"Bagaimana, kau sudah menemukan jawabannya?"
Demi mendengar suara itu aku kembali menghembuskan nafas pelan, menggeleng.
"Apa jawaban yang kau terima belum dapat memberikan gambaran yang utuh?" tanyanya lagi
"Entahlah." Suaraku terdengar lemah.
***
"Menurutmu, apa yang paling menarik dari hidup ini?"
Aku kembali menggutarakan tanya untuk kesekian kalinya. Jawaban yang telah kuterima sebelumnya bukan berarti salah, karena pada akhirnya aku masih mencari jawaban yang lain. Hanya saja, aku menginginkan jawaban lebih banyak perihal sesuatu yang menarik menurut banyak orang. Tidak ada jawaban yang benar dan yang salah, bukan? Itu hanya soal perspektif. Dan aku belum menemukan perspektif mana yang akan kugunakan.
"Cinta, cinta yang membuat hidup ini menarik."
Aku manatapnya tak percaya, sungguh itukah yang dia pikirkan. Oh, wajarlah dia tengah kasmaran beberapa hari terakhir, maka jika itu jawabnya, aku juga tak dapat menyalahkan. Bagi para pecinta hidup tanpa cinta bagai taman tak bebunga, hampa. Boleh jadi ia akan kehilangan hidup jika tidak memiliki cinta, bucin kali. Aku mengeluh tertahan.
"Maksudku, bukan spesifik cinta pada lawan jenis seperti yang kau pikirkan," ujarnya sekilas lalu menatapku. Seolah dari mimik wajahnya ia mendengar keluhan tertahan milikku atas jawabannya.
"Kau membaca pikiranku?" tanyaku sanksi