Mohon tunggu...
Geraldo Laurenzo
Geraldo Laurenzo Mohon Tunggu... Administrasi - Cerca Trova

Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bukan Sweet Seventeen

4 Oktober 2019   09:55 Diperbarui: 31 Oktober 2019   14:46 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kelahiran. Sebuah kata yang tidak pernah terlepas dari manusia. Manusia adalah makhluk yang lahir dalam suatu format tempat dan waktu.

Kedua hal ini yang lalu membedakan cara mengada setiap manusia seperti menegaskan karakter usia dari seseorang yang menyebabkan munculnya istilah bayi, balita, anak-anak, remaja, pemuda, sampai orang tua.

Demikian halnya manusia yang terikat usia itu terikat juga dengan tempat. Kehidupannya mengalami konsekuensi ada dalam suatu keadaan dan kebiasaan sosial.

  • Sebuah Perspektif

Salah satu kebiasaan sosial adalah hari ulang tahun. Sebenarnya apa yang dirayakan saat ulang tahun? Hari ulang tahun merupakan perayaan penegasan angka atau penegasan peralihan angka yang tertanam dalam usia. Hal ini lahir dari pandangan bahwa usia adalah sebuah jangka waktu hidup serta harapan dibalik jangka waktu itu. 

Hari ulang tahun juga berarti hari mengulang kembali kejadian dilahirkannya kita dalam institusi disebut dies natalis atau hari lahir. Konsekuensi dari perspektif ini menghantar kita kepada informasi jarak kehidupan yang telah dilalui sambil disertakan harapan yang akan datang dari yang berulang tahun.

Istilah lain dari pada hari ulang tahun adalah hari jadi. Meskipun dapat dikatakan sama keduanya menurut saya memiliki pemaknaan yang berbeda. Hari ulang tahun lebih terfokus kepada perayaan mengenang kelahiran serta perayaan perhitungan usia, sedangkan hari jadi sesuai dengan namanya merujuk secara tegas kepada kenyataan "kejadian" manusia.

Realitas ini mau menunjukkan sekaligus kepada kita manusia adalah makhluk yang terikat dengan kehendak, pilihan dan kemauan. Dalam konteks hari jadi kita tidak memilih dan menghendaki kepada orang tua kita untuk dilahirkan, demikian pula orang tua tidak bernegosiasi dengan kita apakah kita pantas untuk dilahirkan. Pilihan kehendak dan kemauan ini sangat jelas ada di pihak orang tua kita.

  • Menjadi manusia -- Manusia menjadi

Kapan sebenarnya seseorang pantas dan layak disebut atau jadi manusia? Secara biologis, hubungan seksual dari seorang pria dan wanita yakni proses bertemunya sel sperma dan ovum, kedua sel ini lalu menjadi satu dan disebut zigot.

Zigot ini lalu berkembang menjadi embrio dan menjadi janin atau fetus sampai kita dilahirkan. Kalau kita menganggap kelahiran adalah saat di mana kita "cocok" disebut manusia, kenapa aborsi dilarang?

Dalam konteks Gereja Katolik, Gereja melarang segala bentuk prosedur aborsi atau pengguguran kandungan yang tujuan langsungnya menghancurkan zigot, embrio, dan janin karena berpegang pada keyakinan bahwa kehidupan manusia harus dihormati dan dilindungi secara mutlak sejak saat pembuahannya.

Sejak saat pertama keberadaannya, seorang manusia  harus diakui hak-haknya sebagai seorang pribadi di antaranya adalah hak untuk hidup yang tidak dapat diganggu gugat yang dimiliki setiap makhluk tak bersalah[1].

Meminjam pandangan Gereja secara jelas bahwa manusia disebut manusia sudah sejak awal yakni sebelum kelahiran dan untuk itu dia mendapatkan haknya yang paling dasar; ia hidup dan berada.

Seseorang yang telah lahir di dunia ini selanjutnya mengalami keberadaan dengan sekitarnya yang dikenal dengan proses bertumbuh dan berkembang. Pada proses ini lalu kehidupan manusia diisi dengan pelbagai pengalaman hidup yang membuat ia mempunyai karakternya sendiri, mulai dari nama tempat tanggal lahir tempat tinggal, yang lalu menghantar manusia sebagai makhluk yang memiliki person yang terdiri dari rasio, self consciousness dan jiwa.

Pada tahap ini kehidupan manusia mulai diwarnai dengan kebahagiaan, kesedihan, keberanian, ketakutan, keberhasilan, kegagalan, kecemasan, dan harapan. Tentu umumnya manusia akan selalu mencari apa yang menyamankan dirinya dari pada apa yang tidak, maka dominannya manusia akan memilih menghindari kesedihan, kegagalan, kecemasan dan kalau mungkin pernah mengalami hal tersebut harapan menjadi cara untuk mengubahnya.

Kenyamanan atau proteksi hidup ini membuat manusia cenderung menentukan hidupnya harus berumur panjang. Sehingga momen ulang tahun belum lengkap tanpa adanya harapan umur panjang dan harapan itu menjadi harapan semua baik dia maupun orang lain. Jadi kenapa manusia ingin berumur panjang sebenarnya karena ia ingin menikmati hidupnya dengan gambaran ideal duniawi.

  • Gambaran dunia yang menjebak

Gambaran ideal duniawi adalah suatu gambaran identifikasi manusia dari sudut mata dunia. Hal ini sebenarnya lemah secara esensi dan berbahaya bagi eksistensi. Apa yang dimaksud dengan gambaran ideal duniawi? Ialah apa yang manusia harus capai sesuai dengan tuntutan zaman.

Permasalahannya setiap zaman itu punya kelasnya sendiri sehingga manusia yang tidak membaharui diri akan tereliminasi  secara sosial. Gambaran ideal duniawi sungguhlah tidak kokoh karena ia tidak konsisten dalam pemaknaan hidup manusia, ia adalah konsep yang menjebak.

Dalam konteks hari ulang tahun gambaran ideal duniawi yang menjebak ini dapat dilihat ketika manusia mulai mematok angka untuk menentukan kesuksesan atau hidup yang bermakna. Kalau dalam budaya kita disebut sweet 17, tahun perunggu 15 tahun perak 25 dan tahun emas 50 dan yang lainnya tergantung budaya masing-masing. 

Angka-angka selanjutnya menjadi definisi dari kenyataan hidup, perencanaan hidup, keputusasaan hidup dan penggagas harapan. Akibatnya pandangan terhadap individu dipengaruhi oleh pematokan angka ini. Ia harus mencapai apa yang ingin dicapai sesuai gambaran dan itu akan menghasilkan pandangan "sukses" jika tidak dunia akan memandang individu sebagai "gagal".

Sebagai contoh perayaan sweet seventeen. Penulis sendiri merasa gagal sebab perayaan ini tidak sesuai dengan apa yang menjadi gambaran ideal dunia yakni dirayakan dengan luar biasa karena dianggap sebagai peralihan umur menjadi "dewasa".

Selain tidak kokoh gambaran dunia ini mengandaikan manusia punya kebebasan dan kehendak mutlak sehingga ia bisa berkuasa atas hidupnya sendiri, dengan menghitungnya lewat angka. Maka, akibat lain yang akan muncul adalah makna hidup akan terarah pada apa yang sudah dibuat bukan kepada apa itu kehidupan.

Hari ulang tahun maupun hari jadi yakni hari kita menjadi manusia berubah  kurang bermakna dan tergeser kepada hari kita manusia menjadi- "sesuai dengan konsep jebakan dunia" tidak sampai di situ konsep ini akan menghasilkan penghilangan rasa syukur, menjadi-  kenapa hidup saya seperti ini tidak seperti dia- dan akhirnya menjadi manusia yang merasa tidak berguna kelahirannya dan berharap sama sekali tidak dilahirkan.

  • Kelahiran dan Kematian  "Suatu Proses" 

Selain kelahiran kematian adalah sesuatu yang mutlak terjadi kepada manusia. Fakta dari kematian adalah kita tidak tahu dan tidak bisa menghitung atau mematok kapan kita harus mati. Artinya ini berlaku umum ketika kita menjadi manusia.

Seorang yang dieksekusi mati atau divonis dokter pun kendati dia tahu hidupnya tinggal beberapa waktu tapi patokan itu lahir bukan dari rencana awal ia ketika menjadi manusia. Kematian bisa menghampiri siapa saja, dan lewat kejadian apa saja.

Secara umum orang bisa menggambarkan dan memberi klarifikasi bagaimana hidup manusia yang ideal itu yakni balita, anak-anak, kemudian sekolah sampai selesai kerja, punya harta dan lain sebagainya untuk kemudian menikah punya anak dan menyekolahkan anak sampai ia berhasil dan kita hidup menjadi tua sampai kematian menjemput.

Pandangan ini memperlihatkan bahwa masa muda adalah kesempatan untuk progresif agar supaya ketika tua kita menikmati hasilnya, ibarat buah lebih nikmat dimakan saat tua. Jika kemudian masa mudanya itu memang sangat menyenangkan kemudaan ini lalu diperlambat dengan mengidentifikasikannya dengan kesenangan. 

Konsekuensi lain adalah masa tua dianggap sebagai masa yang mendekati kematian, (mengikuti pemahaman pada umumnya) padahal kita sendiri sadar bahwa kematian bisa datang kapan saja dan di mana saja. Sehingga pemahaman ini akan kembali membawa kita kepada jebakan konseptual dari "kesuksesan" atau meraih kesuksesan dengan mematok kita pada usia tertentu.

Kemudian hal tersebut akan kembali membawa kita lagi kepada orientasi hidup lebih kepada apa yang dihasilkan bukan kepada hidup itu sendiri. Kesuksesan yang ditawarkan oleh gambaran dunia lalu menjadi kabur dan ketika menjalaninya tanpa berpikir kritis kita akan kehilangan makna hidup. Maka kita seolah-olah lahir untuk memenuhi tuntutan sukses menurut perspektif dunia dan mati pun dalam perspektif dunia.

Kita kembali mengasumsikan kehidupanku bisa dikontrol dan dikuasai hanya oleh "aku". Jadi apa itu kesuksesan dalam keterkaitan dengan pemaknaan hidup manusia yang lahir dan mati? Apakah manusia yang mati saat belum sukses bukanlah manusia bermakna? Apakah kita bermanfaat bagi orang ketika kita masih kuat dan muda? Apakah kita jika tidak berdaya lagi atau sudah tua lebih baik meninggalkan hidup kita dan memilih mati?

  • Manusia merenungkan makna hidupnya

Dalam setiap acara atau peristiwa hari ulang tahun salah satu yang identik dengan itu adalah pemberian hadiah/kado. Zaman sekarang istilah pemberian kado bukan hanya menjadi tanggung jawab dari kenalan orang yang berhari ulang tahun, tapi juga yang berulang tahun itu sendiri.

Ambil contoh dalam jejaring sosial, facebook misalnya, ketika ada orang yang berhari ulang tahun diberikan ucapan oleh kenalannya namun juga dituntut hadiah dari yang berhari ulang tahun dengan kalimat "kapan traktir". Hal ini sebenarnya merupakan pemahaman sosial -- teologis yakni anda yang berhari ulang tahun harus membagikan kebahagiaan dan berkat yang telah didapat kepada kami.

Demikian pula yang berhari ulang tahun meminta atau sekadar mengharapkan hadiah dari yang memberi ucapan dengan pemahaman ini hari spesial maka sepantasnya orang terdekat memberikan sesuatu yang menjadi rasa turut berbahagia dengan yang berhari ulang tahun.

Di sini terjadi tukar menukar hadiah tapi hadiah ini sebenarnya hanya merupakan simbol, sebab kita tidak bisa mengukur secara radikal nilai rasa syukur dan pemaknaan hidup orang dengan hanya melihat dari besar kecilnya hadiah atau traktiran yang diberikan.  

Yang paling pokok adalah mengerti bahwa tradisi beri memberi hadiah merupakan lambang dari arti hidup itu sendiri yakni sebagai sebuah Pemberian. Apa hakikat dari pemberian kiranya tergambar dari proses kita menjadi manusia.

Orang tua kita "menjadikan" sebagai ekspresi cinta mereka tanpa ketidakhadiran kehendak dari kita yang menerima, dan memang kita tidak mungkin menentukan kehendak kita dilahirkan.

Secara eksistensial kita tidak berdaya, maka coba kita pikirkan lagi pada saat apa kita nanti menjadi manusia? Apakah dengan mengambil konsep duniawi saja? Saya rasa tidak. Semua manusia yang telah ada, ada, karna kita adalah keadaan yang ada bukan ketiadaan. Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak berguna, fakta bahwa dinamika hidup manusia berbeda-beda, Ya!

Ada yang sukar ada yang mudah ada yang sakit ada yang sehat, ada yang miskin ada yang kaya, ada yang punya melihat, ada yang buta, ada yang cacat mental ada yang normal, semuanya itu tidak boleh memberikan hak kepada kita untuk mengeluh ataupun sombong.

Hati-hati dalam mengucap syukur sebab ketika kita salah mengucap syukur di situ kita mengalami kegagalan pemaknaan hidup. Anugerah hidup tidak bergantung pada apa yang telah kita buat, sebab ia merupakan hak dari Sang Pemberi Hidup.

Maka karena itu tujuan kita hidup adalah untuk memaknai kehidupan kita secara benar tanpa harus memaksakan kepada Sang Pemberi kehendak kita yang tidak sempurna, jangan mengatur diri kita seenaknya apalagi mulai menghitung dan menilai kebaikan dan kekurangan hidup kita secara matematis, seban hal itu akan membuat kita memperkosa hidup kita untuk melulu memili apa yang kita sukai. 

  • Manusia dan Destinasi akhir

Hari ulang tahun bukanlah semata hari kita mengharapkan umur panjang sebab ulang tahun itu dengan sendirinya bukan merayakan umur panjang tetapi usia yang semakin pendek. Hari ulang tahun bukanlah hari kita menginginkan kemuliaan sebab konsep kemuliaan kita kadang tidak seperti konsep kemuliaan pemberi hidup.

Hari ulang tahun bukan soal hitung menghitung kita sudah sukses atau gagal, . Hari ulang tahun adalah hari kita memaknai kehidupan kita dengan bertanya kenapa saya mengada di dunia ini?

Dengan bertanya demikian kita akan menjalani dinamika kehidupan ini bukan secara pasif dan cuek "let it go" atau "Que Sera Sera" tanpa makna, namun dengan kita merayakan hari kita menjadi manusia dan memikirkan kenapa kita dilahirkan, ini mendorong sikap aktif kepada kita untuk menjalani hidup yang benar. Urusan rahmat menjadi urusan-Nya. 

  • Epilog

Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan itu menyelamatkan jiwanya. Ciptaan lain di atas permukaan bumi diciptakan bagi manusia untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan.

Karena itu manusia harus mempergunakannya, sejauh itu menolong untuk mencapai tujuan tadi dan harus melepaskan diri dari barang-barang tersebut sejauh itu merintangi dirinya.

Oleh karena itu, kita perlu mengambil sikap lepas bebas  terhadap segala ciptaan tersebut, sejauh pilihan merdeka ada ada pada kita dan tak ada larangan. Maka dari itu dari pihak kita, kita tidak memilih kesehatan lebih daripada sakit, kekayaan lebih daripada kemiskinan, kehormatan lebih daripada penghinaan, hidup panjang lebih daripada pendek. Begitu seterusnya mengenai hal-hal lain yang kita inginkan dan yang kita pilih ialah melulu apa yang lebih membawa ke tujuan kita diciptakan : -St. Ignatius Loyola-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun