Saya melihat kamu tersenyum di bawah hujan. Kamu menengadah. Saya tidak tahu pada siapa kamu tersenyum. Mungkin kamu tersenyum pada langit yang berjasa memberi ruang untuk hujan, pada awan-awan yang berjasa menampung air hujan, atau pada hujan. Mungkin juga kamu tersenyum pada saya, tapi mana mungkin.
Senyum kamu yang sekarang masih sama seperti senyum yang beberapa tahun lalu, beberapa bulan lalu, dan yang kemarin saya lihat. Meski saya sendiri tidak pernah tahu kepada apa kamu tersenyum. Kamu mengulangi senyum yang sama lagi dan lagi setiap hari kala hujan seolah waktumu tidak terikat waktu mereka. Kamu mencipta zona waktumu sendiri, dan terkurung di dalamnya.
Zona waktu kamu tidak mengenal detik, menit, atau jam. Zona waktu kamu hanya mengenal hujan dan tidak hujan. Kamu tidak menua kala hujan, dan menua banyak kala tidak hujan. Dalam sekejab kamu menjadi panik dan kalap apabila hujan tidak juga turun. Kamu terlalu takut tua.
Â
Dia sedang bermanifestasi
dari ingkar menjadi janji
dari kehampaan menjadi arti
dari masa lalu yang kelam
menjadi masa depan.
.
Kamu hanya perlu meninggalkan rumah tanpa jendela itu