Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

[Fikber] Monolog

24 November 2015   10:49 Diperbarui: 24 November 2015   23:22 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mr. J baru menceritakan segala fakta mengejutkan itu beberapa minggu setelah aku tinggal bersamanya, karena sebelumnya kesehatanku masih belum pulih benar, sehingga ia takut kata-katanya menimbulkan efek-efek negatif tertentu pada kesehatanku, katanya. Mungkin kamu pikir aku aneh karena mau saja menuruti kata-kata Mr. J, bahkan menunggu berminggu-minggu demi mendengarkan fakta yang begitu menyakitkan. Satu-satunya yang membuatku bertahan adalah ‘feeling’. Aku sangat yakin ada yang tidak beres dengan Nugie. Bahkan, selama aku tinggal bersama Mr. J, Nugie tidak pernah menghubungiku, aku pun tidak menghubunginya karena ingin mengetesnya.

Baiklah, kembali ke kehidupanku saat ini. Saat ini aku hanya bisa banyak mendengar kisah –kisah dari Nina dengan pasrah. Dan cintaku pada Nugie, selamanya tidak berubah.

 

-Ran-

Baiklah, yang kemarin itu memang gagal total. Aku tidak habis pikir bisa ada orang yang mengaku-ngaku sebagai Rheinara! Kali ini biar kuhabisi Rhein dengan tanganku sendiri.

Aku pun berusaha mencari tahu sana-sini di mana Rhein yang asli, tentunya tanpa sepengetahuan Nina. Nina tidak boleh tahu bahwa Rhein yang kemarin itu bukan Rhein. Kalau ia tahu, kemungkinan hal itu akan mengiringnya menuju kasus percobaan pembunuhan Rheinara.

Kamu tahu? Ternyata Mr. J dengan mudahnya memberi tahu aku keberadaan Rhein yang asli. Akan kuhabisi dia.

 

KLIK!

Aku mematikan video rekaman yang diperlihatkan oleh dokter Jalal. Aku tidak habis pikir betapa banyaknya pribadi yang ada dalam diriku. Semua ini membuatku pusing dan lelah.

“Tidak mau menonton yang selanjutnya?” tanya dokter Jalal dengan sabar, sambil tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun