Mohon tunggu...
Laurens Gafur
Laurens Gafur Mohon Tunggu... Guru - Peziarah kehidupan yang tak lelah mencari dan mendekap kebijaksanaan

Saya seorang pendidik di SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II - Labuan Bajo, Flores Barat-NTT. Saya alumnus STF Widya Sasana Malang.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hari Bumi dan Pertobatan Ekologis

24 April 2020   23:06 Diperbarui: 24 April 2020   23:24 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
clipart-library.com

Sampai hari ini, persoalan sampah belum teratasi dengan baik. Menurut saya, faktor utama masalah sampah ini adalah rendahnya kesadaran masyarakat tentang lingkungan yang bersih. Hal ini terbukti dengan banyaknya sampah di pinggir pantai, tempat rekreasi akhir pekan atau saat liburan, di pinggir ruas jalan. atau bahkan di depan rumah warga.

Ada juga yang membuang sampah ke sungai (kali mati atau yang masih ada air) atau saluran pembuangan (got air). Situasi ini membuat kota kecil Labuan Bajo yang telah ditetapkan menjadi kota pariwisata super prioritas tampaknya masih tak sedap dipandang.

Pertobatan Ekologis

Dalam arikel ini, saya juga menyertakan  secara singkat pemikiran Gereja, diwakili oleh Paus Fransiskus, tentang bumi dan lingkungan. Bapa Suci Fransiskus menyebut bumi ini sebagai rumah kita bersama (our common home). Rumah bersama ini sedang rusak karena aneka tindakan destruktif yang dilakukan manusia. Tindakan tidak ramah lingkungan merupakan penyebab utama kerusakan rumah bersama ini.

Karena rumah bersama ini sedang sakit atau rusak, sebagai makhluk berakal budi, manusia perlu bangun dari tidur panjangnya untuk segera menyelamatkan bumi.

Manusia harus bertanggung jawab terhadap aneka kerusakan lingkungan hidup yang sedang terjadi. Pemikiran dan anjuran apostolik Paus Fransiskus  ini disampaikannya dalam Ensiklik Laudato ‘Si (LS), sebuah anjuran apostolik tentang lingkungan hidup yang terbit tahun 2015.

Berhubung yang membuat bumi  ini rusak atau sakit adalah manusia, maka dalam konteks hidup beriman, manusia telah berdosa. Ia telah berdosa terhadap Tuhan Sang Pencipta segala sesuatu; ia juga terhadap bumi; berdosa terhadap lingkungan hidup.

Dosa ini ada yang dilakukan secara pribadi (misalnya buang sampah tidak pada tempatnya), ada juga yang dilakukan secara bersama (misalnya perusahaan tambang yang tidak ramah lingkungan atau perusahaan kayu yang merambah hutan untuk kepentingan dagang). Dosa ini bisa disebut dosa ekologis. Artinya, berdosa terhadap lingkungan hidup.

Menurut Paus Fransiskus, manusia yang telah melakukan dosa ekologis ini perlu melakukan pertobatan ekologis. Artinya, manusia perlu memohon ampun kepada Allah Sang Pencipta segala sesuatu dan memohon maaf kepada lingkungan hidup atas segala tindakan tidak ramah lingkungan yang telah dibuat. Tema tentang pertobatan ekologis ini secara khusus disampaikan Paus Fransiskus dalam LS artikel 216-221.

Ia juga  secara khusus mengutip  pernyataan dari Konferensi Wali Gereja Australia yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan hidup dan menyerukan rekonsiliasi dengan lingkungan.

“Untuk mencapai rekonsiliasi ini, kita harus memeriksa hidup kita dan mengakui bagaimana kita membawa kerugian kepada ciptaan Allah dengan tindakan kita dan kegagalan kita untuk bertindak. Kita perlu mengalami suatu pertobatan, perubahan hati” (LS 218).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun