Mohon tunggu...
Abd Hafid
Abd Hafid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Ibnu Sina Batam & STAI Ibnu Sina Batam

Doktor Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Mahasiswa Manajemen SDM S3-UNJ tahun 2015 dengan status candidat Doktor 2018. Dosen Tetap STAI Ibnu Sina Batam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nilai Budaya Melayu dalam Masyarakat Plural di Kota Batam

28 September 2019   17:50 Diperbarui: 28 September 2019   17:58 3854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

        Sumber: Data Statistik Kota Batam, 2017

Keberagaman agama dan budaya masyarakat kota Batam juga tidak lepas dari kesadaran bahwa kebudayaan merupakan pencerminan karakteristik dari suatu masyarakat, sehingga masyarakat dan kebudayaan sangatlah erat kaitannya, sebab tidak ada satu pun masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan. Karena nilai-nilai budaya itu tumbuh dari masyarakat itu sendiri. Nilai budaya yang mengikat masyarakat kota Batam selama ini adalah nilai budaya Melayu. Dalam konteks kota Batam, budaya Melayu merupakan budaya yang memiliki kearifan lokal yang mestinya dijunjung tinggi oleh seluruh masyarakat   yang berbeda-beda latarbelakang suku, agama, budaya, ras dan etnik dengan tujuan agar tercipta keharmonisasi sosial masyarakat. Oleh karena itu, budaya Melayu harus tetap eksis dan menonjol dalam kehidupan masyarakat Kota Batam. Untuk mencapai tujuan itu maka  budaya Melayu dipelajari ditanamkan nilai-nilai budaya tersebut kepada masyarakat. 

 Kata Melayu berasal dari kata Mala dan yu. Mala artinya mula atau permulaan, sedangkan Yu artinya negeri. Jadi Melayu artinya negeri yang mula-mula ada. Pendapat lain mengatakan Melayu berada dari kata Layu yang artinya rendah. Maksudnya bangsa Melayu ini rendah hati dan selalu menghormati pemimpinnya.[3] Salah satu suku yang memiliki kebudayaan khas dan selalu menjadi daya tarik bagi orang diluarnya adalah suku Melayu. Suku Melayu merupakan kelompok suku bangsa dengan jumlah populasi nomor 8 terbanyak di Indonesia. Suku Melayu adalah sebuah kelompok etnis dari orang Austronesia terutama yang menghuni Semenanjung Malaya, Sumatera bagian timur, bagian selatan Thailand, pantai selatan Burma, pulau Singapura, Borneo pesisir termasuk Brunei Darussallam. Luasnya wilayah cakupan ini menjadikan suku Melayu merupakan suku yang tersebar di negara Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura dan Thailand.[4] 

 Budaya Melayu memiliki ciri khusus tersendiri, diantaranya adalah tentang kepercayaan dan agama. Suku Melayu merupakan suku yang memilih agama Islam sebagai kepercayaan yang dianutnya. Islam di alam Melayu telah hadir sejak abad ke 13 M. Kedatangan Islam pada saat itu telah mendatangkan perubahan yang sangat dinamis dalam kehidupan orang Melayu. Perubahan tersebut meliputi adat istiadat, kesenian, bahasa, intelektual, sastra, kepercayaan dan politik serta beberapa aspek kehidupan lainnya.[5] Ciri-cirinya lainnya misalnya panggilan dalam keluarga, bahasa Melayu, adat istiadat, dan kesenian Melayu. Menurut Koentjaraningrat, manusia dalam kehidupannya tidak akan pernah lepas berurusan dengan hasil-hasil budaya.[6] Hal ini sejalan dengan UUD 1945 Pasal 32 ayat 1 bahwa "Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya".[7] 

 Menurut Omar Al Syaibani bahwa pendidikan Islam merupakan sebuah sistem yang berusaha mengembangkan dan mendidik segala aspek pribadi manusia dengan segala kemampuannya. Termasuk pengembangan segala segi kehidupan masyarakat dalam bidang sosial budaya, ekonomi, politik, serta bersedia menyelesaikan problem masyarakat masa kini dalam menghadapi tuntutan-tuntutan masa depan dan memelihara sejarah dan kebudayaannya.[8] Kaitannya dengan kemasyarakat, pendidikan mengandung makna sebagai warisan kebudayaan dari generasi tua ke generasi muda agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan. Dengan kata lain, masyarakat memiliki nilai-nilai budaya atau adat istiadat yang ingin diwariskan kepada generasi berikutnya agar tetap dilestarikan.

 Oleh beberapa tokoh, nilai mengandung beberapa arti dan makna, diantaranya Gordon Allport seperti dikutip Rahmat Mulyana mengatakan bahwa nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.[9] Kupperman mengemukakan bahwa nilai adalah normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif.[10]  Adapun Kluckhohn, ia menganggap nilai sebagai konsepsi (tersirat atau tersurat yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan dan tujuan akhir tindakan.[11] 

Sedangkan John Dewey menyatakan ".....value is any objective of social interest". Maknanya adalah bahwa sesuatu bernilai apabila disukai dan dibenarkan oleh sekelompok manusia (sosial). Dewey mengutamakan kesepakatan sosial (masyarakat, antar manusia, termasuk negara).[12] Jack R Fraenkel menegaskan sejumlah rumusan tentang nilai, bahwa nilai atau value adalah idea atau konsep yang bersifat abstrak tentang apa yang dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh seseorang yang biasanya mengacu pada estetika (keindahan)  etika, logika, baik, efisien, bermutu serta benar dan adil.[13]  

 Adapun kebudayaan dalam konteks yang lebih luas, oleh Ralph Linton bahwa kebudayaan adalah keseluruhan cara dari aktivitas hidup suatu masyarakat secara keseluruhan  yang dianggapnya lebih tinggi dan lebih dibutuhkan.   Lebih lanjut Linton mempertegas lagi dengan menyatakan "A culture is the configuration of learned behavior and results of behavior whose component elements are shared and transmitted by the members of a particular society". Atau  kebudayaan merupakan konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang unsur-unsurnya digunakan bersama-sama dan ditularkan oleh para warga masyarakat. Mencermati beberapa pendapat di atas tentang nilai, maka dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan berguna bagi manusia. Dalam konteks ini, nilai budaya Melayu diharapkan dapat memberi dampak yang dapat berguna bagi masyarakat secara umum dan lebih khusus bagi anak didik di Kota Batam.  Nilai-nilai budaya dalam arti yang lebih spesifik, merupakan nilai-nilai dasar fundamental yang merupakan sistem kepribadian dan sosio-budaya yang berfungsi mengendalikan nilai-nilai sosial untuk mencapai keteraturan atau untuk menghargai orang lain dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, yang berpengaruh pada nilai-nilai praktis. Jika dilihat dalam perkembangan budaya, nilai-nilai budaya adalah akar atau landasan dari nilai lainnya.[14]

 Allport, Vernon dan Lindzei mengidentifikasi enam nilai dasar dalam kebudayaan yakni nilai teori, ekonomi, estetika, sosial, politik dan agama.[15] Nilai teori adalah hakekat peneman kebenaran lewat berbagai metode ilmiah. Nilai ekonomi mencakup kegunaan dari berbagai benda dalam memenuhi kebutuhan manusia. Nilai estetika berhubungan dengan keindahan dan segi artsitik yang menyangkut antara lain bentuk, harmoni dan wujud kesenian yang memberi kenikmatan kepada manusia. Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antar manusia dan penekanan segi kemanusiaan yang luhur. Nilai politik berpusat kepada kekuasaan dan pengaruh baik dalam kehidupan masyarakat maupun dunia politik. Sedangkan nilai agama merengkuh penghayatan yang bersifat mistik dan transcendental dalam usaha manusia untuk mengerti dan memberi arti bagi kehadirannya di muka bumi. Setiap kebudayaan mempunyai skala hirarki mengenai mana yang lebih penting dan yang kurang penting dari nilai-nilai tersebut dan mempunyai penilaian tersendiri dari tiap-tiap kategori. 

 Budaya Melayu sebagai sebuah budaya lokal, telah menjadi kebudayaan nusantara di Indonesia. Bahasa Indonesia yang diambil dari Bahasa Melayu, merupakan bukti bahwa budaya Melayu telah memberi nilai-nilai bagi kebudayaan nasional. Nilai-nilai luhur budaya Melayu ini diintegrasikan dengan nilai-nilai budaya lokal lainnya yang berasal dari berbagai daerah di  Indonesia. Bagi masyarakat kota Batam, nilai-nilai tersebut telah bersifat universal (artinya semua warga mmasyarakat harus menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Melayu tersebut tanpa meninggalkan budaya asalnya sendiri). Dengan prinsip "dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung", warga masyarakat Batam dapat mengaktualisasikan diri sebagai warga yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Melayu. Nilai-nilai itu antara lain: religius, kegotong royongan (kebersamaan), persatuan dan kesatuan, saling menghormati, kesantunan, kesopanan, kedemokrasian (kemufakatan), keseimbangan, kejujuran, keadilan, keramah-tamahan dan keterbukaan (terbuka bagi semua suku bangsa).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun