Ketiga, ibadah tidak takut miskin. Jangan sampai ibadah yang dilakukan dengan tujuan agar tidak menjadi orang fakir maupun  miskin. Artinya ibadah kita punya orientasi tercukupinya harta bukan lillahi ta'ala. Padahal masalah  rizki Allah lah yang memberi. Tetapi tetap dibarengi dengan proses usaha untuk mendapatkannya.
Keempat, menjadi ciri kemurnian ibadah adalah tidak khawatir menjadi manusia hina ataupun menderita. Cobaan yang ada dianggap sebagai ujian dari Allah untuk lebih meningkatkan ibadahnya.
Ibadah karena Allah Swt berarti sebuah pengabdian kepada Allah Swt semata dan bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang diperoleh manusia. Â Walaupun kualitas ibadahnya kurang maksimal.
Kualitas ibadah Nabi dengan manusia biasa tentu sangat berbeda, Nabi dalam mengerjakan ibadah sholat hingga kaki beliau bengkak, sedangkan manusia kakinya sehat saja kadang jarang shalat.
Saat manusia  beribadah mencari keridhoan Allah maka yang dikedepankan akhlaknya, berkomunikasi dan berperilaku pada Allah Swt dan ciptaan-Nya.
Kemuliaan orang mukmin datang sendiri dari pengakuan keimanan dan ibadah kepada Allah Swt. Jangan sampai seorang mukmin yang mengaku mukmin tetapi  dia sendiri mengalami kebingungan tentang keimanan yang ada dalam hatinya atau ada ketidaksesuaian. Sehingga pada saat khotbah atau ceramah dia bingung sendiri, apa yang dikatakan bertentangan dengan perilaku yang dilakukannya. Wallu'alam bishowab.
Lukmanrandusanga (28/8/2024)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H