Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[KolaborasiRTC] Dispersi

17 April 2016   17:54 Diperbarui: 17 April 2016   18:08 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya melihat kamu tersenyum di bawah hujan. Kamu menengadah. Saya tidak tahu pada siapa kamu tersenyum. Mungkin kamu tersenyum pada langit yang berjasa memberi ruang untuk hujan, pada awan-awan yang berjasa menampung air hujan, atau pada hujan. Mungkin juga kamu tersenyum pada saya, tapi mana mungkin.

Senyum kamu yang sekarang masih sama seperti senyum yang beberapa tahun lalu, beberapa bulan lalu, dan yang kemarin saya lihat. Meski saya sendiri tidak pernah tahu kepada apa kamu tersenyum. Kamu mengulangi senyum yang sama lagi dan lagi setiap hari kala hujan seolah waktumu tidak terikat waktu mereka. Kamu mencipta zona waktumu sendiri, dan terkurung di dalamnya.

Zona waktu kamu tidak mengenal detik, menit, atau jam. Zona waktu kamu hanya mengenal hujan dan tidak hujan. Kamu tidak menua kala hujan, dan menua banyak kala tidak hujan. Dalam sekejab kamu menjadi panik dan kalap apabila hujan tidak juga turun. Kamu terlalu takut tua.

 

Dia sedang bermanifestasi

dari ingkar menjadi janji

dari kehampaan menjadi arti

dari masa lalu yang kelam

menjadi masa depan.

.

Kamu hanya perlu meninggalkan rumah tanpa jendela itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun