suatu pencapaian seorang ibu.
Ijazah hanyalah selembar kertas yang bertuliskan seberapa besar kita mampu melakukan sesuatu atau tidak. Tetapi, yang bisa mengetahui seberapa besar kemampuan kita hanyalah diri kita sendiri. Jadi jangan khawatir jika ijazah tidak digunakan, karena yang harus digunakan adalah ilmunya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI