Meminjam pandangan Gereja secara jelas bahwa manusia disebut manusia sudah sejak awal yakni sebelum kelahiran dan untuk itu dia mendapatkan haknya yang paling dasar; ia hidup dan berada.
Seseorang yang telah lahir di dunia ini selanjutnya mengalami keberadaan dengan sekitarnya yang dikenal dengan proses bertumbuh dan berkembang. Pada proses ini lalu kehidupan manusia diisi dengan pelbagai pengalaman hidup yang membuat ia mempunyai karakternya sendiri, mulai dari nama tempat tanggal lahir tempat tinggal, yang lalu menghantar manusia sebagai makhluk yang memiliki person yang terdiri dari rasio, self consciousness dan jiwa.
Pada tahap ini kehidupan manusia mulai diwarnai dengan kebahagiaan, kesedihan, keberanian, ketakutan, keberhasilan, kegagalan, kecemasan, dan harapan. Tentu umumnya manusia akan selalu mencari apa yang menyamankan dirinya dari pada apa yang tidak, maka dominannya manusia akan memilih menghindari kesedihan, kegagalan, kecemasan dan kalau mungkin pernah mengalami hal tersebut harapan menjadi cara untuk mengubahnya.
Kenyamanan atau proteksi hidup ini membuat manusia cenderung menentukan hidupnya harus berumur panjang. Sehingga momen ulang tahun belum lengkap tanpa adanya harapan umur panjang dan harapan itu menjadi harapan semua baik dia maupun orang lain. Jadi kenapa manusia ingin berumur panjang sebenarnya karena ia ingin menikmati hidupnya dengan gambaran ideal duniawi.
- Gambaran dunia yang menjebak
Gambaran ideal duniawi adalah suatu gambaran identifikasi manusia dari sudut mata dunia. Hal ini sebenarnya lemah secara esensi dan berbahaya bagi eksistensi. Apa yang dimaksud dengan gambaran ideal duniawi? Ialah apa yang manusia harus capai sesuai dengan tuntutan zaman.
Permasalahannya setiap zaman itu punya kelasnya sendiri sehingga manusia yang tidak membaharui diri akan tereliminasi  secara sosial. Gambaran ideal duniawi sungguhlah tidak kokoh karena ia tidak konsisten dalam pemaknaan hidup manusia, ia adalah konsep yang menjebak.
Dalam konteks hari ulang tahun gambaran ideal duniawi yang menjebak ini dapat dilihat ketika manusia mulai mematok angka untuk menentukan kesuksesan atau hidup yang bermakna. Kalau dalam budaya kita disebut sweet 17, tahun perunggu 15 tahun perak 25 dan tahun emas 50 dan yang lainnya tergantung budaya masing-masing.Â
Angka-angka selanjutnya menjadi definisi dari kenyataan hidup, perencanaan hidup, keputusasaan hidup dan penggagas harapan. Akibatnya pandangan terhadap individu dipengaruhi oleh pematokan angka ini. Ia harus mencapai apa yang ingin dicapai sesuai gambaran dan itu akan menghasilkan pandangan "sukses" jika tidak dunia akan memandang individu sebagai "gagal".
Sebagai contoh perayaan sweet seventeen. Penulis sendiri merasa gagal sebab perayaan ini tidak sesuai dengan apa yang menjadi gambaran ideal dunia yakni dirayakan dengan luar biasa karena dianggap sebagai peralihan umur menjadi "dewasa".
Selain tidak kokoh gambaran dunia ini mengandaikan manusia punya kebebasan dan kehendak mutlak sehingga ia bisa berkuasa atas hidupnya sendiri, dengan menghitungnya lewat angka. Maka, akibat lain yang akan muncul adalah makna hidup akan terarah pada apa yang sudah dibuat bukan kepada apa itu kehidupan.
Hari ulang tahun maupun hari jadi yakni hari kita menjadi manusia berubah  kurang bermakna dan tergeser kepada hari kita manusia menjadi- "sesuai dengan konsep jebakan dunia" tidak sampai di situ konsep ini akan menghasilkan penghilangan rasa syukur, menjadi-  kenapa hidup saya seperti ini tidak seperti dia- dan akhirnya menjadi manusia yang merasa tidak berguna kelahirannya dan berharap sama sekali tidak dilahirkan.
- Kelahiran dan Kematian  "Suatu Proses"Â