Mohon tunggu...
ALIPIUS SADANIANG
ALIPIUS SADANIANG Mohon Tunggu... -

Adil Ka' Talino Ba Curamin Ka' Saruga Ba Sengat Ka' Jubata. Idup diri' nian ina baya ina diri nyujukng nyambah Jubata nang pamanya koa ina bakasatukatn.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Dayak

19 Juni 2012   10:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:47 6035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

I.Ne’ Baruang Kulub kawin dengan Ne’ Si Putih Panara Subayatn, yang adalah hantu. Anak-anaknya, yaitu: Burung dan Bintang Rasi yang bernama : Keto Laki, Keto Bini, Keto Maniamas, Keto Tungal, Keto Bakar, Buria, Cece, Kohor, Popo Buragah, So’oh, Adatn, Kutuk, Bilang, Macet, Parere, Pararah, Kijakng, Owanyi, Ujatn Darang, Binalu, Duya, dan Punggana Punggani.

II.Ne’ Baruang Kulub kawin dengan Ne’ Petor Batu Buntar Muha, anaknya yaitu semua cacat, yang beri nama : Sarinteke yang berdiam di tangga rumah, Antu Rege yang tinggal di dapur, Salat Kena’ Sansa, yang berdiam di Jalan, Sima yang berdiam di kuburan nabi, Opos yang tinggal di simpang kuburan, Lagi yang berdiam di tanah berbukit yang kemudian menjadi Kamang, yaitu orang yang berani dipanggil apabila ada kerusuhan besar.

Penjelasan diatas menunjukan bahwa suku Dayak Kanayatn sangatlah dipengaruhi oleh mite-mite ini. Setiap aspek kehidupan suku Dayak Kanayatndihubung-hubungkan dengan adanya pengaruh dari makhluk-makhluk rohani yang suku Dayak Kanayatn yakini berasal dari keturunan Ne’ Baruang Kulub yang penulis uraikan diatas. Anak-anak Ne’ Baruang Kulub inilah yang menempati setiap tempat yang ada didalam kosmos ini.

Jadi penulis menyatakan bahwa suku Dayak Kanayatn sampai saat ini masih mempercayai adanya makhluk-makhluk rohani di alam semesta atau kosmos yang ditempati suku Dayak Kanayatn sekarang.

Suku Dayak Kanayatn adalah suku yang selalu berhubungan dengan kosmos atau alam semesta. Mereka hidup di tengah-tengah alam yang maha luas dan ganas. Oleh karena itu, untuk eksistensi diri, mereka selalu melakukan percobaan. Hasil percobaan-percobaan yang dianggap praktek terbaik akan diikuti untuk warisan anak-cucu. Praktek terbaik inilah yang kini dikenal sebagai adat. Adat diyakini sebagai solusi menciptakan keseimbangan kehidupan, antar sesama manusia, antara mereka dengan alam sekitar dan antara mereka dengan sang penguasa alam semesta. Melanggar adat berarti mengancam kehidupan.

Dalam kehidupan Dayak Kanayatn sudah sejak lama meyakini bahwa kosmos diciptakan dari ada yang mutlak, yaitu Jubata. Jubata-lah yang menciptakan dunia dan segala isinya. Untuk mengungkapkan apa yang disebut “Jubata” , agar dapat dimengerti dan dipahami secara jelas bukanlah sederhana dan perlu waktu yang cukup banyak, karena tidak dapat dipisahkan dan sangat erat sekali kaitannya dengan adat, mithe-mithe tentang kejadian alam semesta dan manusia dan mithe-mithe lainya yang memperlihatkan keterkaitan-keterkaitan antara manusia dengan makhluk-makhluk lain serta alam lingkungan sekitarnya.

Secara ringkas, suku Dayak Kanayatn yakin bahwa ada dua ruang lingkup alam kehidupan, yaitu kehidupan alam nyata dan kehidupan alam maya.

Yang berada di alam kehidupan nyata ialah makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Sedangkan yang berada di alam kehidupan maya antara lain: Ibalis, bunyi’an (mahluk halus), antu (hantu), sumangat urang mati(semangat orang mati), dan Jubata. Kedua alam kehidupan ini dapat saling pengaruh-mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Kekuatan supranatural yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu contoh dari akibat tersebut di atas. Untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan alam nyata dan kehidupan alam maya, serta untuk menata seluruh aspek kehidupan warganya, hubungan timbal-balik sesama warganya, hubungan warganya dengan alam lingkungannya, serta penciptanya/ Jubata agar tetap serasi dan harmonis, nenek moyang para leluhur mereka telah menyusun secara arif dan bijaksana ketentuan-ketentuan, aturan-aturan yang harus ditaati dan dijadikan pengangan hidup bagi seluruh warganya dan warga keturunannya dari generasi ke generasi sampai kini, yang terangkum dalam apa yang disebut adat.


Suku Dayak Kanayatn yang hidup berpencar-pencar di desa mereka masing-masing secara umum dikategorikan dalam masyarakat hortikultural. Sebuah masyarakat yang menanam tanaman pangan guna memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga dalam jangka waktu satu tahun. Bentuk subsistensi yang demikian itu bukan untuk mengkasilkan produk yang surplus (pasar oriented), namun hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga saja. Suku Dayak Kanayatn dalam menjalani rutinitas kehidupannya tidak lepas dari praktek religius tradisionalnya yang diwarisi oleh para leluhurnya, terutama dalam interaksinya dengan alam lingkungan hidupnya.

Mereka percaya bahwa dalam usaha mendapatkan rejeki, kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan ini tidak hanya bertumpu pada usaha kerja keras saja, tetapi juga pada harapan adanya campur tangan dari “apa” yang mereka yakini. Dengan kata lain, religi tradisionalnya mengajarkan bahwa segala sesuatu yang mereka dapatkan dalam kehidupan mereka baik dan jahat selalu ada campur tangan dari unsur-unsur lain di luar manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun