Sebab rindu lahir tak jauh dari sepotong kenangan. Yang pernah tumbuh merekah di balik singgasana nan esa, tunggal hingga tiada sajak yang sanggup menanggalkannya. Selain kehilangan. Tentu saja.
Siapa paling lemah melawan desir kehilangan? Tak sebuku jaripun ada. Sebab semua sama lemahnya di batas kecintaannya masing-masing.
Ya, beginilah pengadaan rindu di tengah ketiadaan.
Layangkan ragu sambil menimbang-nimbang rupa rindu itu sendiri.
Mengurai ribuan sunyi di tengah pikiran yang mengawan.
Ingin bersua mimpi dimana barang satu-satunya cara adalah dengan mengeparatkan waktu.
Di tengah tergelarnya remah-remah ingatan di bawah langit.
Bagi bintang yang Tuhan izinkan bersinar walaupun sesaat.
Untuk menarik sang cakrawala kembali. Untuk menarik rotasi bumi kembali. Untuk menarik epos cintamu kembali
Â
***