“Aku bukan Anna, suster! Bukan Anna! Bukan Annaaaa!” teriakku terus menerus.
“Anna, dengar. Tidak ada waktu untuk merengek seperti ini. Oh Anna, dengarlah. James meninggal. Ada banyak hal yang harus kami lakukan. Kami juga harus membersihkan darah ini, dan selanjutnya harus menyelesaikan masalah ini juga. Tolong Anna, mengertilah sedikit!”
James meninggal?
“Oh, suster Hanna! Suntik saja dia, susah sekali, sih. Kamu ini suka tidak tega. Gadis itu memang gila, jadi sudah sewajarnya disuntik agar tenang, kan?” ucap suster lain dengan nada tidak sabar.
Aku tidak terlalu mempedulikan kata-kata suster yang lain. Aku kembali fokus ke kata-kata yang sebelumnya diucapkan oleh suster yang memegang tanganku. Dia bilang James meninggal?
Tapi kan, aku James.
***
“Oh, ada yang bilang bangunan itu adalah rumah sakit jiwa, Tiara. Anehnya, aku tidak pernah melihat ada orang yang keluar dari bangunan itu. Bangunan itu juga tampaknya sudah sangat tua dan tidak terurus. Tapi terkadang orang-orang yang lewat di sini masih suka mendengar suara teriakan-teriakan. Bahkan kemarin, katanya ada suara pistol.”
“Jangan menakut-nakuti aku, Kania. Sudah malam ini. Ayo kita jalan lebih cepat. Aku jadi resah.”