Mohon tunggu...
Laurens Gafur
Laurens Gafur Mohon Tunggu... Guru - Peziarah kehidupan yang tak lelah mencari dan mendekap kebijaksanaan

Saya seorang pendidik di SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II - Labuan Bajo, Flores Barat-NTT. Saya alumnus STF Widya Sasana Malang.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hari Bumi dan Pertobatan Ekologis

24 April 2020   23:06 Diperbarui: 24 April 2020   23:24 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
clipart-library.com

Menurut Nelson, perayaan Hari Bumi sangat didukung oleh banyak pihak, baik akademisi, mahasiswa, anak-anak sekolah maupun aneka komunitas masyarakat lokal. Pada 22 April 1970, sekitar 20 juta warga Amerika Serikat dan mahasiswa turun ke jalan mengampanyekan kesehatan dan keberlangsungan lingkungan hidup.

Mereka berkumpul menentang kerusakan lingkungan yang disebabkan buruknya saluran pembuangan dan semakin punahnya kelestarian flora di negeri itu. Aktor utama aksi nasional itu adalah Gaylord Nelson, politikus dan senator pertama yang menyuarakan isu-isu lingkungan menjadi agenda Senat AS (Beritalingkungan.com).

Perjuangan ini semakin mendapatkan kekuatan hukum ketika tahun 1970-an, sejumlah undang-undang lingkungan disahkan, di antaranya UU Udara Bersih, UU Peningkatan Kualitas Air, UU Spesies Terancam Punah, UU Pengawasan Zat Beracun dan Pertambangan, serta UU Reklamasi (Tirto.id/22-4-2020).

Selain itu, pada Desember 1970 dibentuk Badan Perlindungan Lingkungan, yang bertugas melindungi kesehatan manusia dan menjaga lingkungan alam, termasuk udara, air dan tanah.

Sejak saat itu, peringatan Hari Bumi terus berjalan dan semakin dikenal dunia hingga saat ini. Setiap 22 April biasanya para pemerhati lingkungan hidup melakukan pelbagai aktivitas yang menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga keutuhan bumi.

Mereka tak hanya bicara di mimbar atau mengampanyekannya melalui media massa, tetapi juga terjun langsung  ke lapangan dengan pelbagai aksi, misalnya, menanam pohon pada lahan gundul dan memungut sampah.

Polusi Plastik

Pada 22 April 2018, para penyelenggara  perayaan Hari Bumi memilih tema, “Mengakhiri Polusi Plastik.” Tema ini diangkat berdasarkan kenyataan bahwa  banyak kerusakan lingkungan hidup saat ini terjadi karena sampah plastik yang dibuang tidak pada tempatnya. Sampah plastik sangat berbahaya bagi manusia makhluk hidup lainnya, juga mengakibatkan air dan tanah tercemar.

Masalah sampah plastik tetap menjadi masalah besar di dunia saat ini, termasuk di Indonesia.  Di Labuan Bajo, tempat saya tinggal, masalah sampah plastik masih menjadi keprihatinan besar bahkan sampai tingkat nasional. Beberapa bulan lalu, Presiden Jokowi dalam kunjungannya ke Labuan Bajo memberikan catatan penting tentang masalah sampah (Kompas.com/20-01-2020).

Baginya, kebersihan lingkungan adalah hal sangat penting dalam hidup manusia, secara khusus dalam dunia wisata. Lingkungan yang bersih pasti memberikan kenyamanan kepada semua orang yang datang berkunjung ke Labuan Bajo.

Karena itu, Jokowi menginstruksikan kepada pemerintah daerah Manggarai Barat dalam kerja sama dengan pelbagai pihak, harus secara serius mengatasi persoalan sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun