Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

[Fikber] Monolog

24 November 2015   10:49 Diperbarui: 24 November 2015   23:22 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

-Alexa-

Ada satu kejadian yang benar-benar membuatku trauma dan akhirnya memutuskan untuk pergi dari kehidupan orang-orang ini. Ah, biar kuceritakan kepadamu.

Jadi, saat itu aku sedang bersama dengan Nugie. Aku duduk di meja riasku, sementara ia duduk di ranjang yang terletak di sebelah meja rias itu. Kami hanya terdiam untuk waktu yang lama. Karena aku sedang menjadi Rhein, maka aku mencoba terus menangis dan berusaha kelihatan sangat sedih dan kecewa.

Tak lama kemudian Nugie ke luar dari kamar. Aku tidak tahu (dan tidak mau tahu sedikitpun) akan apa yang dia lakukan di luar. Sejenak aku memaki-maki Sarah dalam hati. Memang sih, ia memberikanku pekerjaan dan aku bisa hidup cukup layak sekarang, namun haruskah aku masuk ke dalam drama kehidupan orang-orang ini?  Oh, bisa kamu bayangkan kalau kamu aku?

Nugie kembali dengan membawa sesuatu. Tangannya ditaruh di belakang sehingga aku tidak tahu apa yang ia bawa. Bunga, mungkin. Rupanya Nugie ingin kembali memiliki hubungan dengan Rhein. Baguslah, kedepannya aku tidak perlu berakting menangis lagi. Namun, yang ia lakukan berikutnya sangat mengejutkan. Ternyata ia membawa pisau! Kamu tidak bisa bayangkan betapa terkejutnya aku saat itu. Dalam keadaan yang mendesak itu, aku langsung mencoba berpikir cepat, mengait-ngaitkan kisah kehidupan orang-orang ini. Namun semuanya terlalu buram saat itu.

“Gie?” tanyaku dengan panik.

“Sayang sekali kamu tertipu, Rhein. Aku bukan Nugie yang kamu puja-puja. Jangan coba-coba berteriak atau kabur. Karena apa pun usahamu untuk menghindarinya, kamu akan tetap mati,” ia tersenyum dengan menakutkan.

Astaga, apa lagi ini? Baiklah, kamu akan mati malam ini, Alexa. Apapun yang kamu lakukan, bahkan kalau kamu berhasil lari sekarang, suatu saat ia akan tetap membunuhmu. Baiklah… berpikir, Alexa. Berpikir.

“Oke, siapa pun kamu… bolehkah aku meminta suatu permintaan terakhir?”

“Cepat!” ujar laki-laki di hadapanku ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun