Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

"Hidden Canyon" Beji Guwang, Cantik tapi Menantang

10 Januari 2017   20:51 Diperbarui: 10 Januari 2017   21:50 8002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebelum turun ke sungai, menuju anak tangga (dokpri)

Lokasi wal trekking (dokpri)
Lokasi wal trekking (dokpri)
Bebarengan dengan kami, beberapa wisatawan juga datang ke Ngarai Guwang. Sepasang muda-mudi datang dari Jakarta. Dari logat bicaranya, dua pasang anak muda datang dari Jawa Timur. Saya juga bersamaan dengan wisatawan dari luar negeri.

Mengenal asal usul wisatawan, bagi pemandu adalah keramahtamahan dalam pelayanan. Ini penting karena pemandu selain menguasai seluk beluk ngarai, juga menuntun wisatawan berjalan aman saat menyusuri sungai dengan ngarai dan batu-batu licin.

Sambil menuruni anak tangga Tukad Beji, Guido bertanya “Bli Wayan, panjang rute ngarai berapa sih?”.  Jawab Wayan, “700 meter, kita nanti melewati batu-batu dan aliran sungai. Saat ini kondisi aman karena tidak hujan. Kalau hujan selain arusnya deras, tinggi air permukaan bisa membasahi celana. Tapi biasanya kalau banjir kami tidak menerima wisatawan”.

Menapak tantangan pertama tanpa alas kaki (dokpri)
Menapak tantangan pertama tanpa alas kaki (dokpri)
Sesampainya di sungai, alas kaki harus dicopot. Sandal sayapun diminta dan dimasukan ke tas ransel punggung Wayan. Berjalan tanpa menggunakan alas kaki di aliran sungai yang berbatu, terasa geli dan seru seperti pijat reflleksi.

Melewati batu-batu besar di aliran sungai, menjadi tantangan saya yang pertama. Di usia paruh baya ini, yang terpikir adalah takut terpeleset, apalagi sambil menenteng kamera. Tak ayal, Wayan menjadi pegangan saya ketika saya merasa tidak mampu melewati batu-batu besar.

Tantangan kedua, berjalan merayap pada tebing batu layaknya panjat tebing dengan ketinggian tebing antara 20-30 meter, sambil melompat ke batu di depannya. Gemetar dan takut terpeleset jatuh muncul saat pindah tempat itu. Gerak refleks saya sudah tertindas oleh rasa was-was. Maklum sudah paruh baya usianya he he he.

Jangan ragu tuk melangkah (dokpri)
Jangan ragu tuk melangkah (dokpri)
Jangan ragu melangkah. Tetap berjalan seperti biasa saja. Begitu kata Wayan. Saya cuma bisa mengiyakan, namun di tengah kebimbangan itu saya mengalihkan pandangan secara menyeluruh Hidden Canyon Guwang dengan mata dan kamera saya.

Tekstur dan lekuk-lekuk bebatuan bertebing tampak eksotik. Aliran sungai Guwang yang jernih dan berwarna hijau saat diterpa sinar matahari, semakin indah untuk dinikmati. Berdiri di antara tebing ngarai itu, serasa berada di gua bawah tanah. Gemercik suara air yang jatuh dari atas, semakin menyejukkan hati akan sebuah petualangan.

Hasil Jepretan Wayan (dokpri)
Hasil Jepretan Wayan (dokpri)
Wayan tidak hanya menuntun kami berjalan melalui tantangan tadi, tetapi dengan suakarela membantu memotretkan momen-momen terindah saat kami berada di tebing ngarai. Dengan cekatan, Wayan bergantian antara kamera dan hp memotret kami. Terima kasih Bli Wayan.

Untuk menuju ke tempat parkir, kami harus memanjat tebing dengan bantuan seutas tali yang telah disediakan. Setelah itu kami menyusuri jalan setapak konblok di area persawahan. Karena kecapaian dan haus, kami istirahat sejenak di warung warga yang menjual makanan dan minuman. Air dan daging kelapa muda membasahi tenggorokan saya. Sambil minum kami ngobrol dengan penjual dan beberapa warga yang kebetulan sedang makan siang di warung. Tak lupa Guido memberikan tips kepada Wayan sebesar Rp. 50.000,- sebagai ucapan terima kasih atas jasanya memandu kami.

Warung warga (dokpri)
Warung warga (dokpri)
Dari pembicaraan itu, saya dapat informasi bahwa Hidden Canyon Beji desa Guwang Kecamatan Sukowati, Kabupaten Gianyar, belum lama dibuka. Katanya sekitar 2 tahun lalu. Awalnya ada seorang fotografer dari Klungkung mengambil foto ngarai bertebing lalu meng-upload ke internet. Setelah itu tak sedikit yang penasaran indahnya ngarai itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun