Mohon tunggu...
LumbaLumba
LumbaLumba Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Mencoba berbagi kisah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Gadis Tercantik di London (Perang Eropa)-27

16 April 2014   14:03 Diperbarui: 7 Juni 2023   22:41 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

        Terdengar bunyi letusan - letusan pistol disertai kilatan cahaya. Para polisi menembak Arabel tanpa ampun. Arabel sendiri berlindung di balik punggung polisi yang ditelikungnya sembari balas menembak. Banyak darah bercipratan ke udara. Para polisi segera bertumbangan ke tanah. Arabel sendiri tak selamat. Sebutir peluru mengoyak luka lama yang didapatnya saat insiden Baker Street. Namun tameng manusia yang digunakan Arabel yang paling buruk keadaannya. Terjepit di tengah pertempuran, sejumlah peluru mengenai polisi malang tersebut. 

        Sungguh pemandangan yang mengerikan.

        Ketika detektif Morgan sudah mampu menguasai diri, dilihatnya Arabel dengan sempoyongan meninggalkan enam polisi yang terkapar di sekitarnya. Saat itulah topi Fedora yang dikenakan gadis itu jatuh. Rambut pirangnya pun lepas tergerai. Arabel yang saat itu kebetulan menoleh, bertatapan dengan detektif Morgan.

        Morgan serta para polisi di belakangnya terperanjat. Orang berjubah hitam itu ternyata perempuan!

        Arabel mengangkat kedua tangannya yang kini memegang pistol rampasan. Sambil melesat menyamping, gadis Jerman itu melepaskan tembakan gencar.

        Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!  

        Para polisi sontak kocar - kacir. Mereka berlarian menyelamatkan diri dari tembakan Arabel. Berlindung di balik sepeda motor atau mobil yang terparkir.

        Sebuah motor Harley-Davidson segera meledak dan terlempar ke udara akibat tertembak. Kaca - kaca mobil pecah berhamburan. Badan mobil dan sepeda motor berlubang - lubang. Para polisi meringkuk tak mampu memberi perlawanan.

        Entah berapa lama hujan peluru itu berlangsung. Tiba - tiba suasana menjadi sunyi. Saat detektif Morgan menegakkan tubuh, dilihatnya Arabel sudah masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Para polisi lain ikut menyaksikan hal itu.

        "Kalian berdua dobrak pintu itu dan masuk ke dalam," detektif Morgan menunjuk dua orang polisi, "sisanya mengikuti dari belakang untuk memberi back up," ujarnya.

        Detektif Morgan menatap enam anak buahnya yang sedang digotong ke tempat aman. Mereka merintih - rintih kesakitan. Secara ajaib, tak ada yang dalam kondisi kritis. Padahal tembak - menembak tadi begitu brutal. Enam pria berpistol telah ditumbangkan seorang gadis sendirian. Keberanian gadis itu sungguh tak masuk akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun