"Tenang dik Cinta...jangan panik ya...ulurkan tangan kirinya, pegang tangan mas Rangga kuat-kuat." Rangga memberikan instruksi dengan sabar agar Cinta tidak ketakutan. Satu...dua...Huppp...tangan kanan Rangga menarik kuat tangan Cinta ke posisi aman. Cengeng juga ini anak, batin Rangga sambil mengusap pergelangan Cinta yang memar.
"Sakit ya ?" Pertanyaan Rangga yang tidak membutuhkan jawaban, karena terlihat jelas tangan mulus Cinta menjadi merah kebiruan.
Rangga terus mengurut pergelangan tangan Cinta yang agak terkilir dengan telaten di kedai minuman tempat mereka berempat istirahat. Cinta merasakan semakin nyaman dan terlindungi berada disamping Rangga. Sampai seakan gak perlu lagi perlindungan dari kakak sepupunya. Waduhhh...mulai ngelunjak kan ? hehe
***
"Cinta...bangun nduk..." Bisik Yani ke telinga kanan CintaÂ
"Hhhaaahhh...jam berapa ini ?" Jawab Cinta kaget, spontan duduk dipinggir dipan kayu milik Yani
"Jam 8 lewat dikit...pules banget boboknya, emang sudah gak sakit tangannya ?" Tanya Yani
"Dikit...Eeehhh mas Rangga sudah dateng belum mbak ?" Cinta malah balik bertanya
"Makanya aku bangunin kamu karena mas mu itu sudah dateng, tuuuhhh lagi ngobrol sama bapak di teras." Jelas Yani.
"Waduuuhhh...aku belum mandi, gimana dong !" Wajah putih Cinta mendadak merah jambu tanda malu, sambil berlalu dari kakaknya menuju kamar mandi lewat pintu dapur. Agar tidak terlihat Rangga yang sudah ada di teras. Satset Cinta mandi, berbenah dan sedikit memoles wajahnya dengan cream pagi. Kemudian menemui Rangga di teras rumah Om Santo.
"Hai mas...sudah lama nunggu ya ?" Rangga menoleh kearah Cinta sambil tersenyum "Maaf, capek banget...jadi kesiangan bangun."