Pete berdiri, dan mengembalikan tiket serta undangannya ke Nick lagi. Lalu ia beranjak dari tempat itu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pete berjalan menjauhi Paman Willie dan Nick yang asyik dengan puisinya lagi. Di dekat taman itu, berdiri sekolah mereka, SMU Mentari. Walau libur, penjaga sekolah sudah terbiasa dengan Nick dan Pete, atau anak-anak lainnya. Jadi kalau mereka cuma ingin ke toilet, Pak Budi pasti memperbolehkannya. Kadang, ada juga yang senang main basket, atau sepak bola di situ. Namanya juga anak-anak, begitulah pikir Pak Budi.
Toilet sekolah agak masuk ke dalam. Karena letaknya di sisi belakang sekolah, dekat kantin. Dan, percayalah sekolah favorit ini sekolah yang luas sekali. Kira-kira sebesar lapangan sepak bola. Jadi pasti perjalanan Pete lama sekali.
Setelah cuci muka, Pete hendak berjalan kembali ke taman, tempat Nick berada. Dalam perjalanannya ia melewati lorong sekolah. Lorong itu kalau di saat libur sekolah, selalu sepi. Sayang kali ini duduk tiga berandal sekolah, Annie, Gito, dan Aconk.
Saat Pete melewati Aconk, tiba-tiba kakinya terjungkal oleh kaki Aconk.
"He!" panggil Aconk ke Pete.
Aconk segera berdiri dan menarik jaket Pete. Ia menariknya ke sebuah kursi tua, dan kemudian melemparnya.
"Ayo, bayar. Udah waktunya kan!"
Gito mendekati mereka berdua dan ikut-ikutan menampar muka Pete.
"Cuk, bayar gak!"