Mohon tunggu...
Luluk Marifa
Luluk Marifa Mohon Tunggu... Penulis - Read, read and read. than write, write and write.

Menulislah, hingga kau lupa caranya menyerah dan pasrah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Masih tentang Orang yang Sama

4 Juli 2024   20:25 Diperbarui: 10 Juli 2024   14:41 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku antusias berteriak mencari Kakek saat belum sempurna kakiku menyapa bumi, hingga akhirnya aku terhuyung, terjerembab hingga gaun pinkku kotor, sial.

"Apa ini?"

Aku mengedikkan bahu ketika Kakek bertanya, bukankah dia sudah tau jika itu sebuah buku, pun disitu tertulis besar-besar nama Raniara, mantannya, upps.

Mata Kakek berkaca-kaca membuka cover depan, itu buku kumpulan puisi yang ditulis Eyang Rani-begitulah para penggemar menyebutnya. Kakek mengusap tanda tangan itu, pun dengan tulisan di bawahnya, Kakek membacanya dengan suara pelan.

"Jika kau bertanya, masihkah sama tokoh utamanya? Maka akan ku jawab masih."

Kali ini kakek tersedu dalam tangisnya setelah membaca kalimat yang ditulis penulis buku itu. Aku memandang Tante Nadia yang baru tiba diruangan itu, matanya melotot, 'kamu apakan Kakek sampe nangis gitu?' begitulah maksud tatapan mata tajamnya. Aku mengedikkan bahu, mungkin teringat penulis itu, sang mantan.

"Beruntung sekali tokoh utama dalam setiap cerita dan puisimu, terimakasih telah mengajarkanku kesetiaan itu, terimakasih telah mengembalikanku kepada cinta sejatiku. Aku juga merasa beruntung, Dewi, terimakasih banyak, telah tulus mencintaiku. Tunggu aku, aku pun menyayangimu setulusnya."

Aku menyerngitkan dahi, loh-loh yang disebut kok nama Nenek-Dewi, bukan Raniara gitu, jadi bagaimana ini maksud nya? Apa yang dimaksud tokoh utama itu masih sama bukan merujuk pada Kakek?

"Rani sahabat baikku mari menunggu saat-saat terbaik menemui cinta masing-masing di surga-Nya," tangannya kembali mengelus buku itu seolah kakek baru saja menemui seseorang yang amat ia kasihi di duni anyata. 

"Bisa temukan kakek dengan beliau Ra, dia sahabat baik Kakek sedari kecil. Dia wanita tangguh yang memiliki cinta tulus untuk satu orang yang diabadikan dalam setiap tokoh pada tulisannya, dia yang telah kembali kepangkuan Tuhan puluhan tahun lalu?"

Aku menggaruk kepalaku yang tiba-tiba gatal, ternyata aku salah sangka.

Lantas terdiam dalam fikir. Ah, sial, aku melewatkan kesempatan untuk bertemu Tereliye, Tante Nadia harus tanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun