Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

"Hidden Canyon" Beji Guwang, Cantik tapi Menantang

10 Januari 2017   20:51 Diperbarui: 10 Januari 2017   21:50 8002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebelum turun ke sungai, menuju anak tangga (dokpri)

Namanya Hidden Canyon Beji Guwang. Itulah jawaban Guido, teman traveling saya yang lebih dari 10 tahun tinggal di Bali. Guido menjawab pertanyaan klasik saya. Ada objek wisata baru lagi di Bali? Pertanyaan saya tambah lagi. Baguskah?

“Daripada kamu tanya terus besok (8/1/2017) kita ke sana” ujarnya dengan nada memaksa. Dijawab begitu, hati saya membuncah senang. Nggak sia-sia saya pulang lewat Denpasar.

Siang itu, langit tampak cerah. Hawa panas membuat tenggorokan cepat mengering. Satu botol air mineral sudah siap dibawa bersama kamera. Guido juga menasehati agar bawa baju kaos dan celana cadangan apabila nanti yang dipakai basah. Handuk? Boleh juga katanya.

Meski Guido terlambat menjemput, tapi bayangan Hidden Canyon memberikan suntikan semangat saya untuk segera sampai tujuan. Dalam setiap traveling, tempat yang belum pernah dikunjungi selalu membakar adrenalin saya yang kemudian berubah menjadi penasaran.

Dari Kuta menuju Guwang, perjalanan dengan menggunakan mobil hanya ditempuh sekitar 1 jam. Berjarak 24 km dari Kuta. Kebetulan lalu lintas lancar. Ini disebabkan peak season-nya sudah lewat. Kalau wisatawan padat, lalu lintas bisa macet, terutama di bundaran pintu Tol Bali Mandara.

Pintu Masuk (dokpri)
Pintu Masuk (dokpri)
Guido memarkirkan mobil sesuai dengan petunjuk tukang parkir. Begitu mematikan mesin mobil, tukang parkir mendekati Guido, supaya biaya parkir Rp. 5.000,- dibayar lebih dahulu.

Saya berjalan lebih dahulu menuju tiket masuk dan membayar Rp. 15.000,- per orang. Petugas kemudian memanggil seorang pemandu bernama Wayan untuk mengantar kami. Yang dipanggil langsung memperkenalkan diri sambil bersalaman.

Sambil menunggu Guido ganti celana pendek, (saran petugas tiket) saya ngobrol dengan Wayan sekitar tempat wisata ini.

Sebelum turun ke sungai, menuju anak tangga (dokpri)
Sebelum turun ke sungai, menuju anak tangga (dokpri)
Kisah terbentuknya ngarai (canyon) di sungai Guwang Beji diceritakan Wayan dengan detailnya. Saya tertarik untuk mendengarkannya. Ribuan tahun yang lalu, terjadi erosi pada aliran sungai secara alami sehingga membentuk ngarai yang eksotik. Kata “guwang” dalam bahasa Bali berarti dianggap suci.

Warga mendatangi ngarai Guwang untuk memancing ikan. Di sekitar ngarai juga ada Pura Beji yang terdapat pancuran air yang digunakan untuk kebutuhan minum dan air suci upacara di pura-pura.

Wayan juga cerita bahwa lokasi ngarai ini sangat mudah ditemukan karena tak jauh dengan pasar seni Sukowati. “Sekarang ada pasar seni baru yang bernama Pasar Seni Guwang” imbuh Wayan seperti mau mengingatkan kami untuk singgah sesudah dari sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun