Menurut penuturan Ruth Indiah, peneliti feminis INKRISPENA, yang ditayangkan di kanal YouTube Asumsi dalam segmen ALKISAH yang berjudul Fitnah Seksual Orde Baru: Awal Kemunduran Gerakan Perempuan Indonesia!, bahkan di tingkat ranting desa, Gerwani tidak segan-segan mendatangi orang yang melakukan poligami dan membela para istri yang dimadu oleh suaminya. Hal ini membuat mereka dibenci oleh banyak orang, terutama tuan-tuan tanah yang kebanyakan adalah pelaku poligami.Â
Bayangkan, seandainya organisasi tersebut masih hidup hingga hari ini, saya yakin pasti bakal dibenci juga oleh ustadz-ustadz dan akhi-akhi pendukung poligami dan pelaku nikah siri.Â
Tak hanya peduli pada isu perempuan, Gerwani juga menjadi organisasi perempuan yang vokal dalam menyuarakan isu politik nasional dan internasional.Â
Hal ini mereka tunjukkan, misalnya pada peringatan Hari Perempuan Internasional bulan Maret 1955, di mana mereka memprotes percobaan senjata nuklir dan pendudukan Belanda di Irian Barat (sekarang Papua).Â
Para perempuan progresif dan revolusioner ini juga melakukan kampanye besar-besaran atas nama kaum tani miskin dan menuntut penurunan harga barang-barang yang melambung tinggi.Â
Seiring berjalannya waktu, organisasi ini mampu meraup massa dalam jumlah besar. Jumlahnya mencapai 1,5 juta orang pada 1965 sehingga menjadikan Gerwani sebagai gerakan perempuan terbesar ketiga di dunia pada saat itu.Â
Nasib Penyintas Pasca Peristiwa 1965Â
Para perempuan yang ditahan setelah Gestapu, sebagian memang bergiat dalam organisasi tersebut atau organisasi lain yang masih berkaitan dan sebagian lagi adalah para perempuan yang justru tidak tahu apa-apa.Â
Jika tahanan politik (tapol) laki-laki dibuang ke Pulau Buru, para perempuan ini ditahan di Kamp Plantungan, Kendal, Jawa Tengah. Sekarang tempat itu sudah beralih menjadi tempat wisata yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Bumi Perkemahan Jodipati Plantungan.Â
Di dalam tahanan, para perempuan itu mengalami pemerkosaan dan penyiksaan dari aparat.Â
Ada yang ditelanjangi untuk mencari cap Gerwani di tubuhnya. Sesuatu yang  sia-sia saja karena apa yang mereka cari toh tidak ada.Â
Ada yang dipukuli agar mengaku kalau dirinya terlibat ini itu atau kenal si anu. Sementara yang bersangkutan sama sekali tidak tahu atau tidak pernah melakukan sesuatu yang dituduhkan.Â