Kedua, dalam perspektif sosial-politik, Nabi Muhammad dilihat dan dipahami sebagai sosok politikus andal. Sosok individu Nabi Muhammad yang identik dengan sosok pemimpin yang adil, egaliter, toleran, humanis, non-diskriminatif serta hegemonik, yang kemudian mampu membawa tatanan masyarakat sosial Arab kala itu menuju suatu tatanan masyarakat sosial yang sejahtera dan tentram.
Tentu, sudah saatnya bagi kita untuk mulai memahami dan memperingati Maulid secara lebih mendalam dan fundamental, sehingga kita tidak hanya memahami dan memperingatinya sebatas sebagai hari kelahiran sosok nabi dan rasul terakhir yang sarat dengan serangkaian ritual-ritual sakralistik-simbolik keislaman semata, namun menjadikannya sebagai kelahiran sosok pemimpin.
Karena bukan menjadi rahasia lagi bila kita sedang membutuhkan sosok pemimpin bangsa yang mampu merekonstruksikan suatu citra kepemimpinan dan masyarakat sosial yang ideal, egaliter, toleran, humanis dan non-diskriminatif, sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad untuk seluruh umat manusia.
Kontekstualisasi peringatan Maulid tidak lagi dipahami dari perspektif keislaman saja, melainkan harus dipahami dari berbagai perspektif yang menyangkut segala persoalan. Misalnya, politik, budaya, ekonomi, maupun agama. Teman-temanku yang saya sayangi,Â
Nabi Muhammad dilahirkan ke dunia. Datangnya membawa tugas. Perginya meninggalkan bekas. Datangnya membawa tugas yang diselesaikan dalam 23 tahun. Datangnya ke dunia di perintah untuk memperbaiki budi pekerti (saleh/salihah akhlak) supaya umat ini menjadi umat yang sopan santun (makarimal akhlak)
Sopan terhadap siapa?Â
Sopan terhadap Allah Swt., yang telah menciptakan kitaÂ
Contohnya bagaimana? kita sebelum makan berdoa dulu bismillahirrohmanirrohim. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah adalah bentuk kesopanan kita kepada Allah. Dalam pembukaan UUD 1945 menyebutkan atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa merupakan bentuk kesopanan para pendahulu kita kepada Allah. Mereka mengakui bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia ini bukan karena pemberian sekutu, bukan pemberian Jepang dan bukan semata-mata karena perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda, melainkan adalah karena Rahmat Allah Yang Maha Kuasa.
Sopan terhadap agama yang kita peluk masing-masing.Â
Semua agama mengajarkan kesucian. Karena itu kita harus sopan dalam beragama. Dalam Al Quran kita dilarang untuk merusak sinagoge, gereja, ataupun masjid-masjid tempat nama Allah disebut. Maka kalau ada orang yang sampai merusak gereja atas nama agama, itu adalah kebohongan. Itu adalah atas nama hawa nafsu mereka sendiri.
Demonstrasi dengan meneriakkan Allahu Akbar sambil saling memukul, menghancurkan, itu juga bentuk ketidaksopanan kepada agama. Kalimat Allahu Akbar adalah kalimat pertama yang di baca pada waktu sholat, bagaimana bisa digunakan untuk sesuatu seperti itu. Kalau tidak setuju dengan sesuatu, maka lakukan dengan sopan pula. Penggusuran dengan meneriakkan Allahu Akbar, ini kan pelecehan terhadap agama dan bentuk ketidaksopanan kepada agama. Mereka tidak menyadari bahwa dengan berbuat seperti itu mereka telah berbuat tidak sopan kepada agama.