Mohon tunggu...
Luhur Pambudi
Luhur Pambudi Mohon Tunggu... Staff Pengajar SOBAR Institute of Phylosphia -

Perut Kenyang Hatipun Senang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berfikir Kritis, Metode Menyusun Paradigma Transformatif

28 Oktober 2018   00:35 Diperbarui: 28 Oktober 2018   00:59 1856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BENTUKNYA

CONTOHNYA

Kekeliruan karena penggunaan bahasa

  • Kekeliruan karena komposisi
  • Baut untuk mesin ini sangat ringan, karena itu mesinnya tentu ringan juga
  • Kekeliruan dalam pembagian
  • Kompleks ini dibangun di atas tanah yang luas, tentulah kamar-kamar tidurnya juga luas
  • Kekeliruan karena tekanan pengucapan
  • Kita tidak boleh membicarakan kejelekkan,  kawan. (yang dimaksud, kita dilarang membicarakan kejelekkan. Tetapi dengan memberi tekanan pada kejelekkan maknanya menjadi lain)
  • Kekeliruan karena amfiboli
  • Seorang anak muda datang kepada seorang peramal hendak mencari apakah judi untuk pertama kalinya yang akan ia lakukan membuatnya  menang atau kalah. Dan peramalan menjawab, "kamu akan mendapat pengalaman yang bagus," kata si peramal. Berangkatlah si anak muda itu ke tempat judi, namun nyatanya ia kalah. Kemudian si anak muda menanyakan kepada si peramal kenapa ramalannya meleset. Tapi si peramal itu menjawab. "saya benar sebab dengan kekalahan itu anda mendapat pengalaman bagus, bahwa judi itu membuat penderitaan.
  • Kekeliran karena menggunakan kata dalam beberapa arti
  • Gajah adalah binatang, jadi gajah kecil adalah binatang kecil (padahal gajah kecil bukan berarti gajah itu masuk dalam pengertian binatang kecil)

 

Ternyata dari kekeliruan berfikir yang dijabarkan diatas jelas membuktikan kebenaran masih butuh pengujian yang sifatnya terus-menerus, tanpa pernah puas dan tanpa henti. Hanya dengan cara berfikir kritis sebuah cara berfikir yang tak serta merta percaya dengan satu buah kemungkinan jawaban. Tujuan berfikir kritis adalah mencari kemungkinan-kemungkinan aspek lain yang membuat kebenaran asasi tertutupi. Maka janganlah merasa cukup dengan sebuah jawaban yang mengklaim sebagai benar dan kebenaran, jika masih menimbulkan tanda tanya dan masih menyisahkan keraguan yang berserakan di ruang benak hati.

Paradigma sebagai Kerangka dan Pondasi Bangunan Epistemologi

Paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Khun, seorang ahli fisika teoritik, dalam bukunya "The Structure Of Scientific Revolution", yang dipopulerkan oleh Robert Freidrichs (The Sociologi of Sociology; 1970), Lodhal dan Cardon (1972), Effrat (1972), dan Philips (1973). Sementara Khun sendiri, seperti ditulis Ritzer (1980) tidak mendefinisikan secara jelas pengertian paradigma. Bahkan menggunakan kata paradigma dalam 21 konteks yang berbeda. Namun dari 21 pengertian tersebut oleh Masterman diklasifikasikan dalam tiga pengertian paradigma yaitu 1) Paradigma Metafisik, yang mengacu pada sesuatu yang menjadi pusat kajian ilmuwan. 2) Paradigma Sosiologi, yang mengacu pada suatu kebiasaan sosial masyarakat atau penemuan teori yang diterima secara umum. 3) Paradigma Konstrak, sebagai sesuatu yang mendasari bangunan konsep dalam lingkup tertentu, misalnya paradigma pembangunan, paradigma pergerakan dan lain sebagainya.

Masterman sendiri merumuskan paradigma sebagai pandangan mendasar dari suatu ilmu yang menjadi pokok persoalan yang dipelajari (a fundamental image a dicipline has of its subject matter). Sedangkan George Ritzer mengartikan paradigma sebagai apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan apa yang mesti dipelajari, bagaimana seharusnya menjawabnya, serta seperangkat aturan tafsir sosial dalam menjawab persoalan-persoalan tersebut. Maka, jika dirumuskan secara sederhana sesungguhnya paradigma adalah "to see the world" semacam kacamata untuk melihat, memaknai, menafsirkan masyarakat atau realitas sosial. Tafsir sosial ini kemudian menurunkan respon sosial yang memandu arahan pergerakan.

Apakah yang Disebut Teori Kritis?

Apa sebenarnya makna "kritis". Menurut kamus ilmiah populer, kritis adalah tajam atau tegas dan teliti dalam menanggapi sekaligus memberikan penilaian secara mendalam. Sehingga teori kritis adalah teori yang berusaha melakukan analisa secara tajam dan teliti terhadap realitas. Secara historis, berbicara tentang teori kritis tidak bisa lepas dari madzab Frankfrut. Dengan kata lain, teori kritis merupakan produk dari Institut Penelitian Sosial, Universitas Frankfrut Jerman yang digawangi oleh kalangan neo-Marxis Jerman. Teori kritis menjadi diskusi publik di kalangan filsafat sosial dan Sosiologi pada tahun 1961. Konfrontasi intelektual yang cukup terkenal adalah perdebatan epistemologi sosial antara Adorno (kubu sekolah Frankfrut-paradigma kritis) dengan Karl Popper (kubu sekolah Wina-paradigma neo-positivisme/neo-kantian). Konfrontasi berlanjut antara Hans Albert (kubu Popper) dengan Jurgen Habermas (kubu Adorno). Perdebatan ini memacu debat positivisme dalam sosiologi Jerman. Habermas adalah tokoh yang berhasil mengintegrasikan metode analitis ke dalam pemikiran dialektis teori kritis. Madzab frankfrut mengkarakteristikan berpikir kritis dengan empat hal: 1) Berpikir dalam totalitas (dialektis). 2) Berpikir empiris-historis. 3) Berpikir dalam kesatuan teori dan praksis. 4) Berpikir dalam realitas yang tengah dan terus bekerja (working reality). Diungkapkan George Ritzer, secara ringkas teori kritis berfungsi untuk mengkritisi.

  • Teori marxian yang deterministik yang menumpukkan semua persoalan pada bidang ekonomi
  • Positivisme adalah sosiologi yang mencangkok metode sains eksak dalam wilayah sosial humaniora katakanlah kritik epistemologi
  • Teori-teori sosiologi yang kebanyakan hanya memperpanjang status quo
  • Kritik terhadap masyarakat modern yang terjebal pada irrasionalitas, nalar teknologis, nalar instrumental yang gagal membebaskan manusia dari dominasi
  • Kritik kebudayaan yang dianggap hanya menghancurkan otentisitas kemanusiaan

Pengertian Kritik dalam Tradisi Teori Kritis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun