Aku reflek menoleh, mata kami bersitatap sejenak. Untuk kemudian jantungku mulai berdebar, nafasku memburu dan tanganku terangkat. "Kauuuu," desisku pelan.
"Loh, kan itu menurutku." Dia dengan gerakan cepat berdiri, menghindari serangan tanganku yang bersiap memukulnya. Dia tertawa pada akhirnya.
Jika saja kalimat itu diucapkan seseorang pada lawan jenisnya memang akan terdengar romantis, romantis sekali malah. Tapi itu sungguh terdengar menggelikan karena aku dan dia memiliki jenis yang sama. Bukankah itu jawaban yang kurang ajar. Aku melotot sanksi melihatnya yang tertawa terpingkal, lancar dia mengerjaiku.
Maka sampai saat ini aku masih memikirkan jawaban yang akan kuutarakan pada pemilik suara itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H