Oleh karena itu, milenial tidak segan mengkritik organisasi yang hanya fokus mengejar profit tapi tidak memberi kontribusi apapun bagi lingkungan dan sesama.Â
Organisasi yang punya misi sosial, etika bisnis dan core value yang sesuai dengan nilai atau pandangan hidup individu akan membuatnya lebih bangga pada pekerjaan dan organisasi tempatnya bekerja.Â
Survei Deloitte tahun 2018 menunjukkan ada perbedaan dan kesenjangan antara ekspektasi milenial mengenai apa yang seharusnya diprioritaskan oleh perusahaan dengan yang selama ini lebih diprioritaskan perusahaan.Â
Hal-hal yang menjadi ekspektasi milenial tersebut, seperti memberikan pekerjaan bagi masyarakat, peningkatan kualitas hidup masyarakat (misalnya, mengedukasi, menginformasikan atau mempromosikan gaya hidup sehat dll), inovasi dan pengembangan, peningkatan kemampuan dan kesejahteraan karyawan serta perlindungan terhadap lingkungan hidup.Â
Namun, pada kenyataannya yang lebih diprioritaskan oleh perusahaan antara lain profit, efisiensi dan produksi serta penjualan produk atau jasa.Â
Selain itu, citra atau reputasi perusahaan juga menjadi pertimbangan penting bagi milenial.Â
Ketika suatu perusahaan terindikasi punya citra yang buruk, seperti perusahaan yang dalam menjalankan bisnisnya kerap melakukan perusakan hutan, bagi milenial ini sudah nilai minus.Â
Hal itu tampak dalam survei yang dirilis oleh pwc.com terhadap 4.364 responden di 75 negara tentang sektor-sektor industri yang cenderung dihindari oleh milenial karena citranya yang negatif.Â
Lima besar teratas ditempati oleh sektor minyak dan gas (14%), pertahanan (12%), jasa asuransi (12%), pemerintahan dan pelayanan publik (11%) dan industri kimia (11%).Â