Lalu, faktor remunerasi juga bukan hal utama yang menyebabkan karyawan milenial betah bekerja di suatu kantor.Â
Faktor utamanya justru pada apresiasi atas ide dan hasil kerja dengan persentase sekitar 83% responden.Â
Berikutnya, di urutan kedua adalah suasana kantor yang menyenangkan dengan 69% responden, diikuti dengan fleksibilitas waktu dan tempat (61%) dan komunikasi yang fleksibel atau tidak bersifat birokratis (60%).Â
Keberagaman di Tempat Kerja Itu Penting
Bagi milenial, bekerja di perusahaan yang dapat menghargai keberagaman, inklusivitas dan kesetaraan adalah impian.Â
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Gallup, terdapat tiga perbedaan cara pandang antara generasi milenial dengan generasi sebelumnya terkait keberagaman di tempat kerja, yaitu kesadaran akan berbagai perspektif, gaya hidup dan pilihan; keterbukaan untuk berdiskusi mengenai topik-topik yang sensitif dan idealisme tentang dunia dan tempat kerja di mana suara setiap orang didengarkan dan dihargai.Â
Pemahaman yang lebih baik tentang keberagaman dan inklusivitas inilah yang kelak akan mendorong terjadinya perubahan dalam dunia kerja modern.Â
Karyawan milenial tidak lagi memandang keberagaman sebagai tantangan atau ancaman, tapi menganggapnya sebagai harapan di mana setiap orang dapat mengekspresikan ide, sudut pandang dan otentisitas dirinya tanpa takut dihakimi atau diintimidasi.Â
PenutupÂ
Meski generasi milenial di dunia kerja kerap mendapat stereotip negatif, sebenarnya mereka punya perspektif yang luas tentang makna bekerja. Bagi milenial, bekerja tidak hanya untuk memperoleh penghasilan agar dapat bertahan hidup.Â
Pekerjaan yang mereka lakoni, selain mendatangkan uang, juga harus bisa memfasilitasi mereka untuk berkembang sebagai manusia yang utuh. Lebih bagus lagi jika pekerjaan itu dapat membuat mereka untuk turut berkontribusi pada perubahan sosial yang lebih baik.Â