Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Rekapitulasi Suara KPU: Antara Transparansi dan Keraguan Publik

22 Maret 2024   14:11 Diperbarui: 22 Maret 2024   14:13 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua KPU Hasyim Asy'ari berjabat tangan dengan anggota KPU Mochammad Afifuddin. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.

Oleh: Julianda BM

Detak jantung berdegup kencang, atmosfer tegang menyelimuti ruangan. Ribuan pasang mata terpaku pada layar lebar, menyaksikan angka-angka yang terus berubah dalam hitungan rekapitulasi suara KPU. 

Di setiap sudut ruangan, bisikan dan spekulasi berbisik, mewarnai momen krusial ini.

Di satu sisi, aura optimisme menyelimuti. Harapan akan demokrasi yang adil dan transparan terpancar dari wajah para pendukung, menanti hasil yang mencerminkan suara rakyat. 

Di sisi lain, keraguan dan kecurigaan menggerogoti sebagian masyarakat, dipicu oleh berbagai isu dan polemik yang mewarnai proses pemilu.

Transparansi, pilar utama demokrasi, menjadi sorotan utama. KPU, sebagai penjaga gerbang demokrasi, dituntut untuk menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan proses rekapitulasi yang terbuka dan akuntabel. 

Setiap formulir C1, saksi, dan data suara harus diverifikasi dengan cermat, tanpa keraguan dan manipulasi.

Namun, keraguan publik tak mudah dipadamkan. Ketidakjelasan informasi, akses terbatas terhadap data, dan lambatnya proses rekapitulasi di beberapa daerah memicu spekulasi dan rumor. 

Kepercayaan publik terhadap KPU dipertaruhkan, dan bayang-bayang kecurangan menghantui proses demokrasi.

Di tengah situasi yang penuh pertanyaan, muncullah berbagai pertanyaan. Apakah KPU mampu menjawab keraguan publik? Bagaimana cara membangun kembali kepercayaan yang telah terkikis? 

Dan, apa yang harus dilakukan untuk memastikan suara rakyat terlindungi dan terhitung dengan benar?

Mencari Jawaban di Tengah Keraguan

Menjawab keraguan publik bukan perkara mudah. KPU harus menunjukkan langkah nyata dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. 

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

Pertama, membuka akses informasi seluas-luasnya. KPU harus menyediakan platform yang mudah diakses publik untuk memantau proses rekapitulasi secara real-time. Data suara, formulir C1, dan hasil penghitungan di setiap tingkatan harus tersedia untuk publik.

Kedua, menjalin komunikasi yang efektif. KPU harus proaktif dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada publik. Setiap pertanyaan dan keraguan harus ditanggapi dengan cepat dan transparan.

Ketiga, melibatkan partisipasi publik. KPU dapat melibatkan organisasi masyarakat sipil dan pemantau pemilu dalam proses rekapitulasi untuk memastikan independensi dan transparansi.

Keempat, menindak tegas pelanggaran. KPU harus menunjukkan sikap tegas dalam menindaklanjuti setiap dugaan pelanggaran dan kecurangan. Hal ini untuk membangun kepercayaan publik terhadap proses pemilu.

Membangun Kembali Kepercayaan

Membangun kembali kepercayaan publik yang telah terkikis membutuhkan upaya ekstra. KPU harus menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan pemilu yang bersih, adil, dan terpercaya. 

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

Pertama, evaluasi menyeluruh. KPU perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan pemilu 2024, termasuk mengidentifikasi kelemahan dan kekurangan dalam proses rekapitulasi.

Kedua, perbaikan sistem dan teknologi. KPU perlu memperkuat sistem dan teknologi rekapitulasi suara untuk meningkatkan efisiensi, akurasi, dan transparansi.

Ketiga, pendidikan politik. KPU perlu meningkatkan edukasi politik kepada masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang proses pemilu dan mendorong partisipasi aktif.

Keempat, membangun budaya integritas. KPU perlu membangun budaya integritas di internal lembaga, dengan mengedepankan profesionalisme, akuntabilitas, dan transparansi.

Menjaga Integritas Demokrasi

Rekapitulasi suara bukan sekadar proses penghitungan suara. Ini adalah momen krusial yang menentukan arah demokrasi bangsa. 

KPU, sebagai penjaga gerbang demokrasi, memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan proses ini berjalan dengan transparan, akuntabel, dan terpercaya.

Keraguan publik yang muncul harus dijawab dengan langkah nyata dan komitmen kuat dari KPU. Membangun kembali kepercayaan publik adalah kunci untuk menjaga integritas demokrasi dan memastikan suara rakyat terlindungi.

Marilah kita bersama-sama mengawasi proses rekapitulasi suara dengan kritis dan konstruktif. Dukungan dan partisipasi publik adalah kunci untuk mewujudkan pemilu yang bersih, adil, dan terpercaya.

Masa depan demokrasi Indonesia berada di tangan kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun