Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Memahami Dinamika Asia-Pasifik, Indo-Pasifik, dan Asia Tenggara dalam Lanskap Geopolitik Kontemporer

14 Agustus 2024   23:55 Diperbarui: 14 Agustus 2024   23:56 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
encrypted-tbn0.gstatic.com

Ambiguitas ini mencerminkan fluiditas konsep tersebut dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan berbagai kepentingan dan perspektif.

Indo-Pasifik: Paradigma Strategis Baru

Dalam beberapa tahun terakhir, konsep "Indo-Pasifik" telah muncul sebagai istilah alternatif yang lebih luas dan strategis terhadap Asia-Pasifik. 

Kuo (2018) mencatat bahwa istilah ini pertama kali digunakan secara signifikan oleh Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada tahun 2007, tetapi mendapatkan momentum yang lebih besar setelah diadopsi oleh pemerintahan Trump di Amerika Serikat pada tahun 2017.

Scott (2012) mendefinisikan Indo-Pasifik sebagai wilayah yang mencakup Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, dengan penekanan khusus pada konektivitas maritim antara kedua wilayah tersebut. Konsep ini secara signifikan memperluas fokus geografis ke A barat, memasukkan India dan negara-negara di tepi Samudra Hindia ke dalam kerangka strategis regional.

Heiduk dan Wacker (2020) berpendapat bahwa adopsi istilah Indo-Pasifik mencerminkan pergeseran fundamental dalam pemikiran strategis, terutama di antara negara-negara seperti AS, Jepang, Australia, dan India. Mereka melihat konsep ini sebagai respons terhadap kebangkitan Cina dan upaya untuk mengimbangi pengaruh Beijing di kawasan yang lebih luas. 

Indo-Pasifik, dengan demikian, membawa konotasi geopolitik yang lebih kuat dibandingkan dengan Asia-Pasifik yang lebih berorientasi ekonomi.

Namun, seperti diingatkan oleh Choong (2019), konsep Indo-Pasifik tidak diterima secara universal. Beberapa negara, terutama di ASEAN, tetap berhati-hati terhadap implikasi geopolitiknya dan lebih memilih untuk menggunakan istilah Asia-Pasifik yang dianggap lebih netral. 

Keraguan ini mencerminkan ketegangan yang melekat dalam upaya untuk mendefinisikan kembali kawasan tersebut dan potensi dampaknya terhadap dinamika kekuasaan yang ada.

Identitas regional Asia Tenggara

Di tengah pergantian konsep yang lebih luas ini, Asia Tenggara tetap mempertahankan identitas regionalnya yang berbeda (distinct). Acharya (2012) mendefinisikan Asia Tenggara sebagai wilayah yang terdiri dari sebelas negara: Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Timor-Leste, dan Vietnam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun