Hening dipecahkan oleh ayam berkokok. Matahari kian meninggi, menerangi desa dengan sinarnya yang hangat. Maya bangkit, teguh, semangat Ibu mengaliri darahnya. Dia akan hidup, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk cinta Ibu yang tak pernah padam.
Maya melangkahkan kakinya dengan mantap menuju sawah. Dia akan melanjutkan mimpi-mimpi Ibu, mimpi tentang kehidupan yang lebih baik untuk dirinya dan keluarganya.
Ibu selalu mengajarkan Maya untuk bekerja keras dan tidak pernah menyerah. Maya bertekad untuk mewujudkan mimpi Ibu, meski tanpa kehadiran Ibu.
Maya bekerja keras di sawah, mengolah tanah, menanam padi, dan merawat tanaman. Dia juga belajar merajut, melanjutkan usaha Ibu.
Kerja keras Maya membuahkan hasil. Sawah yang dulunya gersang dan tandus, kini menjadi subur dan hijau. Hasil panennya melimpah, dan Maya bisa menjualnya dengan harga yang bagus.
Maya juga berhasil mengembangkan usaha Ibu. Dia membuat berbagai macam produk rajutan, mulai dari baju, topi, tas, hingga sepatu. Produk-produknya laris manis, dan Maya bisa menghasilkan banyak uang.
Dengan uang yang dia hasilkan, Maya bisa menyekolahkan adik-adiknya hingga ke perguruan tinggi. Dia juga bisa membangun rumah yang lebih layak huni untuk keluarganya.
Maya bahagia, karena dia bisa mewujudkan mimpi Ibu. Dia bisa memberikan kehidupan yang lebih baik untuk keluarganya, dan dia bisa membuat Ibu tersenyum dari surga.
Suatu hari, Maya sedang merajut di teras rumahnya, ketika seorang wanita muda datang menghampirinya. Wanita itu tersenyum manis, dan Maya mengenalinya.
"Ibu?" tanya Maya, tak percaya.
Wanita itu mengangguk. "Ibu memang sudah pergi," katanya, "tapi Ibu selalu ada di sini."