Perempuan, dengan kehalusan perasaannya, mampu membuat kepemimpinannya terasa lebih humanis dibandingkan kepemimpinan laki-laki yang cenderung transaksional. Dengan sifat keibuannya, perempuan mampu melakukan pendekatan emosional untuk lebih memahami masalah yang dihadapi masyarakat.Â
Bubarnya Gerwani bukan hanya awal kemunduran gerakan perempuan, melainkan juga menghambat kemajuan dan kesetaraan.Â
PenutupÂ
Sekarang, Gerwani hanya sebuah nama. Namun, ide-ide dan nilai-nilai feminisme yang diperjuangkannya masih terus dihidupkan.Â
Di ruang publik nyata maupun virtual, aktivisme kesetaraan gender sudah bukan hal yang asing. Generasi milenial dan Z cukup banyak yang mulai aware bahkan berkomunitas dan ikut menyuarakan isu-isu perempuan juga sosial politik.Â
Barangkali ada dari anak-anak muda itu yang tidak mengenal Gerwani dan bagaimana cerita di baliknya. Namun, apa yang mereka perjuangkan sebenarnya sama esensinya.Â
Jadi, masuk akalkah jika perempuan-perempuan pejuang kesetaraan ini dilabeli sebagai perempuan amoral yang menyiksa para jenderal sambil menari telanjang?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H