"What the heck ... ayo kita ringkus nona brengsek itu!" detektif Morgan berkata pada anak buahnya. Ia menyeringai dengan penuh semangat.
    Waktu muda dirinya adalah berandalan. Menghadapi situasi menegangkan ini justru membuat dirinya tertantang.
***
    Dua polisi terdepan berjalan mengendap - endap.
    Lantai bawah sudah diperiksa dan ternyata kosong. Sekarang kedua polisi itu menaiki tangga menuju lantai atas.
    "Tidak di rumah, tidak disini selalu saja kujumpai perempuan mengamuk," polisi pertama berkata dengan prihatin. Pistolnya digenggam erat sambil terus mengendap naik.
    "Sssh ... jangan berisik. Nanti gadis iblis itu mendengar ... ", polisi kedua memperingatkan.
    Tak lama hampir sampailah mereka di ujung anak tangga. Di atas sana entah bahaya apa yang sedang menunggu.
    "Naiklah lebih dulu ...," bisik polisi pertama pada polisi kedua, "yang muda sepertiku harus mendahulukan yang tua."
    "Terima kasih tapi aku sudah terbiasa antri. Silakan saja kalau ingin mati duluan ...," sahut polisi kedua dengan kesal.
    Mendengar ribut - ribut itu, detektif Morgan menjadi kesal. Kedua polisi yang asik ngobrol itu langsung dipelototi olehnya. Mereka pun langsung terdiam. Morgan tak paham apa yang mereka bicarakan namun macet bergerak membuatnya sebal.