kan kutiru dia, bukan pada bumper berbulu dibawah hidungnya, tanda fasis mengakar, menderu meluka meradang menggorok tenggorokan. Nasib Berlin, ku takut dipisah dua.
Anggur yang harganya 3 batang rokok, dipayungi cahaya lampu jalan temaram ramah,
tapi kata Rendra, dengan berbisik, "hsssssttt?" mereka tengah bertengkar dengan malam,
ku beli dengan sisa uang hasil rampasan dompet teman, siapa tahu bermanfaat jadi hangat disisa malam
Eh, malah memilukan
Dalam gramatika bahasa dan belantara tanda; huruf, simbol, nada yang mana lagi?
Kau kan tahu bukan abang yang memaksa adanya, tapi Dia, yang memberi kerumitan ini menjadi benar tanpa tanda
"Kerumitan" itu bukan sengaja kau dan aku cipta. Tapi, entah apa itu, "kerumitan" datang ditengah-tengah kehangatan cerita, yang tak pernah selesai akan sampai mana ujungnya
Apakah tuhan, dengan "huruf T" kecil, sedang iseng. Dan kau hendak memungkirinya mirip seperti kanselir terhadap partai Nazi, menolak nas dan garis tanda-Nya
 Ah, makin rumit Dia si pemberi hidayah dan Dia sebagai si pemberi kesesatan tak teselamatkan.
Apa benar Dia adalah kerumitan itu sendiri? Jangan-jangan hanya selarik rasa ingin untuk memungkasi hal yang, tak termaknai," kata Schleimacher