Mohon tunggu...
Luluk Marifa
Luluk Marifa Mohon Tunggu... Penulis - Read, read and read. than write, write and write.

Menulislah, hingga kau lupa caranya menyerah dan pasrah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Move On

2 Agustus 2023   21:23 Diperbarui: 13 Agustus 2023   21:08 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi patah hati. (Dok Shutterstock/wing-wing via Kompas.com)

Handpohone di saku jaket hitamku berdering, kali ini senyumku mengembang lebih lebar. Ternyata rasanya selega ini.

"Aku harus pulang, sampai nanti di hari pernikahanmu," ucapku mulai berdiri, mengulurkan tangan yang segera kau sambut.

"Mau ku antar, Ra?"

Aku menggeleng, tergelak. Melambaikan tangan dengan layar handphone yang masih menyala, menampilkan nama seseorang yang tengah memanggil.

"Apa dia seorang pelukis juga?" kau bertanya setelah memahami satu hal.

"Sayangnya bukan, dia manusia biasa yang akan kujadikan menyukai lukisan sebagai konsekuensi telah menyukai seorang pelukis," gelakku melangakah keluar kafe, soal bayar membayar biarlah menjadi urusan manusia itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun