Mohon tunggu...
Geraldo Laurenzo
Geraldo Laurenzo Mohon Tunggu... Administrasi - Cerca Trova

Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bukan Sweet Seventeen

4 Oktober 2019   09:55 Diperbarui: 31 Oktober 2019   14:46 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain kelahiran kematian adalah sesuatu yang mutlak terjadi kepada manusia. Fakta dari kematian adalah kita tidak tahu dan tidak bisa menghitung atau mematok kapan kita harus mati. Artinya ini berlaku umum ketika kita menjadi manusia.

Seorang yang dieksekusi mati atau divonis dokter pun kendati dia tahu hidupnya tinggal beberapa waktu tapi patokan itu lahir bukan dari rencana awal ia ketika menjadi manusia. Kematian bisa menghampiri siapa saja, dan lewat kejadian apa saja.

Secara umum orang bisa menggambarkan dan memberi klarifikasi bagaimana hidup manusia yang ideal itu yakni balita, anak-anak, kemudian sekolah sampai selesai kerja, punya harta dan lain sebagainya untuk kemudian menikah punya anak dan menyekolahkan anak sampai ia berhasil dan kita hidup menjadi tua sampai kematian menjemput.

Pandangan ini memperlihatkan bahwa masa muda adalah kesempatan untuk progresif agar supaya ketika tua kita menikmati hasilnya, ibarat buah lebih nikmat dimakan saat tua. Jika kemudian masa mudanya itu memang sangat menyenangkan kemudaan ini lalu diperlambat dengan mengidentifikasikannya dengan kesenangan. 

Konsekuensi lain adalah masa tua dianggap sebagai masa yang mendekati kematian, (mengikuti pemahaman pada umumnya) padahal kita sendiri sadar bahwa kematian bisa datang kapan saja dan di mana saja. Sehingga pemahaman ini akan kembali membawa kita kepada jebakan konseptual dari "kesuksesan" atau meraih kesuksesan dengan mematok kita pada usia tertentu.

Kemudian hal tersebut akan kembali membawa kita lagi kepada orientasi hidup lebih kepada apa yang dihasilkan bukan kepada hidup itu sendiri. Kesuksesan yang ditawarkan oleh gambaran dunia lalu menjadi kabur dan ketika menjalaninya tanpa berpikir kritis kita akan kehilangan makna hidup. Maka kita seolah-olah lahir untuk memenuhi tuntutan sukses menurut perspektif dunia dan mati pun dalam perspektif dunia.

Kita kembali mengasumsikan kehidupanku bisa dikontrol dan dikuasai hanya oleh "aku". Jadi apa itu kesuksesan dalam keterkaitan dengan pemaknaan hidup manusia yang lahir dan mati? Apakah manusia yang mati saat belum sukses bukanlah manusia bermakna? Apakah kita bermanfaat bagi orang ketika kita masih kuat dan muda? Apakah kita jika tidak berdaya lagi atau sudah tua lebih baik meninggalkan hidup kita dan memilih mati?

  • Manusia merenungkan makna hidupnya

Dalam setiap acara atau peristiwa hari ulang tahun salah satu yang identik dengan itu adalah pemberian hadiah/kado. Zaman sekarang istilah pemberian kado bukan hanya menjadi tanggung jawab dari kenalan orang yang berhari ulang tahun, tapi juga yang berulang tahun itu sendiri.

Ambil contoh dalam jejaring sosial, facebook misalnya, ketika ada orang yang berhari ulang tahun diberikan ucapan oleh kenalannya namun juga dituntut hadiah dari yang berhari ulang tahun dengan kalimat "kapan traktir". Hal ini sebenarnya merupakan pemahaman sosial -- teologis yakni anda yang berhari ulang tahun harus membagikan kebahagiaan dan berkat yang telah didapat kepada kami.

Demikian pula yang berhari ulang tahun meminta atau sekadar mengharapkan hadiah dari yang memberi ucapan dengan pemahaman ini hari spesial maka sepantasnya orang terdekat memberikan sesuatu yang menjadi rasa turut berbahagia dengan yang berhari ulang tahun.

Di sini terjadi tukar menukar hadiah tapi hadiah ini sebenarnya hanya merupakan simbol, sebab kita tidak bisa mengukur secara radikal nilai rasa syukur dan pemaknaan hidup orang dengan hanya melihat dari besar kecilnya hadiah atau traktiran yang diberikan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun