Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lentera di Senja Kala

22 Desember 2023   11:49 Diperbarui: 22 Desember 2023   12:45 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hening dipecahkan oleh ayam berkokok. Matahari kian meninggi, menerangi desa dengan sinarnya yang hangat. Maya bangkit, teguh, semangat Ibu mengaliri darahnya. Dia akan hidup, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk cinta Ibu yang tak pernah padam.

Maya melangkahkan kakinya dengan mantap menuju sawah. Dia akan melanjutkan mimpi-mimpi Ibu, mimpi tentang kehidupan yang lebih baik untuk dirinya dan keluarganya.

Ibu selalu mengajarkan Maya untuk bekerja keras dan tidak pernah menyerah. Maya bertekad untuk mewujudkan mimpi Ibu, meski tanpa kehadiran Ibu.

Maya bekerja keras di sawah, mengolah tanah, menanam padi, dan merawat tanaman. Dia juga belajar merajut, melanjutkan usaha Ibu.

Kerja keras Maya membuahkan hasil. Sawah yang dulunya gersang dan tandus, kini menjadi subur dan hijau. Hasil panennya melimpah, dan Maya bisa menjualnya dengan harga yang bagus.

Maya juga berhasil mengembangkan usaha Ibu. Dia membuat berbagai macam produk rajutan, mulai dari baju, topi, tas, hingga sepatu. Produk-produknya laris manis, dan Maya bisa menghasilkan banyak uang.

Dengan uang yang dia hasilkan, Maya bisa menyekolahkan adik-adiknya hingga ke perguruan tinggi. Dia juga bisa membangun rumah yang lebih layak huni untuk keluarganya.

Maya bahagia, karena dia bisa mewujudkan mimpi Ibu. Dia bisa memberikan kehidupan yang lebih baik untuk keluarganya, dan dia bisa membuat Ibu tersenyum dari surga.

Suatu hari, Maya sedang merajut di teras rumahnya, ketika seorang wanita muda datang menghampirinya. Wanita itu tersenyum manis, dan Maya mengenalinya.

"Ibu?" tanya Maya, tak percaya.

Wanita itu mengangguk. "Ibu memang sudah pergi," katanya, "tapi Ibu selalu ada di sini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun