''Aku perempuan independen, kasih tau aja lokasinya ga perlu di temenin,'' ujarku.
Arjuna menggeleng, melambai-lambaikan tangan tanda tidak sepakat.
''Engga boleh, kamu kan gak bisa baca map!'' hardiknya.
Aku menutup telinga tak acuh, apa-apaan Arjuna. Aku kan perempuan merdeka, mana mau didoktrin sedemikian rupa.
''Lagian, kalo kamu diculik gimana?''
''Astagaa, Aku bukan balita kali,'' jawabku sekenanya.
''Cari pacar gih, biar ada yang jagain.''
Lengang sejenak, ini adalah topik paling sensitif sepanjang kami berdiskusi. Bukan sekali-dua kali kami membahasnya, endingnya kami selalu bertengkar tanpa ada kesepakatan apapun.
Aku tak berminat memperpanjang lebih lanjut, hatiku nyeri berdenyut, sebuah trauma kembali menghantamku. Pilu sekali di hati kecilku.
***
Masih sangat pagi untuk sekedar membangunkan diri dari posisi rebah menghanyutkan ini, bagiku alam mimpi lebih indah daripada realitas. Hari ini aku ingin tidur seharian tanpa mengecek ponsel, puasa dari segala social media, bilamana ternyata kejenuhan benar-benar menikam badan, Aku akan bangun untuk membaca novel petualangan. Aku tidak ingin melihat sesuatu yang membakar hati, memilih untuk tidak mengetahui apapun. Â Termasuk kebucinan siapapun.