***
Setelah meminta validasi surat tugasnya ke instansi terkait, Rangga dengan semangat juangnya menuju ke Dermaga. KM. Pelni sudah menunggu dengan angkuhnya diatas air biru Dermaga. Sayup-sayup terdengar lagu Pop Malaysia dari kedai minuman yang dilewati Rangga seolah paham isi hatinya yang membiru oleh rasa cinta Cieee...
Lambaian tanganmu, mengiringi langkahku
Terasa berat kau melepas diriku
Tiada berniat kita untuk berpisah
Jangan kau ragu, sayangku
Dermaga biru saksi bisu
Tersenyum simpul Rangga mencerna alunan syair Melayu yang menyindir dirinya dengan sempurna. Aaahhh...sok tau banget itu lagu, gumam Rangga sambil terus melangkahkan kakinya ke bagian ticketing untuk melakukan check in. Angannya pun melayang jauh ke sebuah desa kecil dimana Cinta selalu menghabiskan waktu liburan bersama saudaranya. Saat ini mawar merahku sedang apa ya ? gumamnya dalam hati sambil terus memperhatikan urutan antrian di depannya.
"Rangga Saputra ?" Tanya petugas saat Rangga sudah berada di barisan antrian terdepan.
"Siap !" Jawab Rangga dengan nada bakunya.
"Tujuan Ujung Pandang, silahkan menuju gate 5." Lanjut petugas kepada Rangga.
"Terima kasih." Jawab Rangga sambil menuju ke arah gate 5 sesuai petunjuk petugas.
KM. Pelni dengan lebar 23 meter dan  panjang 146 meter di depan Rangga akan menjadi sahabatnya kurang lebih 24 jam menuju tempat tujuan. Akan tetapi masih harus dilanjutkan kembali dengan KM yang lebih kecil lagi untuk bisa menjangkau tujuan akhirnya. Wiiihhhh...sebuah perjalanan yang akan menguras energy, Rangga dalam hati terus mengkalkulasi semua hal yang berkaitan dengan perjalanan full extra segala-galanya.
KM. Pelni perlahan bergerak meninggalkan Dermaga. Buih putih dipinggir Dermaga seolah melambaikan tangan mengucap selamat tinggal. Desir angin laut mulai terasa berhembus, mengusap manja wajah Rangga dan membawa angannya melukis kenangan indahnya yang sesaat bersama Cinta. "Huuuhhh...si sipit manja itu kenapa makin nempel diingatanku sih ?" Bisiknya pada diri sendiri. "Semoga dia baik-baik saja." Lanjutnya tidak peduli dengan tatapan heran penumpang lain yang memperhatikannya. Â
***
"Mas...mas...sebentar lagi kapal merapat ke Dermaga Ujung Pandang, barang-barang sudah dicek belum ?" Tanya ABK kepada Rangga
"Sudah, tinggal diangkat saja kok... gak banyak." Jawab Rangga cuek, mata tetap tertuju pada novel ditangannya
"Ooooo...baiklah." Jawab ABK sambil berlalu setengah berlari menuju pintu keluar karena melihat seorang wanita muda berniat lompat ke laut dari Kapal. Spontan ABK menarik tangan wanita itu sampai terjatuh.
"Jangan !!!! Lepaskan saya !!!!" Teriak wanita muda sambil meronta-ronta
"Istighfar bu...jangan melakukan hal bodoh di tengah malam seperti ini." kalimat ABK berusaha menenangkanÂ
"Untuk apa kamu menghalangi ! kamu tidak merasakan apa yang saya rasa !!!" Teriak wanita muda makin menjadi, Rangga pun terpancing keributan di pinggir Body Kapal menjelang detik-detik Landed ke Dermaga.
"Kalau begitu biarkan aja dia lompat Bang !" Teriak Rangga tidak kalah ketusnya dengan Wanita muda di depannya
"Hehhh...kamu jangan ikut campur urusan saya ya ?" Ucap Wanita muda sambil menunjukkan telunjuk ke arah Rangga
"Saya tidak pernah mau ikut campur urusan orang, tapi coba hargai orang lain yang sedang berusaha menjaga nama baik perusahaan Kapal Motor ini. Anda apakah jauh berfikir tentang itu ? Saat ini petugas piket adalah Abang ini. Apa yang akan terjadi apabila ada kejadian konyol pada saat jam piket Abang ini ? Apakah Anda sanggup menanggung beban hidup keluarganya, kalau sampai terjadi pemecatan dengan Abang ini ? Jawab !!! Sanggup tidak ?" Rangga pun balik membentak Wanita muda di depannya
"Sudah...sudah mas...mari kita masuk ke dalam, angin laut sedang kencang berhembus malam ini." ujar ABK sambil menggiring Wanita muda dan Rangga masuk ke dalam kapal. ABK merangkul Rangga sebagai ucapan terima kasih telah membantu menyadarkan Wanita muda yang keras kepala itu. Rangga pun berjalan gontai menuju Cafe di bagian belakang Kapal untuk meredam emosinya yang tiba-tiba meletup dengan kejadian ini. Sambil memesan segelas kopi panas, adalah cara Rangga untuk cooling down.Â
***
"Hai...boleh aku temani minum kopi ?" Suara wanita dari balik punggung Rangga bertanya
"Silahkan..." Jawab Rangga acuh tak acuh tanpa menoleh ke arah suara, karena dia sudah mengenalinya
"Namaku Larasati...nama kamu siapa ?" Tanya Wanita yang sudah duduk dihadapannya, sambil mengulurkan tangan menunggu jawaban Rangga. Cukup lama dia menanti reaksi Rangga. Larasati tetap tidak menurunkan tangannya sambil meneliti detail raut wajah Rangga yang masih angker karena emosi jiwa.
"Rangga..." Akhirnya Rangga pun menyambut tangan Larasati dengan malas
"Sorry ya...sudah bikin kamu kesel malam ini." Lanjut Larasati sambil meninggalkan Rangga setelah perkenalan singkatnya
"Iiiiiihhhh...bener-bener wanita aneh." Gumam Rangga sambil menyeruput kopi panasnya tanpa mengikuti arah perginya Larasati
Matanya lebih tertarik melihat keluar kapal, menikmati buih ombak dan beberapa ikan yang melompat-lompat sampai ke permukaan air laut. Dinginnya angin yang berhembus lewat nako kaca di Cafe telah mendinginkan hatinya yang sebenarnya sedang uring-uringan. "Cinta...seandainya kamu bersamaku saat ini, mungkin tak sejenuh ini perjalananku." Gumamnya dalam hati.
***
Suasana Pelabuhan Ujung Pandang dini hari itu semakin meriah dengan hiruk pikuk para penumpamg KM Pelni yang baru saja bersandar ke Dermaga. Kanan kiri tenant di sepanjang koridor menawarkan berbagai macam jasa angkutan dan transit hotel bagi para penumpang KM yang menunggu hari esok untuk melanjutkan perjalanannya ke beberapa kota yang tersebar di kepulauan Sulawesi.
"Antarkan saya ke transit hotel dekat-dekat sini pak." Ucap Rangga ke sopir taxi yang baru saja menawarkan jasanya.
"Oke, silahkan Bang...taxi saya urutan ke tiga ya, saya bantu masukkan tasnya ke bagasi terlebih dulu." Jawab sopir taxi dengan gesit membantu membawakan travel bag Rangga menuju armadanya. Rangga pun mengikutinya dari belakang, sambil memperhatikan Larasati yang kebetulan melewati mereka.
 Jalanan menuju transit hotel sangat lengang karena waktu menunjukkan pk. 03.00 WITA dini hari. Udara kota pelabuhan Ujung Pandang membuat mata Rangga mulai meredup. Satu dua pete-pete saja yang melewati beriringan dengan taxi di jalan protokol Makasar yang mengalihkan pandangan mata Rangga. Saat berada di perempatan lampu merah, tanpa sengaja Rangga menoleh ke kiri. "Hhhmmm...dia lagi, dia lagi yang aku lihat." Gumam Rangga sambil melihat Larasati duduk di sebelah sopir pete-pete.
"Setelah lampu merah belok ke kanan sedikit, tujuan abang sudah sampai." Suara sopir taxi mengagetkan.
"Siap pak..." Jawab Rangga spontan.
Sopir taxi  memperlambat kecepatan, kemudian mengarahkan taxi menuju loby hotel. Di depan hotel sudah sigap berdiri menunggu dua orang bellboy  untuk menyambut dan membantu membawakan barang-barang tamu. Rangga turun dari taxi menuju receptionist.
Setelah menerima kunci kamar, Rangga bergegas menuju kamar no. 901 di lantai 9. Tidak tahan lagi menahan rasa kantuk, direbahkannya tubuh Rangga yang sudah penat dengan suasana kapal ditengah samudra. Dalam hitungan detik diapun sudah melayang terbang ke dunia mimpinya.
---BERSAMBUNG---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H