Matanya lebih tertarik melihat keluar kapal, menikmati buih ombak dan beberapa ikan yang melompat-lompat sampai ke permukaan air laut. Dinginnya angin yang berhembus lewat nako kaca di Cafe telah mendinginkan hatinya yang sebenarnya sedang uring-uringan. "Cinta...seandainya kamu bersamaku saat ini, mungkin tak sejenuh ini perjalananku." Gumamnya dalam hati.
***
Suasana Pelabuhan Ujung Pandang dini hari itu semakin meriah dengan hiruk pikuk para penumpamg KM Pelni yang baru saja bersandar ke Dermaga. Kanan kiri tenant di sepanjang koridor menawarkan berbagai macam jasa angkutan dan transit hotel bagi para penumpang KM yang menunggu hari esok untuk melanjutkan perjalanannya ke beberapa kota yang tersebar di kepulauan Sulawesi.
"Antarkan saya ke transit hotel dekat-dekat sini pak." Ucap Rangga ke sopir taxi yang baru saja menawarkan jasanya.
"Oke, silahkan Bang...taxi saya urutan ke tiga ya, saya bantu masukkan tasnya ke bagasi terlebih dulu." Jawab sopir taxi dengan gesit membantu membawakan travel bag Rangga menuju armadanya. Rangga pun mengikutinya dari belakang, sambil memperhatikan Larasati yang kebetulan melewati mereka.
 Jalanan menuju transit hotel sangat lengang karena waktu menunjukkan pk. 03.00 WITA dini hari. Udara kota pelabuhan Ujung Pandang membuat mata Rangga mulai meredup. Satu dua pete-pete saja yang melewati beriringan dengan taxi di jalan protokol Makasar yang mengalihkan pandangan mata Rangga. Saat berada di perempatan lampu merah, tanpa sengaja Rangga menoleh ke kiri. "Hhhmmm...dia lagi, dia lagi yang aku lihat." Gumam Rangga sambil melihat Larasati duduk di sebelah sopir pete-pete.
"Setelah lampu merah belok ke kanan sedikit, tujuan abang sudah sampai." Suara sopir taxi mengagetkan.
"Siap pak..." Jawab Rangga spontan.
Sopir taxi  memperlambat kecepatan, kemudian mengarahkan taxi menuju loby hotel. Di depan hotel sudah sigap berdiri menunggu dua orang bellboy  untuk menyambut dan membantu membawakan barang-barang tamu. Rangga turun dari taxi menuju receptionist.
Setelah menerima kunci kamar, Rangga bergegas menuju kamar no. 901 di lantai 9. Tidak tahan lagi menahan rasa kantuk, direbahkannya tubuh Rangga yang sudah penat dengan suasana kapal ditengah samudra. Dalam hitungan detik diapun sudah melayang terbang ke dunia mimpinya.
---BERSAMBUNG---