Angka tersebut mencetak rekor sebagai hasil tertinggi dalam pilpres Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet.
Begitu juga Pusat Penelitian Opini Publik Rusia (VCIOM) yang melaporkan bahwa Putin memperoleh 87 persen suara setelah pilpres digelar selama tiga hari terakhir.
Namun, banyak pengamat independen meragukan keabsahan hasil pemilihan ini.
Organisasi pemantau pemilu OSCE (Organization for Security and Co-operation in Europe) menyatakan bahwa "pemilihan ini tidak memenuhi standar demokrasi yang disepakati, dengan adanya intimidasi terhadap oposisi, penyensoran media, dan pelanggaran prosedural" (OSCE, 2024).
Kritik dari berbagai pemimpin dunia juga menyoroti soal pilpres yang tidak demokratis, cara-cara curang dan manipulasi, dan kekerasan kepada kelompok-kelompok masyarakat. Tujuan pokoknya hanya satu, yaitu kemenangan Putin.
Lembaga internasionalÂ
Dalam konteks internasional, Putin juga telah menunjukkan kemahirannya dalam menggunakan lembaga-lembaga internasional untuk memajukan kepentingan Rusia.
Menurut Ikenberry (2001), struktur internasional dan lembaga-lembaganya memberi kesempatan bagi negara-negara besar untuk mempengaruhi kebijakan global.Â
Selanjutnya, Rusia telah menggunakan forum seperti Dewan Keamanan PBB untuk menantang dominasi Barat serta memperkuat posisi geopolitiknya.
Ini menandai penerapan institusionalisme dalam skala yang lebih luas, di mana negara berupaya memanfaatkan lembaga-lembaga global untuk keuntungannya.
Meskipun demikian, institusionalisme juga mengakui bahwa institusi dapat berubah secara gradual seiring dengan pergeseran kekuatan politik dan ekonomi.