Mohon tunggu...
Abd Hafid
Abd Hafid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Ibnu Sina Batam & STAI Ibnu Sina Batam

Doktor Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Mahasiswa Manajemen SDM S3-UNJ tahun 2015 dengan status candidat Doktor 2018. Dosen Tetap STAI Ibnu Sina Batam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nilai Budaya Melayu dalam Masyarakat Plural di Kota Batam

28 September 2019   17:50 Diperbarui: 28 September 2019   17:58 3854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Salah satu tujuan pendidikan yakni melestarikan dan meningkatkan kebudayaan suatu masyarakat, dengan pendidikan manusia dapat mentransfer kebudayaannya pada generasi selanjutnya. Begitu juga sebagai  masyarakat tentu mencita-citakan terwujudnya masyarakat dan kebudayaannya yang lebih baik lagi ke depan, untuk mewujudkan itu maka  pendidikan juga harus seiring kearah yang lebih baik. Budaya melayu sebagai hasil budi dan karya masyarakat pendukungnya di kota Batam  dalam hal berbagai bentuk dan eksistensinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik masyarakat yang secara elastis dan tidak kaku, bahkan selalu mengalami perkembangan dan perubahan serta membina masyarakat pendukungnya untuk selalu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural.

Kaitan dengan itu, Carter V.Good[51] dalam buku Dictionary of Education dikatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses perkembangan kecakapan manusia berupa sikap dan prilaku yang dianut dalam suatu masyarakat, dimana manusia dapat dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terorganisir seperti lembaga sekolah sehingga ia dapat mencapai tingkat kecakapan sosial serta mengembangkannya pada pribadi masing-masing. Sedangkan Freeman Butt dalam buku  Cultural History of Western Education, disebutkan bahwa pendidikan adalah proses kegiatan menerima dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya.[52]

 Memperhatikan uraian di atas sangat jelas betapa besar keterikatan antara agama, budaya Melayu dan pendidikan. Agama khususnya Islam begitupun budaya khususnya budaya Melayu dapat menjadi perekat keharmonisan di tengah-tengah masyarakat multikultural dan pluralitas di kota Batam. Karena itu salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk menghindarkan manusia dari kebodohan, ketertindasan dan pertikaian adalah melalui pendidikan yang baik, kompetetif dan merata. Pendidikan yang dimaksud disini adalah tentu pendidikan dalam arti yang luas, bukan sekedar pendidikan dengan gelar-gelar akademik yang tinggi, akan tetapi pendidikan yang menanamkan nilai-nilai agama dan mendorong munculnya kebudayaan dan peradaban yang unggul dan memberi manfaat yang besar di tengah masyarakat, bukan saja yang bersumber dari budaya lokal, tapi juga yang bersumber dari nilai ilahiah yanag cenderung terkikis oleh zaman yang kekinian ini. Itulah sebabnya M. Amin Abdullah menyatakan bahwa diperlukan sebuah model pendidikan yang dapat mengakomodasikan budaya setempat (dalam hal ini budaya Melayu), sekaligus mempertahankan tradisi dan identitas keagamaan.[53]  

Kemudian dipertegas lagi oleh Azyumardi Azra, pendidikan adalah lebih dari sekedar pengajaran, jika pengajaran hanya berfokus pada proses transfer ilmu, akan tetapi dalam pendidikan terdapat pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik. Dengan demikian nilai-nilai keagamaan, kebudayaan dan suatu bangsa dapat diwariskan kepada generasi muda.[54]  Adapun pendidikan Islam digambarkan dalam Al Qur'an dengan istilah tarbiyah dalam surat Al Isra' ayat 24 "Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang, dan ucapkanlah : "Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".[55] Abdurrahman an-Nahlawi menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tarbiyah dalam ayat di atas adalah memeliharan fitrah anak dan menumbuhkan seluruh bakatnya, serta mengarahkannya agar menjadi baik dan sempurna secara bertahap.[56] Sedangkan Syeh Muhammad al Naquib al Attas tidak menerima penggunaan kata tarbiyah untuk menandai konsep pendidikan jika yang dimaksud pendidikan Islam adalah sesuatu yang khusus bagi manusia. Menurut pendapatnya, kata tarbiyah mengandung arti "menghasilkan, mengembangkan, membesarkan, atau menjadikan bertambah dalam pertumbuhan".[57]

Berbeda dengan pendapat di atas, Abdul Fatah Jalal menawarkan istilah ta'lim untuk menunjukkan konsep pendidikan dalam Islam. Menurutnya, ta'lim adalah proses pembentukan pengetahuan, pemahaman, pengertian dan tanggung jawab sehingga terjadi penyucian atau pembersihan diri manusia dari segala kotoran dan menjadikannya berada dalam kondisi yang memungkikan untuk menerima al-hikmah serta mempelajari segala yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya.[58]  Dengan demikian, dalam konteks kajian ini maka yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah ilmu yang membawa manusia sedikit demi sedikit kepada kesempurnaan yang terwujud dalam beribadah kepada Allah A'zza wa Jalla dan menyiapkannya untuk hidup dengan bahagia dalam naungan syariat Allah Ta'ala.[59] 

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M.A. Pendidikan Agama Era Multikultural-Multireligius. Pusat Studi Agama dan Peradaban Muhammadiyah, 2005.

Al Syaibani, Omar. Falsafah Pendidikan Islami. Perdana Publishing, 2008.

Al-Attas, Syed Muhammad Naguib. Konsep pendidikan dalam Islam (terj) haidar Baqir dari The Concept of Education of Islam). Mizan, Bandung, 1984.

Ali, Ibrahim. Pengelolaan Pembangunan Berkelanjutan. LeutikaPrio, 2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun