Alka memang sedang tidak ada pekerjaan yang cukup penting hari ini, jadi Alka mengangguk.
Kemudian mereka berjalan beriringan dalam kesunyian. Alka memperhatikan Parama, laki-laki itu. Ia memiliki rahang kotak yang menarik sekali.
“Di sini,” ujar Parama tiba-tiba. Alka tersentak, Alka langsung merasa tampaknya ia harus mulai membiasakan diri tidak tersentak dengan apa pun yang Parama lakukan.
Alka mulai memandangi rumah di hadapannya. Rumah ini sederhana, tidak ada apa pun yang spesial. Tampaknya Parama tahu Alka sedang memandangi rumahnya.
“Sebelumnya lahan ini adalah tanah kosong, orang tua membelinya karena saya baru saja pindah ke kota ini untuk kuliah. Jadi dibuat sederhana saja, saya tinggal sendiri di sini,” jelasnya.
Alka hanya mengangguk. Parama sepertinya orang yang baik, dan terpelajar.
“Masuk, jangan sungkan.”
Alka membuntuti Parama masuk ke dalam rumah. Mereka mulai berkeliling di dalamnya. Rumah ini sangat nyaman, mungkin karena masih baru, pikir Alka.
“Nah, ini ruang baca,” kata Parama sambil menepuk bahu Alka. Alka tersentak, lagi.
“LAGI?” Alka spontan berbicara cukup keras.
“Apa?”